BAB- 03

458 57 9
                                    

Saat hari mulai menyapa Bumi, satu-persatu anggota keluarga Kim turun dari lantai atas menuju meja makan yang terletak di lantai bawah. Semua anggota keluarga turut hadir bahkan Lisa yang masih kurang sehat ikut hadir dalam sarapan kali ini.

"Lisa kenapa turun nak? Kamu masih demam loh  sayang. seharusnya beristirahat saja di kamar biar Mommy yang akan mengantarkan sarapan mu kesana."ucap Johyun setelah mengecek suhu tubuh putri bungsunya itu masih panas.

"Aku tidak mau terus berbaring Mommy, yang ada kepala ku semakin pusing."rengeknya.

"Itu salah mu sendiri anak ayam. jika di bujuk ke Rumah Sakit tuh harusnya mau, jika sudah seperti ini siapa yang susah? Kau sendiri kan."kata Jisoo tengah sibuk memainkan game di ponsel nya.

"Jisoo."tegur Suho pada anak sulungnya yang berbicara sedikit keterlaluan.

Mata Lisa sudah berkaca-kaca hendak menangis tapi Jennie lebih dulu menenangkan nya dengan pelukan. Beruntung posisi duduk mereka ber'sebelahan.

"Sudah jangan di pikirkan perkataan kelinci rabies itu Lili , dia hanya iri pada Lili karena perhatian Nini tercurahkan semuanya untuk Lili."ucap Jennie berusaha menghibur adiknya dengan memberi sedikit ledekan pada kakak tertua mereka.

"YAAAAK! Aku tidak iri ya Jeundeuki."bantah Jisoo tidak terima dengan ucapan Jennie barusan.

"KIM JISOO."Tegur Suho sekali lagi karena kali ini Jisoo berani berteriak di depan meja makan.

"Maaf Daddy."sesal Jisoo menundukkan kepalanya sadar bahwa tidak seharusnya ia bertingkah seperti tadi karena itu tidak sopan.

"Ini ada apa? Kenapa ribut sekali?"tanya Rose yang bingung melihat keluarganya diam padahal seingat dia tadi terdengar keributan namun entah karena apa.

"Tidak apa-apa nak, ayo tambah lagi makanan nya."jawab Johyun.

"Baik Mommy , aku pun masih lapar hehe."dan sarapan pun kembali hening hanya di penuhi oleh suara dentingan sendok dan garpu.

                                  °°°°°°°

"Bagaimana? Ini benar-benar keren bukan?"tanya Joy pada Jennie yang menganga membaca persyaratan yang di ajukan oleh pihak Calvin Klein untuk menjadi BA mereka.

"Ini bukan keren lagi Joy tapi benar-benar spektakuler. aku harus segera pulang untuk meminta izin pada Mommy dan Daddy."

"Jennie tunggu sebentar!!"cegah Joy saat Jennie hendak pergi dari Apartemennya.

"Wae?"

Joy terlihat menghela nafas lalu mengambil dokumen persyaratan itu dari tangan Jennie dan menunjukkan dua baris kalimat di sana.

"Lihat ini ! Apa kau yakin tetap pergi ke Paris? Di sini di jelaskan bahwa kita harus bertelanjang, hanya boleh memakai pakaian dalam yang mereka sediakan dan apa kau yakin orang tua mu akan setuju bahwa orang lain mengambil foto tubuh putri nya yang setengah telanjang?"

Deg

Bagaimana Jennie lupa akan hal penting ini? Bodoh nya Jennie yang terlalu sembrono ingin langsung pulang tanpa menyadari dua baris kalimat larangan bagi keluarganya.

"La-lalu bagaimana ini Joy? Aku benar-benar ingin pergi ke Paris, ta-tapi Mommy dan Daddy sudah pasti akan melarang ku kesana."panik Jennie.

Joy terlihat kembali menghela nafas panjang. Menepuk kedua bahu sahabat nya pelan dengan berkata-

"Jennie dengarkan saran ku ini baik-baik. Kau hanya memiliki dua pilihan antara tetap pergi mengejar mimpi mu atau menjadi anak baik yang mematuhi perintah orang tua nya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kutukan seorang ibu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang