Arra tak mengindahkan perkataan Sang Uminya, seperti memikirkan sesuatu Arra tiba – tiba teringat poster lowongan pekerjaan yang di tempel di dekat kampus.
“Em,,, Umi, Abi sebenarnya kemarin ada poster lowongan pekerjaan di dekat kampus, tapi Arra ragu untuk mengambil lowongan tersebut,” ucap Arra tiba-tiba sedari tadi melamun.
Umi dan Abi sontak menatap kearah Arra, lalu mereka bertanya, “Yang benar, Nak?”
Arra menjawab “Iya, besok aja Arra lihat ulang lagi.“Sekarang Umi dan Abi istirahat!” titah Arra kepada orang tuanya.
---------------
Pukul 02.50 WIB, Arra membentangkan sajadah, melangitkan harapannya. Kemudian, dilanjutkan membaca mushaf kecilnya. Arra tiba-tiba menitikkan air matanya saat membaca satu ayat yang membuat hatinya terenyuh seketika.Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Qul yaa 'ibaadiyallaziina asrofuu 'alaaa angfusihim laa taqnathuu mir rohmatillaah, innalloha yaghfiruz-zunuuba jamii'aa, innahuu huwal-ghofuurur-rohiim
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar 39:53)
Tak teras sebulir bening telah membasahi pipinya berhenti, namun sesak di dadanya masih terasa. Arra masih termenung di atas sajadahnya, lalu berkata “Ya Allah apa Arra sholat hajat juga ya?”
Begitu banyak hal yang dipikirkan oleh Arra, entah itu kuliah, pribadinya, bahkan dia, ditambah sekarang pekerjaan.Arra kembali berdo'a setelah menunaikan sholat hajatnya “Ya Allah jika memang pekerjaan yang Arra pilih terbaik, maka antarkan pekerjaan kepadaku, Ya Rabb. Ya Rabb jika memang Arra diberikan kesempatan untuk bertemu dengan dia, Arra mohon pertemukan kami dalam keadaan terbaik, aammiinn.”
---------------
Matahari sudah menampakkan wujud meskipun hanya setengah lingkaran. Seorang gadis yang sudah bergelut dengan peralatan dapur. Seusai shubuh Arra lebih memilih memasak dan membersihkan rumah. Arra kerap sekali membantu Uminya memasak, setiap Arra membantu Uminya memasak Ia pasti langsung mencobanya sendiri katanya sembari mengingat.Cliting... Cliting... Cliting. Terdengar bunyi telepon, Arra yang mendengar gegas mengambil handphone berada tak jauh darinya.
“Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, dengan Arra Khaymara?” salam dari seberang.
“Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, iya dengan saya sendiri. Maaf ada keperluan apa bapak menelpon saya?” salam Arra disusul dengan pertanyaan.
“Jadi begini saya mendapatkan rekomendasi dari pihak kampus bahwasanya anda adalah salah satu mahasiswi beasiswa terbaik dalam lima semester ini. Kami ingin merekrut anda untuk bekerja di Yayasan Pondok Pesantren Al-Mawardah,” penjelasan dari suara seberang.
Arra yang terkejut tidak mampu merespon, dia termenung hingga interupsi seberang menyadarkan “Halo, apa masih dengan Bu Arra?”
“Ya masih. Bolehkah saya meminta waktu dua hari untuk memikirkannya?” pinta Arra.
“Boleh. Saya akan beri Bu Arra waktu 3 hari, bagaimana?” tawar suara seberang.
“Alhamdulillah, terima kasih pak atas kelebihan satu harinya. Nanti akan saya hubungi untuk keputusannya,” syukur Arra.
“Baik, saya tutup. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” salam suara seberang.
“Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh,” salam Arra.
“Ummiiiii.... Aabbbiiiiii ssssiiniii,” teriak Arra memanggil kedua orangtuanya.
“Kenapa Nak?” tanya Abinya.
“Arra direkrut, Umi, Abi,” ucap Arra dengan gembira.
“Direkrut siapa emangnya?” tanya Uminya.
“Itu Yayasan Pondok Pesantren Al-Mawardah,” jawab Arra lagi.
Terlihat Umi dan Abinya tersenyum penuh arti, sontak Arra menggerutkan keningnya, seraya bertanya, “Umi.. Abi kenapa tersenyum seperti itu?”
“Tidak apa-apa sayang, Alhamdulillah kan Umi? Terima langsung aja sayang, namun kamu tetap meminta petunjuk apakah itu baik menurut Allah, jika memang itu terbaik untukmu maka ambilah, jika bukan jangan,” nasehat Abi.
“Iya Abi, Arra tetap meminta petunjuk. Terima kasih Umi... Abi sudah mendukung Arra dan tidak pernahpun kalian menentangnya,” balas Arra dan langsung memeluk kedua orangtuanya. Dalam Pelukan Arra menangis sesenggukan, masyaAllah nikmat mana yang kamu dustakan, jika Arra diberi keluarga suportif.
“Arra sayang lagi masak apa?” tanya Umi seraya mengurai pelukan.
“Arra masak tumis kangkung, mujair goreng, dan sambal,” ucap Arra menjelaskan.
“Sudah selesai sayang?” tanya Umi lagi.
“Sudah Umi. Umi sama Abi gih ke ruang makan duluan, habis ini Arra nyusul,” titah Arra kepada kedua orang tuanya.
“Baiklah sayang,” jawab serempak Umi dan Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARA
RomanceSeorang gadis yang ingin bertemu dengan seorang pemuda. Padahal pertemuannya hanyalah sekali, akan tetapi sangat membekas di hati dan benak si gadis itu. Lanjutannya bisa di baca!!!