Ombak yang menghantam pikiranku
Angin tak lagi sabar menunggui musim didadaku
Selain hujan dimatamu, aku menemukan kesedihan
Cuaca tak mengenal kerinduanmu
Kau bagaikan embun yang menggantung diujung pelupuk
Kelabu diwajahmu
Matamu yang tajam itu
Menanam sesuatu yang tak tumbuh diingatanku
Cemburu pada waktu
Tetaplah di tempat
Aku tidak akan mendekat
Setiap tatapanmu telah dicuri oleh batas
Tak mampu aku menjadi wadah
Atau tumpuan hatimu
Perlahan roda berputar, kita saling melupakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen Nasai
PoetryMaaf. 1 kata Biarkan aku menulis sedih Agar puisi ini yang menanggung pedih Angin bahkan tak berpihak padaku Haruskah aku membujuk hujan Agar ia bersedia membasahi mataku