1.) Kita akan tetap bersaudara, dekat maupun tidak

115 28 6
                                    

Hal yang pertama halilintar lihat adalah seorang bocah laki-laki yang sedikit pendek dengan kulit putih pucat jangan lupakan bagaimana wajah nya seperti orang sakit, dia terlihat sangat rapuh

Hal itu membuat si iris merah ruby merasa sedikit tak nyaman saat melihat bocah laki-laki yang lemah seakan jika di sentuh tubuh itu akan jatuh dan retak.

Halilintar melihat bagaimana bagaimana kembaran nya yang keempat dan yang kelima berlari ke sang ayah, mereka tampak tak suka jika posisi mereka digantikan oleh bocah laki-laki biru tersebut dan mendorong nya

Itu mengundang keterkejutan dari halilintar, dia tadi reflek ingin menjangkau bocah tersebut, tapi tampak nya bocah itu dengan cepat menggapai benda yang berada disekitarnya untuk menahan tompangan di tubuhnya.

_

Saat makan siang halilintar juga merasa tidak nyaman dengan suara yang berisik di meja makan, dia menatap orang yang berada disamping ayahnya dan juga menatap bagaimana bocah biru itu makan dengan dentingan sendok yang berisik.

Dan tampaknya ayahnya terlalu memperhatikan setiap gerak gerak bocah biru tersebut.

Membuat sang bungsu mengeryit tidak suka tapi setidaknya si bungsu itu masih bisa mengontrol emosi nya, tidak seperti blaze yang emosi nya hampir meluap luap.

Drrrttt!...

Suara telepon di saku ayahnya berbunyi, dia bangkit.

"Taufan, ayah sebentar mau pergi keluar mau jawab telepon"

Bocah biru itu mengangguk kecil.

Saat ayah nya pergi melangkah keluar, disana blaze memukul meja.

"Kau menjijikkan!, tidak bisa kah kau makan dengan diam? Apa kau memang sengaja mencari perhatian ayah? Dasar kau anak caper! Aku tidak suka" Bentak blaze.

Mengundang keterkejutan, dan tampaknya taufan juga sedikit cemas.

Halilintar tidak berniat untuk menghentikan perkelahian yang ditimbulkan oleh blaze, dia hanya menatap reaksi yang diberikan oleh taufan kepada blaze.

Taufan mengulum senyum dibibirnya, menarik sudut bibir tersenyum seperti sabit, seakan dia memaklumi perlakuan blaze terhadapnya

"...Maaf ya, blaze. Aku sedikit berisik ya? Maaf. Soalnya aku baru belajar" dia berucap dengan lirih. Nyaris , Halilintar bahkan tidak bisa mendengar suara dari bocah itu.

Telinga halilintar mendengar suara yang begitu mengalun dengan kecil, halilintar tidak yakin apakah cuman dirinya yang hampir tidak bisa mendengar dia berbicara.

Ayahnya kembali dengan wajah yang sedikit tidak bisa didiskripsikan oleh halilintar. Ayahnya menghampiri taufan yang mencoba bangkit dari kursi nya.

Ayahnya nya menahan tubuh itu,

Gempa sedikit merasa iri, halilintar jamin itu pasalnya sang ayah biasanya tidak pernah menunjukkan perhatian penuhnya kepada mereka.

"Taufan, ayah tinggal sebentar ya, ayah ada urusan. Kalau mau minta sesuatu ada kak hali" kata sang ayah.

Taufan dibantu naik keatas untuk pergi kekamarnya.

_

"Halilintar, ayah ada urusan keluar kota, ayah mau minta sesuatu ke kamu"

"...apa ?"

" jaga taufan selama ayah tidak ada disamping nya, jaga taufan layaknya seperti kamu menjaga semua adikmu, ayah tidak akan meminta banyak dari kamu, setidaknya jaga dia sampai ayah kembali"

Setelah ayahnya berucap seperti itu, Halilintar yakin dia memiliki firasat buruk tentang ayahnya yang mengatakan hal seperti itu, masih menjadi misteri baginya, kenapa baru sekarang ayahnya meminta hal seperti ini?.

Halilintar masuk kedalam setelah ayahnya pergi naik mobil hitam miliknya. Gempa menghampirinya lalu bertanya dengan nada turun.

"Yaah, sulit untuk mengatakan 'tidak' untuk nya, tapi bagaimana dengan perasaan kak hali yang tidak dipikirkan oleh sang ayah? Aku tidak akan mengajukan banyak pertanyaan. . .Tapi apa kak hali akan menerima nya?"

Halilintar terkesiap, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang dikatakan gempa.

"Aku tidak tahu gem, tapi mungkin ayah cuman ingin memperbaikin persaudaraan kita dengan orang 'itu' selama ini persaudaraan kita kurang lengkap" Halilintar mengelus kepala gempa.

"Kami iri dengan nya, mendapatkan seluruh perhatian yang diberikan ayah hanya khusus kepadanya, dan kita seperti dibuang"

Halilintar menoleh mendapatkan ice yang mengatakan nya dengan blaze yang sedang menggendongnya, blaze mengangguk.

"Selama ini ayah tidak pernah memberi perhatian penuh kepada kita, wajar kalau kami merasa tersaingin"

Halilintar duduk di sofa, dan diikuti gempa yang duduk disebelahnya, mereka sedang berkumpul ada thorn dan solar juga yang ikut diam menyimak. Halilintar menghela nafas lalu tersenyum kecil.

"Kita semua sama,tidak ada yang mendapatkan perhatian penuh dari ayah, tapi kalian masih ada kakak disini. . ." Balas halilintar.

"Jadi kak hali, bakal nerima orang 'itu' ?,bagaimana jika perhatian kakak lebih ke dia? Bukan kami?" Thorn dengan mata berkaca-kaca memegang erat ujung baju halilintar.

"Kalian dimata kakak itu sama, perhatian kakak juga akan sama dengan kalian dan dengan 'dia'. tidak akan ada perbedaan atas seluruh semua perhatian kakak, mengerti?"

"Mengerti"

Halilintar memeluk mereka semua, "kita akan tetap bersaudara,dekat maupun tidak"

'Beri dia waktu' - [Fanfiction]Where stories live. Discover now