Chapter 4 (Lupa atau menyembunyikan?)

3 0 0
                                    

Pagi harinya. suara ketukan pintu membangunkan mereka.

"Tuan, nyonya, makanan sudah siap." seru pelayan dari balik pintu.

Al membuka matanya, menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Begitu juga dengan Chandra yang duduk dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Saat melirik ke sampingnya, Zena sudah tak ada di kasur. Sepertinya dia sudah bangun lebih dulu.

"Kamu dah bangun Al? Yaudah yok kita siap-siap. Kasian kalo yang lain nunggu." ujar Chandra sembari berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

***

Sejam berlalu hanya untuk menyambut kebiasaan pagi mereka. Kini mereka semua sudah duduk manis di meja makan. Namun mereka masih menunggu satu orang yang belum datang. Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar. Seorang perempuan dengan hoddie hitam terlihat berjalan turun.

"Pasti abis ngebo lagi ni anak." ujar Chandra dalam hatinya.

"Lex, kamu abis gadang yakk?," tanya Non kepada Lexi yang kini duduk di kursi samping Ryn dan Zena.

"Gara-gara kamu lah Non. Kemarin malam kamu main game berisik banget. Akira aja diem eh kamu nya berisik." jawab Lexi dengan nada kesal.

"Kebanyakan begadang lu bedua. Ditemenin setan mampus lu. Suara tuh dikecilin dikit, ganggu orang tidur juga." sambung Chandra sembari bersandar di kursinya.

"Nah, bener banget itu Can," saut Lexi.

"Udah-udah, ayo kita sarapan." ucap Al yang menenangkan mereka.

"Jangan marah-marah mulu Can, nanti cantikmu berkurang." Lanjut Al yang berhasil membuat Chandra bungkam.

Chandra yang terdiam kini mengalihkan pandangannya ke handphone nya. Namun di balik itu, ada senyuman tipis yang terbentuk di bibirnya.

"Karena kita semua udah kumpul, ayo kita sarapan." ujar Al yang mengawali kegiatan sarapan pagi ini.

Tangan di adahkan ke udara, merapalkan doa sebelum menikmati sajian di atas meja. setelah selesai, mereka mengusapkan tangan ke wajah mereka seraya berkata "Aaminn". Mereka mulai menyantap makanan yang disajikan di atas meja depan mereka. Seperti biasa mereka makan dengan tenang tanpa suara.

Setelah beberapa menit, akhirnya sarapan selesai. Kini mereka berkumpul di ruang tamu. Mereka berkumpul dan berbicara seperti biasa, tanpa membicarakan hal di luar nalar pada malam itu. Seakan mereka melupakan begitu saja.

"Eh kalian ingat gak hantu yang ada di kaca mobil kemarin malam?," celetuk Zena secara tiba-tiba, mengingatkan mereka akan kejadian horor kemarin malam.

"Hantu? Hantu apaan? Kamu aja tidur sepanjang perjalanan kok. Kamu mimpi kali." jawab Non dengan nada bercandanya.

"Kalian inget gak kalo ada hantu? Gaada kan yak?," lanjut Non sekaligus tanya nya kepada semua orang.

Semua dari mereka menggelengkan kepala mereka serta melempar jawaban "tidak." atas pertanyaan Non. Setelah mendapat jawaban dari pertanyaan nya, dia melihat ke luar jendela. Dia melihat seorang perempuan di jendela yang mirip dengan hantu sebelumnya.

"Tuh tuh tuh liat tuh!!," teriak Zena sembari menunjuk ke arah jendela.

"Ada apaan emang?," tanya Non dengan santainya sembari melihat ke arah jendela yang kosong.

Zena yang menyadari bahwa Non tidak melihat perempuan itu, akhirnya dia mengalihkannya.

"Itu jendela." ucap Zena yang berbicara berbeda dengan pikirannya.

"Ihh Zena mah gajelas." ujar Non sembari mengfokuskan pandangannya kembali ke semula.

"Biarin, wlee," ejek Zena ke arah Non.

Setelah itu, Zena terdiam. Dia menatap lantai dan memikirkan seluruhnya. Tanpa ia sadari, sepasang mata menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Sebuah tangan menyentuh bahu Zena, membuyarkan pikiran yang tenggelam dalam lamunan.

"Oe Kimak! Malah ngelamun. Mikirin paan?," seru Non yang menatap Zena dengan tatapan khawatir.

