Part 1

2 0 0
                                    

Kegelapan menyelimuti seisi bumi saat sang gadis kecil turun dari langit dan menginjakkan kakinya ke tanah, dari kaki yang tak beralaskan apa-apa itu ia menginjak suatu benda yang sangat halus hingga dari kehalusan benda tersebut ia bisa rasakan dingin dan juga hangat menusuk pori-pori kulit kakinya. Udara di sekitar sang gadis kecil kurang lebih tak jauh berbeda dengan apa yang ia rasakan di telapak kakinya, lalu angin yang berhembus kencang sama sekali tidak mengganggu sang gadis kecil terkecuali dengan gelap yang tentu saja membuat gadis kecil merasa payah dan tak bisa melihat apapun yang saat ini ada di sekitarnya. Gadis kecil meraba segala sesuatu yang ada di sekitar dengan perlahan dan ia pun berkata;

"Di mana aku? Mengapa semua terlihat begitu gelap?" Dia mencoba meraih benda halus yang ada di kakinya namun benda halus itu terlalu halus untuk bisa ia genggam dan ia mulai bisa rasakan benda itu berjatuhan dari tangannya ke bawah dan sisahnya ada yang masih menempel di tangan sang gadis. Gadis kecil mencoba membersihkan benda halus itu dengan menepuk kedua tangannya dan terbanglah benda halus itu ke udara dan memasuki lubang hidung sang gadis kecil. Gadis kecil itu bersin seketika benda kecil itu masuk ke dalam lubang hidung namun tak lama setelah itu muncullah pancaran cahaya dari langit yang datang secara perlahan dan dari sekumpulan cahaya itu ia mulai membentuk dirinya menjadi sebuah lingkaran.

Mata gadis kecil menatap ke arah lingkaran yang datang dengan secara tiba-tiba dan dari cahaya yang dipantulkan oleh lingkaran itu ia mulai bisa melihat dunia sekitar yang tadinya gelap tak terlihat menjadi tampak. Gadis kecil pun mulai melihat begitu banyak bangunan di sekitarnya yang terpendam oleh benda halus yang saat ini ada di kakinya. Gadis itu mulai berpikir untuk menamainya benda halus itu dengan pasir.

Dari segala macam bangunan yang terpendam oleh pasir ada sebuah patung yang menyisahkan kepalanya saja yang muncul di atas permukaan. Selain itu ada juga kendaraan yang sudah usang yang juga terpendam dengan pasir dan dipenuhi tanaman merambat yang ada di sekelilingnya. Melihat itu semua gadis kecil mulai terlihat kebingungan dan dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia ini dan mengapa semua terlihat berantakan.

Gadis kecil itu berjalan tak tentu arah, berjalan ke arah barat dan kembali ke arah utara, melihat dunia yang dipenuhi dengan pasir yang hampir tak ada satupun makhluk hidup yang hadir di sekitarnya. Gadis itu mulai merasa kesepian, ia duduk merenung menatap ke arah lingkaran cahaya yang baru saja ia beri nama bulan.

"Oh bulan, mengapa dunia ini terasa begitu hilang? Kemana perginya semua orang dan apakah aku hanya sendirian saja di tempat seperti ini?" Tanyanya,

"Tidak, kamu tidak sendirian duhai gadis kecil" dan suara itu datang dari atas sebuah bangunan yang setengah dari bangunan tersebut sudah tertimbun oleh pasir. Gadis kecil yang mendengar suara itu spontan menoleh ke arah datangnya suara tersebut dan ia melihat ada seekor burung hantu yang saat itu sedang menatapnya dengan tatapan yang tajam.

"Kamu tidak perlu takut melihatku, aku burung hantu dan aku hanya keluar di malam hari seperti ini" ujar burung hantu itu. Ia terbang mendekati sang gadis kecil dan berdiam diri di depan sang gadis kecil yang baru saja ia temui. Ia pandangi gadis kecil tersebut terheran-heran, bagaimana bisa ada manusia di sini, tanya sang burung hantu dalam hati.

Ada sedikit keinginan untuk menyentuh sang burung hantu ketika burung hantu tersebut ada di depan sang gadis kecil namun gadis kecil memilih untuk memendam keinginannya tersebut karena pertemuan ini adalah pertama kali bagi sang gadis kecil untuk bisa bertemu dengan makhluk hidup selain dirinya. Ia hanya merasa beruntung jika dia tidak sepenuhnya sendiri.

