𝐏𝐞𝐬𝐚𝐧 18. 𝐌𝐢𝐬𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥

14 1 0
                                    

Kalau suka vote dan komen :)

Tiga sekawan ini sedang berkumpul di kantin dengan tatapan penuh pada Nathan, memperhatikannya dengan penuh dengan tanda tanya.

"Kenapa liatin gue kayak gitu? Gue punya hutang kah di kalian?" ucap Nathan, dia merasa tatapan keduanya mulai mengerikan untuknya.

"Lo beneran gapapa mau jalanin misinya sekarang? Hari ini?" Reyhan semakin menatap mata Nathan memastikan.

"Iya beneran, kita gaboleh buang-buang waktu lagi" balas Nathan.

"Tapi lo udah mikir konsekuensinya kan?" tanya Reyhan lagi.

"Gue udah mikirin itu berhari-hari, gue sakit sakit gini mikir juga" balas Nathan lalu terkekeh. Aneh, adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Nathan saat ini. Reyhan tahu bahwa Nathan adalah tipe orang yang tidak akan menganggap semuanya telah selesai begitu saja.

"Lo beneran gak mau kasih tau kita lo bakal pergi sama siapa aja?" sahut Rey tiba-tiba.

"Gue bukannya gamau tapi yang satu ini gue keep sendiri aja dulu ya, nanti malam kalian bakal tau sendiri" jawab Nathan.

***

Malam ini adalah malam penentuan siapakah yang akan pergi untuk menjalankan misi bersama Mahes. Semuannya penghuni telah berkumpul dan menyiapkan diri masing-masing untuk mendengar sekaligus pergi saat penentuan telah diumumkan. Namun ada satu penghuni yang diam-diam telah mengetahui rencana Mahes, penghuni itu kini tengah bersantai sembari melihat lihat penghuni lain yang sedang resah, siapakah dia?

"Oke gusy gue tau sekarang kalian lagi deg-degan, gue cuma mau ingetin aja kalau misi ini tidak ada batas waktunya, jadi mau sesusah apapun misi yang akan kalian jalankan di sana kalian gaboleh pulang sebelum menemukan satu petunjuk besar, itu aturan yang Mahes sampaikan ke gue kemarin" jelas Reyhan, dia mencoba mencairkan suasana yang tegang walaupun dirinya sendiri merasa tidak baik-baik saja.

Tidak lama dari itu Mahes selaku pimpinan datang ke ruang tengah setelah mengistirahatkan dirinya sejenak, tapi dengan segala pikiran di kepalanya dia malah berjalan menghampiri Arkan dan menunjuknya.

"Kamu ... tahu kan?" tanya Mahes dengan ragu-ragu membuat seisi castle kebingungan.

"Tau apa hes? Aku tidak tahu apa-apa." Yang ditanya pun ikut bingung, lalu mengarahkan pandangannya ke tempat lain.

Mahes menatap sang lawan, meragukan segala ucapan yang dilontarkannya barusan, tapi Mahes tidak akan memikirkannya dulu dia akan pikirkan nanti.

"Oke baik," Selanjutnya Mahes berdiri di tengah-tengah lingkaran yang telah dibuat lalu mengambil napasnya dalam-dalam.

"Aku tidak mau membuang waktu, jadi yang akan pergi untuk ikut bersamaku aku ada tiga mahluk, dua di antaranya adalah para korban dan satu manusia" ucapnya.

"Pertama yaitu Juan"

"HAH? YANG BENAR AJA." Semua yang ada di castle terkejut bukan main terutama Juan, ia merasa dia tidak pantas untuk ikut bersama Mahes, tapi di sisi lain dia merasa sangat beruntung.

"Yang kedua Arkan, kalian pasti sudah tidak heran lagi kan?" lanjutnya.

Semua penghuni merasa lega dengan adanya Arkan untuk ikut serta dalam misi, tapi tidak untuk Sean. Dia merasa tidak suka dengan kehadiran Arkan dalam misi ini, harusnya dialah yang berhak karena kemampuannya untuk telepati jauh lebik baik dibandingkan Arkan yang hanya bisa mengendalikan benda di sekelilingnya.

𝘗𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘛𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang