"Bukankah kemarin malam aku sudah memberitahu mu, Anné?" Justin berdiri di depan pintu kamar Anné.
"Hari ini adalah ujian pertamaku, aku tidak bisa bolos sekolah, Justin." Balas Anné tak terima karena Justin melarangnya ke sekolah pagi ini.
Semenjak kejadian kemarin malam saat Justin menarik kalungnya, Justin langsung melarangnya sekolah entah apa alasannya namun hari ini adalah ujian pertama Anné jadi dia tidak bisa tidak hadir.
Justin memang selalu sesuka hatinya memerintah.
"Kau tidak perlu bersekolah, aku akan membayar ijazah mu dengan nilai sempurna tanpa menyelesaikan ujian dan sekolah mu! Sekarang masuk dan ganti pakaian mu!" Perintah Justin dengan tegas.
"Aku tidak tau apa masalah mu sampai sampai melarang ku sekolah, tapi aku tetap ingin ke sekolah! Dan jika ini semua berkaitan dengan para musuh musuh mu itu, maka sebaiknya lepaskan aku dan biarkan aku hidup dengan tenang! Aku tidak ingin terlibat apapun dengan kehidupan mu."
Mendengar pernyataan terakhir Anné membuat Justin kesal.
"Anné!"
"Seandainya aku tidak bertemu denganmu, maka hidupku akan baik baik saja hingga sekarang.." Anné berucap dengan pelan.
Justin menghela napas panjang guna menahan emosinya yang hampir meledak.
"Thomas! Siapkan mobil untukku." Teriak Justin memenuhi rumah besar tersebut.
"Baik, tuan!"
......
Anné menelan ludahnya kasar saat ini.
Dia menoleh ke seluruh ruangan, setidaknya ada 8 bodyguard yang berdiri di setiap sudut ruang kelas untuk mengawasi Anné, dan ada puluhan bodyguard lainnya yang berjaga di depan kelas dan di lapangan sekolah.
Para murid di dalam kelas hanya diam dan fokus pada soal ujian masing-masing, hawa ruangan terasa canggung, mendebarkan dan menakutkan, Pak William selaku pengawas ujian hanya bisa diam di tempatnya.
Justin benar-benar gila!
Bahkan saat ini Justin tengah duduk di sampingnya yang sedang mengerjakan ujian.
"Apa kau sudah gila?!" Anné melirik Justin yang terus menopang dagu sambil menatapnya terus menerus.
"Berhenti berbicara dan selesaikan ujian mu dengan cepat agar kita bisa pulang lebih awal." Ujar Justin.
Anné hanya bisa mengeram kesal.
Sejujurnya dia tidak bisa mengerjakan soal soal ini karena dia mengakui kalau dirinya bodoh, namun walaupun dia bodoh tetap saja dia tidak ingin Justin tau kalau dia bodoh.
Karena itu akan sangat memalukan baginya.
"Dasar bodoh!" Tiba-tiba Justin berucap membuat seisi kelas menatap ke arah mereka berdua.
Anné menahan malu dengan suara Justin.
"Bahkan soal mudah ini kau masih salah?" Justin mengejek Anné sambil menarik lembar jawaban Anné.
"Bukankah kau berjanji untuk tidak mengacau ujian ku?" Anné mengambil alih kertas jawabannya dengan kasar.
"Aku tidak mengacau, aku hanya mengoreksi jawaban mu yang salah." Balas Justin dengan raut wajah datar.
Anné hanya bisa mengalah saat ini, dia menunduk malu karena Justin mengejeknya bodoh.
"Kenapa kau tidak menungguku di luar saja.." Monolog Anné dengan putus asa.
"Honey, aku bisa membantumu menjawab semua soal itu... Namun kau harus membayar ku." Bisik Justin di telinga Anné membuat bulu kuduk Anné berdiri.