"Ha?! Ah sorry, hehe tadi mikir aja kemana maid kita pada pergi. Sepi bet ni rumah kek terbengkalai." celetuk Zena dengan santainya.

Kata-kata itu langsung di balas tatapan tajam dari netra seseorang, siapa lagi kalo bukan mata Chandra. Zena yang sadar hanya melebarkan cengiran khas nya. Yaa dia sebenarnya paham dari tatapan Chandra, walau sekedar tatapan tapi kek paham aja. (Kek elu ama bestie lu lah, kalo udah se frekuensi kan tatap mata aja paham.)

"Zen, temenin bentar yuk." celetuk Chandra yang ekspresinya sudah berubah.

"Okee, bentar kaki ku kesemutan." Zena meluruskan kakinya sembari mengibaskannya perlahan.

"Kalo manusia bisa kesemutan, berarti semut bisa-" ucapan Non di potong Chandra secara spontan.

"Kemanusiaan? Gitu kan? Halahh paham gua ama jokes lu. Dah cocok jadi bapak-bapak komplek lu kerjaannya ngejokes mulu." Chandra merapikan bajunya sembari berdiri.

"Sial, aku sudah mulai ngakak dengan jokes bapak-bapak..." kata Lexi sembari menahan tawanya.

Chandra hanya terkekeh pelan. Rasanya begitu bahagia melihat mereka bercanda ria. Lagipula kan biasanya pertemanan mereka tak jarang menemui titik masalah yang kadang membuat mereka stress sendiri. Tapi yaa dengan rasa pertemanan, mereka bisa saling memaafkan.

Zena berdiri dan berjalan mengikuti Chandra ke kamar mereka. Setelah di kamar yang isinya hanya mereka berdua, iya berdua doang. Sama setan pojokan kamar juga sih. OK, back to topic. Chandra mengunci pintu kamar mereka. (Mau ngapain? Kek gatau rutinitas cewek aja, emangnya apalagi kalo gak rebahan sambil nonton drakor atau animek. Ngak kok Canda, pokoknya baca aja.)

Chandra duduk di tepi kasur, di samping Zena yang rebahan. Tapi gak sama animek yaa, palingan lagi bayangin berdua sama suami fiksi nya. Chandra juga gitu sih. Yhaa pokoknyaa dua orang ini memang memiliki imajinasi tentang animek yang sama cuma tipe yang berbeda. Kayak ketika orang nyari pacar pasti punya tipe-tipe yang beda.

"Chan, lu inget kan?," celetuk Zena sembari menepuk lengan Chandra.

"Iya, ingat kok. Cuma gamau di bahas aja. Dan mereka juga pasti inget, cuma mereka sembunyiin untuk sementara. Kalo kamu baca chat di grub kita, harusnya kamu paham lah." jawab Chandra.

"Bagusnya jangan di bahas. Saat ini bukan saat yang tepat. Apalagi mereka masih di sekitar kita..." lanjut Chandra.

Raut wajahnya berubah, sulit untuk di pahami oleh Zena saat ini. Tatapan matanya juga berubah. Entah bagaimana cara mendeskripsikannya. Khawatir, takut, sedih, semuanya bercampur menjadi 1.

Setelah sekian perbincangan ringan, Zena pamit ke kamar mandi. Sementara itu Chandra memainkan ponsel sembari menunggu Zena selesai.

***

Di dalam toilet, Zena menatap kaca. Lalu membasuh wajahnya di wastafel. Setelah merasa segar dan tenang, Zena mengambil tisu dan mengeringkan wajahnya. Setelah selesai, Zena membuang tisu ke tempat sampah di sana. Otomatis saat dia menegakkan badannya kembali, matanya menatap lurus ke arah kaca didepannya.

Sebuah bayangan hitam besar berdiri di belakangnya. Dia berteriak keras dan sontak membalikkan badannya ke belakang. Tepat saat itu, sepasang mata merah menatap lurus ke arahnya. Tubuh Zena seakan mati rasa seluruhnya. Perlahan kakinya melemas dan tubuhnya terperosok ke bawah.

***

Chandra yang mendengar teriakan itu sontak berdiri. Dia menaruh hp nya dan langsung berlari menuju kamar mandi. Saat Chandra meraih pintunya, Chandra mendorong ke bawah berkali-kali. Namun pintu tak terbuka sama sekali, dan dipastikan terkunci dari dalam.

BERSAMBUNG.

Ada Peniru Diantara Kita [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang