1. pisah

12 2 0
                                    

Risa tidak pernah tahu nasibnya akan seperti apa? Di usia yang baru menginjak dua puluh tahun ia menikah dengan laki-laki baik dan santun bernama Bayu Andrian. Lelaki yang dengan percaya dirinya datang langsung menemui kedua orang tuanya untuk melamarnya.

Selama dua tahun pernikahan mereka tak pernah sekalipun ada pertengakaran meski mereka belum juga dikaruniai buah hati.

Tiba-tiba Risa meminta cerai kepada sang suami dengan alasan yang tak jelas. Membuat semua tak percaya dengan keputusan Risa termasuk kedua orang tua nya.

Risa membulatkan bola matanya ketika melihat isi pesan mesum dari nomor yang di beri emot orang tersenyum. Ini bukan kali pertama wanita itu mengetahui perselingkuhan suaminya, bahkan selama ini Risa juga selalu memaafkan jika sang suami meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

"Apa ini, Mas?" tanya Risa seraya melempar ponsel milik Bayu, suaminya kesembarang arah.

Untung saja laki-laki yang baru keluar dari kamar mandi langsung sigap menangkap ponsel miliknya. Kalau tidak, mungkin sudah hancur itu hape.

"Kamu kenapa sih, Dek?"

Bukannya menjawab, Bayu malah mengajukan pertanyaan kepada istrinya. Merasa aneh dengan tingkah wanita yang sudah hapir tiga tahun dinikahinya itu. Tidak ada angin tidak ada hujan marah-marah tak jelas. Itu lah yang dipikirkan Bayu saat itu.

"Kamu lihat sendiri," jawab Risa dengan meninggikan suaranya untuk pertama kali. Nafasnya memburu tak beraturan, dulu saat tau suaminya selingkub Risa hanya menasehatinya saja. Entah sekarang, rasa marah itu tiba-tiba saja meledak seperti bom atom hiroshima yang meluluh lantakan sebagian kota.

Bayu mengikuti apa yang Risa katakan, matanya membulat, jakunnya naik turun setelah membaca pesan yang ada di aplikasi hijaunya. Padahal ia sudah bilang sama orang tersebut untuk tidak mengirimkannya pesan saat ia ada di rumah.

"Dek, i-!"

"Cukup, mas! Tidak usah di jelaskan lagi, aku tau apa maksudnya. Lebih baik kita berpisah saja!" murka Risa melihat suaminya yang mencoba untuk mengelak lagi.

"Dek, dengarkan penjelasan Mas dulu!" ujar Bayu masih dengan suara selembut mungkin.

"Aku muak, Mas! Aku capek, aku ingin kita berpisah!" pekik Riska, emosinya meledak tak bisa di bendung lagi setelah mengetahui suaminya berselingkuh lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Maafkan Mas, Dek! Mas hilaf. Beri Mas kesempatan lagi. Mas janji ini yang terakhir kalinya!" Bayu berlutut dan memohon kepada sang istri agar tidak meninggalka dirinya.

"Ck!"

Riska bedecak mendengar apa yang dikatakan Bayu. Baginya Bayu hanya membual untuk membohonginya lagi.

"Kesempatan? Apa selama ini aku tidak pernah mmemberi kamu kesempatan, Mas. Sudah berapa kali Mas minta kesempatana? Hah!" emosi Risa semakin menjadi, rasanya ia ingin melempar suami pencinta selangkangan ini ke benua Antartika, untuk menemani sang berunag kutub disana.

Bayu hanya diam, menyesali semua kesalahan yang telah dilakukan, yaitu menyakiti hati istrinya untuk kesekian kalinya.

"Biar aku ingatkan jika kamu lupa!" seru Risa sedikit melemah, melihat sang suami hanya diam tanpa mau menerima semua fakta yang baru saja dikatakannya.

"Per-"

"Cukup, Dek! Mas tau mas salah. Tapi kali ini saja, tolong maafkan Mas, Ya? Mas cuma cintanya sama kamu saja, Dek."

Risa menggeleng, sudah cukup baginya untuk terus hidup bersama laki-laki yang tidak pernah mau berubah. Lagi pula keputusannya sudah bulat, ia ingin berpisah dari sang suami. Apalagi tak ada anak sebagai pengikat di antara mereka, jadi tidak ada hal yang perlu di pertimbangkan lagi. Mengenai harta gono gini, semuanya masih kreditan. Lagi pula setiap gajian selalu mertuanya yang memegangnya, sedangkan Risa hanya di beri jatah satu juta saja untuk satu bulan. Belum lagi, harus membeli token listrik dan bayar air. Kalau rumah langsung dipotong dari gaji Bayu.

"Maaf, Mas! Risa tunggu di pengadilan."

Wanita itu keluar dengan membawa koper yang tidak terlalu besar, karena memamg tidak memiliki banyak barang. Gaji suaminya selalu habis tak tersisa, kadang ia meminta saudaranya untuk meminjamkan uang padanya.

Bayu hanya bisa terdiam melihat kepergian sang istri, rasanya ia tidak berani untuk mengantar pulang kerumah mertuanya.

Janji yang pernah terucap untuk selalu melindungi Risa tak bisa ia tepati, bahkan dirinyalah yang telah menorehkan luka di hati istrinya.

Nasi sudah menajdi bubur, penyesalan memang selalu datang belakangan. Seandainya ia bisa merubah sifat buruknya, mungkin rumah tangga merka akan baik-baik saja.

Bagi Bayu, Risa adalah istri yang baik. Tidak menuntut Bayu untuk memberi nfkah yang besar dan menuruti semua keinginannya. Laki-laki itu bukananya tidak tau, seberapa besar uang yang di beri Ibunya. Hanya saja selama sang istri tidak protes, Bayu diam saja. Menurut Bayu, surganya ada di telapak kaki sang Ibu. Jadi sudah seharusnya ia membahagikan hati wanita yang sudah melahirkannya itu.

Risa berjalan dengan gontai, ia tak tahu harus pergi kemana. Tak mungkin ia pukang ke rumah orang tuanya, ayah dan ibunya telah bercerai setahun yang lalu. Jadi, Risa tidak ingin menjadi beban laki-laki cinta pertamanya. Sedangkan Kakak perempuannya sudah memiliki kehidupan sendiri, tak mungkin ia menambah beban untuk keluarga kakaknya.

Mengambil ponsel di saku celana yang ia pakai, menghidupkan dan membuka kontak yang ada disana. Mencari satu nama dan berharap masih aktif, karena sejak menikah ia tak pernah menghubunhinya.

Tut... Tut... Tut...

Terdengar nada tunggu cukup lama sebelum panggilan itu dijawab dari seberang sana.

"Ha-halo, Ren. Ini gue Ri-"

"Mau ngapain, Lu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencoba IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang