Mesin komputer yang sedari dua jam lalu hidup, kini akhirnya mati. Di depannya, laki-laki berkumis tipis menjatuhkan dirinya begitu saja pada kursi kantor yang sempat dihadiahi istrinya setahun yang lalu.
"Minum dulu, kerjanya nanti lagi."
Wanita dengan jedai di rambutnya tiba-tiba masuk ke ruangan itu, meletakkan secangkir kopi dan piring berisikan biskuit khong guan yang ia kira sudah kadaluwarsa sebulan yang lalu.
"Bukannya udah expired dari kapan tahun ya?" ucap laki-laki itu sembari mengambil satu biskuit dan dia dekatkan pada hidungnya. Memeriksa jika biskuit itu masih layak untuk dimakan.
"Kalau ga mau gapapa, Freyana suka ini jadi nanti aku kasi dia aja buat cemilan pas belajar."
Tak butuh waktu lama, wanita itu mengangkut piring berisikan biskuit tadi. Namun, tangannya ditahan begitu saja.
"Aku cuma bercanda, lagian mana ada istri yang mau nyelakain suaminya." laki-laki itu meraih tangan wanita yang ia sebut sebagai istrinya. Mencoba untuk meraih tubuh wanita itu agar lebih dekat dengannya.
Semakin lama, wajah lelaki itu mulai mendekat menuju wanitanya. Semula, tubuh yang ia sandarkan pada kursi kantor, kini berganti ahli. Jedai yang semula mengikat cantik rambut wanita di hadapannya, kini tergeletak di atas meja sebelah komputer. Wanita itu dengan mudah duduk sempurna di atas kursi kantor yang tadi suaminya gunakan. Merengkuh leher sang suami, dengan niat untuk bersembunyi di balik ceruk leher lelaki itu. Namun, dengan sekejap ia segera memundurkan kepalanya.
Keadaan, sempat hening seketika.
Lalu tak lama laki-laki itu berkata, "Selalu begini sejak ada Freyana?"
"Maaf mas."
Tak ada lanjutan obrolan setelahnya. Wanita itu langsung keluar dari ruangan yang biasa mereka sebut sebagai ruang kantor di rumah.
"Sudah dari enam tahun yang lalu, sejak Freyana lahir dan kamu berubah gitu aja. Aku masih ga tau kamu kenapa, Chika." gumam lelaki itu sambil kembali meletakkan dirinya di atas kursi kantor.
Chika, nama istrinya. Wanita yang ia temui di bangku kuliah itu sama sekali tak berubah sejak enam tahun yang lalu, ketika kelahiran Freyana, anak mereka satu-satunya.
Tak ada lagi sentuhan yang mereka lakukan lebih dari lima menit lamanya. Tak ada perasaan yang kembali berbungah seperti anniversary pertama mereka. Pernikahan yang berjalan tujuh tahun ini, semakin hambar rasa-rasanya. Dan, lelaki itu tak pernah tau sedikitpun penyebabnya. Dimana letak salah atau kurangnya.
"Mas."
Lelaki itu menengok setelah lamunan memecah heningnya. Melihat tubuh Chika yang kembali berdiri di depan pintu ruangannya sambil menyodorkan kotak paket yang cukup besar.
"Ada paket mas."
"Aku ga mesen paket "
Chika menengok singkat nama penerima yang tertulis di atas sana.
"Betul kok buat Mas Zafran."
"Taruh Chik, taruh sekarang."
Chika segera meletakkan paket itu ke lantai setelah suaminya memberi aba-aba. Zafran, sang suami segera mengambil sapu yang ia simpan di atas lemarinya. Mendorong-dorong perlahan paket itu untuk mengecek apabila tidak ada yang mencurigakan. Sementara Chika, hanya berdiam diri di depannya.
"Kamu lupa kali mas habis beli apa gitu."
"Aku ga pesen apa-apa Chika. Aku inget banget kok." jawab Zafran masih mendorong paket dengan sapu tetapi tak kunjung ada pergerakan yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
RomanceYessica Tamara, wanita berusia 30 tahun yang tanpa sengaja menemukan buku diary miliknya ketika berusia 17 tahun. Tak banyak yang ia ingat tentang isi buku itu hingga halaman demi halaman yang ia baca, mengingatkannya pada sosok lelaki yang sempat i...