2

40 14 0
                                    

Langit cerah di awal petang tercermin di wajah seorang reporter INTV yang sering muncul dalam acara 'Lorong Gaib' itu. Pemuda tampan mantan peragawan dan pernah beberapa kali membintangi sinetron laga itu tak lain adalah Niko Madawi. Dari dulu dia naksir Kumala Dewi, tapi tak berani terang-terangan. Pernah ia menyatakan rasa sukanya kepada Kumala, tapi cenderung berkesan canda, sehingga kurang ditanggapi oleh Kumala. Namun sebenarnya si anak bidadari yang dikenal sebagai paranormal cantik itu tahu persis isi hati Niko. Hanya saja ia tak mau menampakkan rasa simpatinya itu, sehingga sering membuat Niko penasaran.

Tapi di awal petang kali ini, agaknya Kumala alias si Dewi Ular itu, ingin sedikit membuka tabir kepura-puraannya. Terbukti ia melangkah di tengah-tengah Mall sambil menggandeng tangan Niko. Kesan mesranya seolah-olah ingin
dipamerkan kepada seluruh pengunjung Mall yang rata-rata terkagum-kagum melihat kecantikannya.

Niko justru berkeringat dingin menerima sikap semesra itu. Hampir setiap orang yang bеrpараsan dengan mereka berdua selalu menyempatkan memutar kepala untuk memandangi Kumala. Kecantikan si anak bidadari itu nyaris tiada tandingannya. Di seluruh Mall berlantai empat itu tidak ada wanita secantik Kumala Dewi.

Bentuk tubuhnya yang bukan hanya sekedar sexy saja, namun juga mempunyai nilai seni keindahan tubuh paling tinggi, tidak pernah ada yang menandinginya. Tentu saja hati Niko merasa bangga, namun juga menyimpan kecemburuan, karena merasa takut ada pemuda lain yang lebih tampan darinya mendapat sambutan kedipan mata dari Kumala.

"Nik, menurutmu gaun ungu itu pantas nggak buat aku?" sambil Kumala menuding sebuah gaun pesta berwarna ungu. Gaun itu dipajang di etalase dalam sebuah butik.

"Menurutku sih, nggak pantas."

"Bukannya justru akan membuatku makin tampak sexy kalau pakai gaun itu, Nik?"

"Ya. Memang kamu akan tampak sexy, bahkan terlalu sexy. Tapi menurutku pakaian seperti itu nggak pantas untuk anak dewa seperti dirimu. Terlalu seronok. Citramu sebagai bidadari asli dari Kahyangan akan hilang. Orang sangka kamu wanita nggak bener, sebab gaun itu sangat memancing perhatian kaum lelaki."

Dewi Ular tersenyum tipis, nyaris tak kentara. Padahal dalam hatinya tertawa geli, karena pada saat itu ia merasakan getaran di hati Niko adalah getaran rasa cemburu. Niko tidak suka kalau Kumala memakai gaun itu, karena takut menjadi bahan incaran lelaki lain.

"Nik. Aku kepingin memiiiki gaun itu deh. Modelnya bagus. Kayaknya sih belum pernah ada perempuan yang pakai gaun model itu."

"Kalau kamu ngotot, ya terserah. Beli aja! "

"Aku nggak punya duit tuh. Kamu mau belikan aku gaun itu?" Kumala memancing reaksi Niko, padahal dia sangat mampu membeli gaun itu, bahkan untuk sepuluh kali lipat harga gaun itu, ia masih sanggup membelinya.

"Beli aja sana. Kamu sendiri yang ngomong sama pelayannya."

"Kamu ada duit nggak?"

"Ada, ada...!"

"Tapi kamu kan nggak suka kalau aku pakai gaun itu."

"Kalau kamu senang, aku akan suka. Ара yang kamu senangi, itu yang aku sukai. Yang penting kamu senang."

"Idih, kok gitu sih?" Dewi Ular mencibir geli, tapi ditahan kuat-kuat dan hanya sebagian kecil rasa gelinya yang tercermin melalui cibiran cantiknya.

"Pokoknya berapa pun harganya, beli! Aku masih sanggup membelikan gaun yang harganya jauh lebih mahal dari yang itu," kata Niko walau sambil memandang ke arah lain.

Dewi Ular yang rada-rada konyol itu benar- benar mengambil gaun tersebut. Harganya ratusan ribu. Dia ingin melihat kesungguhan Niko dalam menyenangkan hatinya. Ternyata pemuda itu membayar tunai gaun tersebut. Sejumlah uang diambilnya dari dalam dompet. Kumala sempat melirik isi dompet Niko.

"Kasihan, uangnya tinggal dua-tiga lembar," pikir Kumala, tapi ia berlagak cuek.

"Ара lagi yang ingin kau beli?" tanya Niko saat keluar dari butik tersebut.

Sejak menjemput Kumala dari kantornya, Niko memang sudah berjanji ingin membelikan sesuatu untuk Kumala. Dia habis dapat bonus dari sebuah produk yang menseponsori acaranya di teve. Sebab itulah ia berani membawa Kumala dan mengajaknya untuk borong-borong di Mall.

"Aku kepingin parfum deh, Nik." Kumala memaksakan diri untuk berlagak manja.

"Untuk ара parfum? Tubuhmu sudah menyebarkan aroma wangi cendana dan pandan yang amat lembut dan romantis. Ара masih perlu parfum segala?"

"Aku ingin merubah ciri-ciriku Biar orang tak mudah mengenal siapa diriku sebenarnya. Karena bau wewangian yang ada padaku adalah wewangian khas Kahyangan."

"Ya, udah kalau begitu maumu. Kita ke counter parfum. Tuh, di lantai atas kayaknya ada toko spesial parfum." Niko menunjukkan sikap memanjakan Kumala.

Sekalipun sebenarnya banyak yang ber-tentangan dengan hati kecilnya,
tapi ia cenderung mengikuti keinginan gadis cantik anak Dewa Permana dan Dewi Nagadini itu. Ia ingin tunjukkan kepada si paranormal cantik itu bahwa ia punya pengertian yang cukup besar dan pantas dibanggakan.

Sebuah parfum dengan wewangian eksklusif dipilih Kumala. Harganya mencapai 600 ribu lebih. Kumala bilang, ia suka aroma parfum itu. Niko tak keberatan membelikannya. Tapi kita harus cari ATM dulu.

"Uangku di dompet nggak cukup untuk membeli parfum itu, Kumala."

"Ah, malu-maluin kalau harus ke ATM dulu. Nggak usah aja deh."

Niko tak ingin mengecewakan gadis itu. "Pakai credit card bisa, Zus?" tanya Niko kepada pelayan.

"Bisa saja," jawab si pelayan.

"Ya, udah. Kami ambil parfum yang itu tadi," sambil Niko mengambil dompetnya untuk mengeluarkan credit card-nya.

Ia mendekati bagian kasir. Namun alangkah terkejut hati pemuda itu ketika melihat dompetnya tebal kembali. Uang yang tadi sudah dipakai membeli gaun ternyata menjadi utuh dalam jumlah yang sama. Padahal tadi sisa uang di dompetnya tinggal dua-tiga lembar lima puluhan ribu. Sekarang kenapa menjadi tebal kembali?

"Pasti dia yang bikin ulah begini, ngerjain gue!" pikirnya sambil melirik Kumala.

Gadis itu berlagak cuek, seolah-olah tak melihat kebingungan Niko. Tapi di sudut bibirnya Niko melihat gadis cantik jelita itu menyembunyikan senyum, seperti sedang menertawakan keheranannya. Akhirnya parfum itu dibayar dengan kontan. Masalah tersebut dibicarakan setelah mereka berada di Mc Donalds, menikmati santap malamnya dengan sesantai mungkin.

Sebelumnya, Niko dibuat tercengang lagi saat membayar di kasir Mc Donalds, ternyata uang yang dipakai membayar parfum juga kembali lagi. Utuh seperti semula. Seolah-olah jumlah uang di dompet belum pernah digunakan selembar pun.

"Kamu ngerjain aku, ya?" tegur Niko sambil menyembunyikan senyum malunya.

"Ngerjain apaan?"

"Uangku kok tetap utuh? Padahal tadi sudah kupakai bayar gaun, parfum, dan... mungkin juga sekarang utuh lagi setelah kupakai bayar makanan ini."

Kumala Dewi tersenyum tipis, tidak mau menatap Niko. Ia bahkan bersikap seakan malas mengomentari kata-kata Niko itu. Perhatiannya tertuju pada hidangan yang sudah tersedia di depannya.

"Uang siapa yang kau masukkan ke dalam dompetku ini, Dewi?"

"Udahlah. Yang penting kamu nggak rugi."

"Tapi kalau kamu bawa pulang barang-barang itu, sedangkan uangku yang kuberikan pada kasir kau ambil secara gaib dan kau masukkan ke dalam dompetku, itu namanya mencuri, Dewi. Barang-barang yang kau bawa itu hasil curian, bukan hasil membeli. Sebab pihak toko merasa dirugikan oleh tindakanmu."

"Nggak ada yang merasa dirugikan."

"Lalu uang siapa yang kau masukkan ke dompetku ini?"

****

46. Misteri Bocah Jelmaan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang