Eight/Fourteen years old

5 2 1
                                    

Yui kecil begitu rapuh, begitu mudah jatuh jika tidak ada yang merangkulnya. Yui kecil butuh seseorang untuk membuatnya bertahan hidup, seseorang yang mampu membawa Yui keluar dari rasa sakitnya. 

Jeo membutuhkan obat untuknya yang terlalu memfokuskan sesuatu terlalu berlebihan, Jeo butuh pelangi agar hidupnya tidak selalu abu, Jeo tidak mencarinya tapi obat itu datang sendiri bagai keajaiban. ini memang keajaiban, Jeo hanya belum menyadarinya.


Yui kecil datang ke rumah yang sangat hangat, yang bisa membuatnya lupa akan rasa sakitnya, walau kadang rasa sakit itu masih muncul di saat-saat tertentu. Tapi, Yui kecil menemukan seseorang itu, seseorang yang mampu membuatnya sembuh. ini keajaiban walau Yui tidak menyadarinya.


}ooo{


Pagi ini hujan, lagi, padahal bukan musim hujan. "hhh.." Jeo menghela napasnya berat, sepatunya bakal basah lagi. 

Jeo memasuki mobilnya, sekolahnya tidak terlalu jauh, tapi karna hujan dia berangkat menggunakan mobil, sesampainya di gerbang sekolah hujan sudah reda tapi banyak genangan air di sepanjang jalan menuju gedung sekolah, Jeo jalan dengan hati-hati , tapi ...

"Hei!! Lo udah sebesar ini masih lari-larian di genangan air?!" marahnya Jeo kepada saudaranya yang tengil dan jahil, tapi yang di marahinya hanya berlari sambil tertawa terbahak-bahak. "JEMI!"

"AHAHHAHA KABUUUR ADA ANJING GALAK!!!"

"Dasar anak itu, liat aja nanti kalo di rumah."

Ya, Jemi adalah saudara kembar tiri dari seorang Jeo. sifat keduanya benar-benar berbanding terbalik, bagai langit dan bumi yang tidak bisa bersatu tetapi saling melengkapi dan membutuhkan. 

Jeo berlajalan memasuki gedung menuju kelas barunya di lantai tiga, saat sampai di depan kelasnya 3-1 Jeo bergumam "Semoga tidak sekelas lagi dengan anak-anak itu" lalu membuka pintu yang sepertinya sengaja di tutup, dan...

"Lo jalan apa ngesot sih Je, lelet amat" kata Jemi, lelaki dengan senyum manis tapi menyebalkan. Jemi duduk di kursinya dengan kakinya yang di taruh di atas meja, ada satu anak lagi yang duduk di sebelah Jemi.

"Je, sini Je, duduk sini udah gua siapin tempat ternyaman lo, sini" Jeo tidak punya pilihan lain karna semua kursi sudah di tempati siswa siswi lain. Jeo menghela nafasnya "hh, terimakasih." Lalu Jeo menaruh tasnya dan mulai mengeluarkan buku yang berukuran tidak terlalu besar yang jadi kegemarannya akhir-akhir ini. tidak lama ada seorang datang dengan berbagai macam makanan yang berada di pelukannya, Dia membawanya dengan susah payah.

"Woy! Mar baek banget si lo Mar." Seru haikal dengan tidak tau dirinya, lalu mencomot beberapa makanan yang di bawa Martin.

Ya, Haikal adalah anak yang dimaksud Jeo semoga tidak sekelas  -Jemi juga. Untunglah ada Martin yang menurut Jeo lebih normal dari dua anak itu. Posisi duduk mereka, Jeo dan Martin duduk di paling depan paling kanan, sedangkan Jemi dan Haikal duduk di belakang Jeo dan Martin.

"Anjing banget si lo Kal" kesal Martin. Martin menaruh semua makanannya di meja Haikal lalu duduk di sebelah Jeo yang sedang membaca buku seperti tidak terganggu, Jeo sudah kebal.

"E-e-e... mau gua kasih tau ke Mama lo apa begimane nih ente Mar, kalo lo sebenernya punyaaa..." ucap Haikal dengan wajah watadosnya.

Martin hanya memberikan bombastic side eye nya, "Nama gua Martin bukan Mar" 

"lah kan sama aja, Martin, Mar, kan nama depan lo itu, gimana si lo" 

Martin menghela nafasnya pasrah, "Gua gatau lagi mau gimana sama sodara-sodara lu, capek banget." 

Dein LächelnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang