Ragu

10 2 0
                                    

"Emm, Umi, Arra mau bekerja," beritahu Arra kepada Umi. Terlihat Umi terkejut dengan ucapan Arra tadi. Arra jadi berfikir jika Umi saja terkejut apalagi Abi.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Umi menghela nafas beratnya seperti tidak ingin berkata-kata. Kini Umi menatap manik coklat gadis itu, kemudian Umi bertanya, "Apa kamu yakin Nak ingin bekerja?"

"Yakin Umi, tapi entahlah, ada sedikit yang menganggu pikiranku," keluh Arra.

"Nak, jika kamu sedikit ragu datanglah, mintalah kepada-Nya, tenangkan hatimu perbanyak istighfar," tutur Umi Fatimah.

"Iya Umi terima kasih nasehatnya, Arra mau ke atas," balas Arra sedikit semangat.

"Loh Nak, kamu harus makan dulu nanti baru ke atas!" titah Umi Fatimah.

"Arra sudah makan Umi tadi sebelum kesini, Assalamu'alaikum," balas serta salam Arra lagi.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," salam Umi Fatimah.

Kegiatan hari ini menurut Arra benar-benar melelahkan, Arra memutuskan tidur di rumahnya. Bintang Bulan menyapa langit, Arra seperti menunggu seseorang. Tak lama, samar-samar Arra mendengar salam menyapa indra pendengaran.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," salam pria paruh baya. Pria itu adalah Zafran Abi–nya Arra.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," sahut salam Umi.

"Abi," panggil Umi kepada Abi yang sedang menaruh sepatu kerjanya.

"Ada apa Umi, kenapa kelihatan gelisah?" tanya Abi lembut seraya mengelus puncak kepala Umi.

"Ehm, t–tidak ada apa-apa. Abi bau, mandi gih!" titah Umi kepada sang suami.

"Baik Umi ku sayang," goda Abi Zafran. Umi yang di balas seperti itu pipinya merona.

Selepas kepergian Abi, Umi menyusul ke lantai dua guna membangunkan Arra. Tak lama, suara ketokan pintu sayup–sayup terdengar, Arra yang masih mengantuk pun bangun dengan mata yang sedikit terbuka.

"Nak, saatnya makan malam. Sudah sholat Isya?" tanya Umi.

"Belum Umi, nanti kita jamaah saja, sudah lama Arra tidak sholat bareng Umi dan Abi.

"Eh Umi, apakah Abi sudah tiba di rumah?" tanya Arra.

"Sudah Nak, habis magrib tadi Abi baru tiba di rumah," balas Umi Fatimah.

"O – ooh baiklah, nanti Arra menyusul Umi dan Abi," ucap Arra sedikit guggup.

"Baik Nak, Umi dan Abi tunggu di bawah," ucap Umi Fatimah.

Waktu bertalu – talu, Arra selesai mandi langsung turun ke bawah takut Umi dan Abinya menunggu lama. Namun, sebelum turun ke bawah, Arra merasakan ragu serta takut yang menghiasi rongga hatinya takut di tolak sama Abinya, Sebelum Arra keluar kamar dia berdo'a agar di setujui oleh Abinya.

"Assalamu'alaikum Abi, Umi," salam Arra di iringi salim takzim kepada Abinya.

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh," sahut salam Umi dan Abi barengan.

"Loh kamu pulang Nak? Kapan tiba dirumah? Kok abi gak tahu?" cecar Abi Zafran.

"Setelah dzuhur Abi," jawab Arra.

Tidak ada lagi lontaran pertanyaan dari Abi Zafran, hanya suara dentingan sendok yang terdengar di telinga. Arra bahkan makan dengan gelisah, Arra kebingungan ingin memulai dari mana. Hingga suara Abi menyapa pendengaran.

"Ada apa Arra? Mengapa kamu seperti gelisah?" cecar Abi Zafran khawatir.

"Aa – anu Abi, Arra mau bekerja part time," jawab Arra gugup.

Arra dan Umi was – was menunggu jawaban dari Bapak Kepala Keluarga. Yang di tunggu malah hanya menampilkan seulas senyum, lalu berkata "Iya boleh, dengan catatan kamu bekerja di naungan Abi, sekaligus Abi bisa mengawasimu, dan Abi akan menempatkanmu di posisi paling bawah."

Arra yang tak setuju dengan keputusan Abinya pun menajwab "Arra gak mau Abi, Arra mau mencari sendiri, Arra mau merasakan susahnya mencari pekerjaan dan mendapatkan gaji dengan keringat Arra sendiri."

Umi yang sedari tadi hanya diam mengamati suaminya dan anaknya yang masih kukuh dengan keputusan masing – masing. Sejenak kemudian Umi berpendapat "Biarkan Arra mencari pekerjaannya sendiri, dan Abi mengawasinya dari kejauhan toh kantor Abi gak jauh dari kampus Arra kan? Pasti Arra akan mencari pekerjaan dekat kampus."

ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang