06. Selamat Hari Merayakan

149 22 3
                                    

Banyak yang belum aku tau tentang mu. Tentang hari ulang tahunmu, rasa kue bolu kesukaanmu, nama panggilanmu di tongkrongan atau perihal cita-cita mu yang sangat sederhana. Apapun itu, aku doakan untukmu. Selamat ulang tahun dan jangan lupa bahagiakan dirimu selalu.

~

"Mama, ini ada kue dari ibu di depan yang punya guguk warna hitam."

Freyana datang ke dapur membawa satu kotak kardus yang dia bilang itu adalah kue. Memberikannya pada Chika yang masih sibuk berkutat dengan piring-piring kotor di wastafel sembari bersenandung ria mendengarkan radio yang terputar lumayan keras di sana.

"Taruh di atas meja makan aja sayang." jawab Chika, sebenarnya dia tidak mendengar apa yang Freya katakan.

Anaknya itu kemudian beralih pergi. Dia sedikitpun tidak tertarik dengan kegiatan rutin yang setiap hari dilakukan mamanya. Lebih baik Freyana kembali menonton film kartun kegemarannya.

Sedangkan, Chika yang terlanjur penasaran dengan kardus yang baru saja dibawa oleh Freya, segera menuntaskan kegiatannya. Mengusap tangannya pada celemek yang ia gunakan untuk membersihkan bekas cipratan air di sana. Tak lupa mematikan radio bising yang sudah hampir usang karena umurnya lebih tua 10 tahun dari umur Chika. Radio bekas pemberian dari mendiang Ayah Zafran.

Kemudian, Chika membuka bungkusan kotak kardus itu. Melihat ada kue bolu yang di atasnya terdapat parutan keju. Baunya harum kas kue bolu di pasar yang baru dikukus dari nampan dengan asap kepul-kepul di atasnya. Dia jadi teringat sekilas kue bolu jaman SMA yang sengaja ia, Dhio, Aldo, Ashel, Olla beli ketika ulang tahun Vian. Kue bolu yang tokonya berada persis di depan sekolah mereka.

Toko Bolu Bu Juju, nama yang masih teringat jelas di benak Chika. Andalan para anak-anak SMA Chika apabila sedang ada acara ulang tahun atau event lainnya di sekolah. Harganya relatif murah, masih ramah di kantung siswa. Memang aslinya dibuka untuk umum tapi lama kelamaan anak sekolahan banyak sekali yang membelinya karena dijual oleh Bu Juju dengan potongan kecil-kecil dan dihargai lima ribu setiap plastiknya.

"Mantep banget!"

Setiap kali ada yang membawa bolu Bu Juju, Dhio selalu teriak kegirangan. Anak itu pembeli setianya. Emang tiada tanding katanya, empuk, apalagi kalau masih hangat.

"Beuh, juara!!!"

Tapi kali ini berbeda, bukan bolu Bu Juju. Chika tau ini pasti pemberian dari  tetangga di depan rumahnya. Kue bolu biasa buatan rumahan. Tetangga di depan rumah Chika itu memang hobi memasak kue atau apapun makanan-makanan manis yang cocok dijadikan cemilan. Jika kadang ada sisa, Chika juga ikut kebagian. Paling enak cheese cake strawberry dan tiramisunya. Freya sampai ingin dibuatkan seperti itu. Tapi sayang, Chika belum ahli membuat kue dan semacamnya. Ia lebih sering memasak makanan rumah. Paling mentok bikin pie, itupun bawahnya gosong semua. Sampai dirinya kesal dan berujung membuangnya karena ucapan Zafran yang sedikit membuatnya sakit hati.

Zafran aslinya bukan suami yang buruk. Ia kerap memuji masakan Chika. Dia hanya orang yang selalu jujur sekalipun apa yang diucapkannya adalah sebuah kepahitan. Waktu itu, Minggu sore, yang biasanya Chika minta pergi ke mall buat sekadar nyalon, belanja, atau memuaskan Freya dengan kuda-kuda an remot yang kerap memutari lantai mall.

Sore itu Chika hanya sibuk di dapur. Zafran yang selalu punya waktu sendiri di ruang kantornya merasa curiga. Kenapa sang istri tidak merengek padanya untuk diajak pergi. Ternyata, Chika sedang serius membuat kue pie. Akhirnya, setelah pie itu jadi, Zafran menjadi orang pertama yang mencicipinya. Kulit pie bawahnya terlihat hampir rata dengan warna hitam alias gosong. Zafran jadi enggan memakannya, dia hanya memakan buah strawberry yang ada di atasnya saja.

About You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang