Aku sang candra yang dilema kala itu,
dibelenggu perasaan gusar untuk memilih memendam rasa atau mencicip asmara. Melempar pandangan dingin kepadamu yang kala itu memberi tatapan sehangat baskara. Aku berlagak apatis dengan semua wujud cinta yang kuterima darimu. Andai kau tau, aku sedang dilema.
Kamu adalah sosok yang pemilik sepasang netra sehangat baskara itu, sorot mata yang bisa mendekap bulan dari dingin malam. Itu yang bisa kudeskripsikan dari apa yang membuat hatiku gusar. Kamu jatuh terlebih dahulu kepadaku, aku tau itu. Selalu saja kau memberi perlakuan manis yang melebihi garis sebagai seorang kawan. Kutunggu kamu sampai jengah dengan semua perlakuan manismu. Namun, aku baru sadar bahwa baskara tak akan jengah memancarkan sinarnya.Bukan tiba-tiba kisah kita tertulis seperti ini. Mulanya kita dibatasi oleh garis sebagai seorang teman. Berada dalam sebuah lingkaran pertemanan kecil yang berisi aku, kamu dan beberapa anak lainnya. Kamu tak begitu mencolok diantara kita, justru itu aku. Tertawa paling lantang dan selalu bertingkah.
Tanpa kusadari, apa yang seadanya dalam diriku ini memikat kamu yang selalu saja hanya memperhatikanku saat aku tertawa dan bertingkah sekalipun itu terkesan berisik dan mengganggu. Dari situ aku tau percikan asmara dalam hatimu berubah menjadi api hangat yang membawa semua perlakuan manismu kepadaku.
Walau aku tahu fakta tentang apa yang sedang terjadi padamu itu, aku memilih untuk mengabaikannya. Karena aku kala itu hanya asyik dengan dunia kita yang sebatas teman, belum ada pikiran untuk mencicip asmara. Tapi ada satu hal yang membuatku heran tak berujung, kamu tidak lelah memberi perlakuan manismu walau aku tutup mata dengan hal itu.
Kebiasaan burukku yang sering lupa menutup resleting tasku dan kamu yang selalu sigap membantu menutupnya dari belakang. Pesan whatsapp yang selalu kamu berusaha untuk menjawabnya dengan pemilihan narasi dan diksi yang sedemikian rupa kau susun untuk ku baca. Kita mulai berbicara dengan bahasa Indonesia karena kamu selalu terlihat canggung dan gugup saat kita berdekatan dan berhadapan.
Salah satu dari temanku mengatakan padaku fakta bahwa kamu sedang suka denganku. Kala itu, aku yang sudah terlebih dahulu hanya manggut-manggut sebagai tanggapan dari ucapan temanku tadi. Aku memasang ekspresi sedikit terkejut untuk menghindari kecurigaan dari temanku. Kau tau, mereka mendukungmu untuk terus maju dan tetap menyukaiku walau aku selalu berpura-pura tidak peka dengan kamu dan perlakuanmu.Tak dapat kusangkal, aku juga semakin menjadi dewasa. Sudah tidak kaku lagi dengan asmara. Perlahan-lahan aku menilik semua yang kamu lakukan padaku sebelumnya. Namun aku tak serta merta langsung bisa menerima hangatnya perlakuan darimu. Bila kau telisik, aku mulai menaruh perhatian pada semua hal yang kamu lakukan dan kamu juga mulai menyadari bahwa aku tau tentang kamu yang sedang kasmaran denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sepasang Netra Memikat Chandra (Rembulan)
Teen Fiction"Beruntung kita dapat bertahan, walau tak ada nama untuk hubungan kita ini."