Pukul dua dini hari aku terbangun dari tidurku, awlnya aku ingin tidur kembali tapi karena aku ingin curhat dengan-Mu aku memutuskan untuk shalat malam. Suasana yang sunyi hanya terdengar suara hewan jangkrik membuat aku ragu untuk shalat malam karena takut akan kemunculan setan yang tidak tau diri, tiba tiba muncul tanpa izin terlebih dahulu. Karena keputusanku sudah bulat, mau curhat dengan yang maha kuasa akhirnya aku shhalat malam juga.
“Assalamualaikum warahmatullhi wabarakatuh” di salam terakhir aku terkejut kemunculan adikku yang duduk di belakangku.
“Astagfirullah, adek, bikin mas terkejut aja kamu, udah malam ngapain bagun, udah tidur lagi sana!” suruhku, alhamdulillah nya adikku nurut dan langsung tidur kembali. Tak lama kemudian aku mengangkat kedua tanganku sambil berdoa.
"Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang, Ya Allah hamba memohon kepada-Mu kuatkan lah hamba dalam menjalani ujian yang engkau beri Ya Allah, sehatkan lah tubuh hamba, limpahkan lah rezeki kepada kedua orang tuaku, sembuhkan lah penyakit yang ada dalam diriku dan kedua orang tuaku, kabulkanlh doa doa hambamu ini Ya Allah, Aamiin” setelah berdoa aku segera merapikan sajadah dan sarung yang aku pakai, di tengah merapikan semua itu, aku teringat bahwa aku ingin curhat, dan aku mengembalikannya seperti semula.
“Ya Allah, hamba sebenarnya sudah tidak kuat lagi dengan cobaan yang engkau berikan, penyakit yang sudah lima tahun lebih kau titipkan ke aku itu membuat aku kesusahan dalam menjalani aktivitas sehari hari, betul memang tidak setiap hari, tapi setiap minggu kau munculkan, aku sudah kangen dengan aku yang dulu, bisa pergi tanpa pengawasan yang ketat, bisa berenang, ikut organisasi pun aku tidak di khawatirkan lagi, penyakit epilepsi juga yang membuat aku menyusahkan kedua orang tuaku, karena obat yang aku minum biayanya begitu besar, Ya Allah kalau bisa percepatlah kesembuhanku, kalau bisa sekarang Ya Allah, aku butuh kun fayakun Mu” selesai sudah curhatanku di malam itu, aku kembali tidur pukul setengah tiga dini hari, saat mata aku terpejam ada yang bilang.
“Tiga bulan lagi kamu sembuh, sabar” katanya. Aku terkejut lalu duduk kembali, ku lihat di sekeliling tidak ada siapa siapa, hanya ada adikku, “masa ya adekku?” gumamku dalam hati, “ah gak mungkin suaranya itu tadi besar” monologku. Tidak ku ambil pusing, aku memilih untuk tidur kembali.
3 bulan kemudian....
“AYAH, IBU AKU SUDAH TIGA BULAN TIDAK KAMBUH” teriakku sambil melihat kalender yang biasanya tempat menandai saat aku sedang kambuh.
“Alhamdulillah, doa doa, dan curhatan kamu di dengar don” ucap ibu ku.
“Terus kapan kita, kontrol lagi ke dokter Arif?” tanyaku bersemangat.
“Hari ini aja, ayo lamu siap siap” pinta ayahku
Di perjalan menuju rumah sakit, aku sangat gembira saking senengnya aku joget joget tidak jelas, padahal sudah kelas 3 SMA, tapi kelakuanku seperti anak kecil. Sesampainya di rumah sakit aku menunggu di depan ruangan dokter Arif, karena saat di perjalanan tadi aku sudah daftar. Saat giliranku, dan aku di tanya tanya in, terus aku cerita banyak banyak, alhasil aku di suruh MRI (magnetic resonance imaging) setelah MRI hasil nya di bacakan oleh dokter Arif dan aku di nyatakan sembuh total.
“Alhamdulillah ananda Doni dinyatakan sembuh total” ucap dokter Arif.
“Alhamdulillah, Ya Allah, selama ini doa dan curhatanku engkau kabulkan” ucapku sambil sujud syukur
Saat di rumah aku tidak berhenti mengucap alhamdulillah, “terimakasih Ya Allah kau telah berikan kun fayakun mu kepada ku, aku tidak mengerti harus mengucap apa lagi selain alhamdulillah dan terimakasih kepada-Mu Ya allah, ternyata tiga bulan yang lalu, yang berbisik di telingaku itu engkau, sekali lagi terimakasih Ya Allah”
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhat Dan Doaku
Short StorySaat di rumah aku tidak berhenti mengucap alhamdulillah, "terimakasih Ya Allah kau telah berikan kun fayakun mu kepada ku, aku tidak mengerti harus mengucap apa lagi selain alhamdulillah dan terimakasih kepada-Mu Ya allah, ternyata tiga bulan yang l...