Kayaknya aku sekarang lebih suka Bakso Pak Kirman yang jual di dekat rumah daripada ayam goreng tempat langganan Mama.
~
Jam 10 teng, Chika membuka pintu ruang tamu rumahnya. Keadaan di luar hujan deras, untung suaminya pergi menggunakan mobil. Tetesan air hujan tak mengguyur hebat jaket jeans yang suaminya itu kenakan. Hanya terlihat rambut lepek yang membasahi suaminya. Sudah dipastikan, lelaki itu akan mengalami migrain sepanjang malam sambil merintih kesakitan di bagian kepala belakang. Tetapi Chika tak ambil pusing, bertahun-tahun dia jalani semua ini. Sudah menjadi rutinitas.
"Freyana udah tidur?" tanya Zafran, tangannya sibuk meletakkan sepatu futsalnya di atas lantai ruang tamu, di pojok dekat dengan pintu masuk.
Chika membantu membawakan tas punggung milik suaminya yang dia paham betul isinya hanya tempat minum satu setengah liter, pakaian kotor bekas futsal, dan sesuatu yang terasa hangat. Tampaknya ada sesuatu yang hangat di bagian persis belakang tas. Tangan Chika segera meraih ke dalamnya. Ada satu plastik hitam yang Chika belum pastikan apa itu isinya karena dia harus menjawab pertanyaan suaminya terlebih dahulu.
"Udah dari tadi mas, kamu sih pulang malem terus."
Zafran menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa sembari memijat keningnya perlahan.
"Pusing ya? Aku buatin teh anget dulu ya mas."
Baru saja hendak pergi ke dapur, tangan Zafran meraih tangan Chika. Dan dia hempaskan begitu saja tubuh wanita itu ke atas sofa.
"Mas, jangan di sini. Nanti Freya kebangun."
Zafran tidak peduli. Tangannya memeluk tubuh Chika perlahan. Minta perlindungan karena tubuh dinginnya yang terasa hampir membeku. Memang tidak sepenuhnya kehujanan tapi cuaca dingin di luar membuat Zafran kian menggigil.
"Bentar aja. Dingin banget soalnya." ucap Zafran meminta Chika tidak beranjak sejengkal pun.
"Itu plastik item apa mas? Kok anget-anget gitu." tanya Chika, posisinya masih tidak berubah. Ia membiarkan Zafran dengan bebas memeluknya erat. Sementara tangannya menunjuk ke arah plastik hitam yang tadi sempat ia letakkan di atas meja ruang tamu.
"Bakso sayang, aku sengaja beliin buat kamu. Pasti kamu belum makan kan?"
"Mas Zafran udah makan?" bukannya menjawab, Chika justru memberikan pertanyaan yang sama.
"Udah, tadi makan mie ayam juga. Kamu kan ga suka mie ayam jadi aku beliin bakso. Aku ambilin mangkuk ya?"
Belum saja Chika kembali menjawab, Zafran sudah melepas pelukannya. Lelaki itu pergi menuju dapur dan tak lama datang lagi membawa mangkuk di tangannya. Membuka plastik dengan kuah hangat yang bisa saja membakar tangan lelaki itu apabila ia membukanya tanpa hati-hati. Menghidangkan makanan kesukaan Chika yang Zafran sendiri tak tau sejak kapan wanita itu mulai gemar memakan daging berbentuk bulat-bulat ini.
Setau Zafran, sejak mereka pacaran, Chika kerap membawanya ke tempat bakso langganan mereka yang ada di dalam Pasar Jatiasih. Zafran kesusahan mengingat nama warung bakso itu. Pasalnya sejak mereka menikah dan Chika tak lagi tinggal di rumah orang tuanya yang lama. Mereka tidak lagi mengunjungi tempat bakso satu itu. Kerap kali Chika meminta kesana tetapi lama-kelamaan wanita itu tak lagi memintanya. Ia pikir, Chika sudah muak dengan Zafran yang tidak mau ribet jauh-jauh ke Bekasi hanya untuk membeli semangkuk bakso sapi.
"Bakso di Jatiasih dulu namanya apa sih?"
"Tiba-tiba banget nanyain bakso di Jatiasih."
"Keinget aja, udah lama kita ga kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
RomanceYessica Tamara, wanita berusia 30 tahun yang tanpa sengaja menemukan buku diary miliknya ketika berusia 17 tahun. Tak banyak yang ia ingat tentang isi buku itu hingga halaman demi halaman yang ia baca, mengingatkannya pada sosok lelaki yang sempat i...