Vee, Serena, Austin, dan orang-orang dari rumah makan berlari ke arah pasar. Jalan pasar dipenuhi barang-barang dagangan. Sayur, buah, mainan, peralatan rumah, semuanya berserakan. Kepanikan menyebar dari dalam rombongan itu. Ada beberapa orang yang terluka dan sedang diobati oleh pengawas pasar itu.
“Ada apa ini?” Vee bergumam pada dirinya.
Seorang petugas keamanan menghampiri mereka. “Kalian kenapa masih disini? Monster-monster bintang dari Betel muncul.”
“Lalu sekarang mereka dimana?” Serena bertanya.
“Petugas keamanan yang lain sedang berusaha mengusir mereka. Ada beberapa yang lompat lagi ke dalam air. Petugas keamanan lain berhasil mendorong sisanya ke ujung pasar-ke arah dermaga.” Rombongan itu semakin panik. Gimana kalau mereka masuk ke kampung? Bagaimana ini? Keluargaku ada disana. Ibu ayo, adek mau pulang. “Semuanya tenang.” Vee dan Austin berusaha menenangkan rombongan itu.
“Yang terluka gimana?” Serena menunjuk ke orang-orang yang diobati.
“Kalau mereka sudah selesai diobati akan kami bawa ke pusat kesehatan.” Petugas itu menghela nafas. “Tapi, sebenarnya kita kekurangan orang. Jumlah monster itu sangat banyak. Setidaknya ada 20.” Serena terkejut. “Sebanyak itu?” Petugas mengangguk. “Karena itu persediaan obat kamu mulai menipis. Kita harus bawa orang-orang ini ke pusat kesehatan secepatnya.”
“Kalau begitu aku akan bantu obati.” Petugas itu menggeleng. “Kalian harus pergi ke pusat kesehatan. Kebanyakan pedagang dan orang-orang mengungsi ke sana. Ada kemungkinan monster-monster itu masih berkeliaran di pasar.” Serena balas menggeleng. “Aku tau sedikit cara obatin luka. Biarin aku bantu.” Petugas itu terdiam. Gadis ini tiba-tiba ingin membantu mereka, siapa dia? Petugas itu tidak punya pilihan.
“Ya baiklah kalau begitu. Aku juga sepertinya gak bisa ubah keputusan kamu.” Mata Serena seperti berbinar-binar. Dia mengangguk. Lalu melihat ke arah Vee. “Vee!” Vee menoleh. Serena menunjuk orang yang terluka lalu menunjuk dirinya sendiri. Vee mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya. “Baiklah, kau bisa mulai dari sini. Teman ku akan bantu kamu juga. Hati-hati.” Serena berjalan ke salah satu korban yang terluka dan membantu petugas yang mengobatinya.
Kembali ke rombongan itu. Mereka masih ribut. Dan kepanikan terus berlanjut. Vee dan Austin berusaha menenangkan mereka, tapi tidak berhasil.
“Diam semua!” TOK! Suara teriakan dan ketukan keras terdengar dari belakang kerumunan. Semua orang menoleh. Mak Der perlahan maju ke depan kerumunan sambil memegangi tongkatnya. Karena tubuhnya yang bungkuk, Mak Der agak sulit berjalan. Untungnya orang-orang menyingkir—memberi jalan.
“Dengar kalian semua! Kalau kalian panik kayak gini kan kasian petugasnya. Iya kan anak muda?” Petugas itu mengangguk. Agak canggung dan takut. “Tenang semua. Kita harus keluar dari pasar secepatnya. Semuanya buat dua barisan. Vee dan Austin, kalian pimpin barisannya.” Tanpa basa-basi semua orang menuruti perkataan Mak Der. Akhirnya mereka bisa mulai berjalan.
“Hei Vee.”
“Kenapa Austin?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Fragment
AdventurePetualangan Vee bersama kru bajak lautnya mengelilingi dunia sambil mencari harta karun terhebat gang pernah dan memenuhi sebuah legenda.