"Aku baru pertama kalinya melihat ada manusia di dunia ini setelah sekian lama" ujar burung hantu sembari melihat gadis kecil tersebut dari atas sampai bawah dan dilihatnya lagi gadis kecil itu dari bawah sampai kembali ke atas.

"Hampir saja aku lupa bagaimana sosok manusia jika saja aku tidak melihatmu"

"Memangnya manusia yang lain ke mana?" Tanya sang gadis kecil,

"Sudah lama hilang" jawab sang burung hantu dengan singkatnya. Tampaknya burung hantu itu sedang menilai gadis kecil dengan penglihatannya itu.

"Lalu apa yang terjadi dengan dunia ini? Mengapa semuanya terlihat berantakan?"

"Manusia yang telah merusak dunia ini dan membuat dunia ini tak lagi bisa ditinggali. Dengan keegoisan mereka, ketamakan mereka, manusia yang telah membuat dunia yang tadinya terlihat indah menjadi seperti ini. Mereka hilang setelah dunia ini berubah menjadi padang pasir" lalu tak lama burung hantu itu mulai mengepakkan sayapnya dan ia mulai mengudara namun sebelum ia meninggalkan sang gadis kecil burung hantu itu mulai berpesan kepada sang gadis kecil;

"Istirahatlah di dalam bangunan yang menurutmu nyaman untukmu memejamkan mata. Malam sudah terlalu larut bagimu duhai gadis kecil dan bangunlah di pagi hari. Meskipun dunia ini sudah menjadi apa yang kamu lihat saat ini, namun kamu masih bisa melihat keindahannya di pagi hari nanti, jadi istirahatlah dan kita akan bertemu lagi nanti" dan terbanglah burung hantu itu meninggalkan sang gadis kecil sendirian. Meski gadis kecil itu masih menyimpan begitu banyak pertanyaan yang masih belum bisa terjawab, ia mulai iyakan pesan sang burung hantu dan ia mulai berjalan dan memilih bangunan yang sekiranya bisa ia pilih untuk menjadi tempat ia beristirahat nanti.

Gadis kecil memilih bangunan dengan atap yang terbuka yang mana di tengahnya ada pohon tinggi yang dengan kehadirannya mampu menutup atap yang terbuka tersebut. Ia mulai mencoba untuk memejamkan mata namun ia tidak mampu. Gadis kecil mulai berpindah tempat dan memilih tempat yang mampu membuat dirinya dapat melihat ke arah langit malam yang pada saat itu hanya ada bulan seorang.

"Kelihatannya kamu sendirian juga ya, bulan? Sama sepertiku" Ujar sang gadis kecil namun tak lama setelah itu cahaya bulan mulai semakin terang sehingga cahayanya membuat silau sang gadis kecil dan dengan cahaya yang silau seperti itu membuat sang gadis kecil harus menutup mata dengan tangan kanannya. Cahaya bulan mulai kembali menjadi normal dan terlihat jika bulan mulai menampilkan cahaya baru yang sifatnya lebih kecil dibandingkan dirinya. Gadis kecil menamai cahaya tersebut dengan sebutan bintang. Fenomena munculnya para bintang berhasil memikat perhatian dari sang gadis kecil dan ia pandangi terus bintang-bintang yang mulai bermunculan seperti layaknya brondong jagung itu sampai mereka mulai melompat-lompat ke sana kemari seperti layaknya kelinci. Para bintang mulai mengisi seisi ruang gelap yang ada di angkasa dengan cahaya mereka dan gadis kecil itu mulai bisa melihat seluruh angkasa penuh dengan kehadiran para bintang.

"Kurasa kamu tidak sepenuhnya sendiri ya, bulan?" ujar sang gadis kecil sembari menguap dan tak lama gadis itu pun perlahan mulai memejamkan matanya dan tertidur di bawah sinar para bintang.

"Begitu juga denganmu duhai gadis kecil, kamu juga tidak sepenuhnya sendiri" jawab sang bulan malam itu. Bulan mengirimkan merpatinya untuk menaruh selimut hangat yang ia tenun dari dedaunan untuk sang gadis kecil dan ia perintahkan angin untuk menjadi hangat agar gadis kecil tersebut bisa tertidur pulas sampai nanti pagi.

Gadis kecil yang bersahabat dengan singaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang