2 : Mantra

138 27 1
                                    

Konon katanya ada staf yang bunuh diri di bilik kamar mandi pojok sekolah ini. Sejak saat itu banyak rumor busuk tentang kamar mandi itu yang mengakibatkan siswa-siswi dan jajaran staf guru tak pernah menggunakan kamar mandi di bangunan lama tersebut. Para penghuni sekolah cenderung menggunakan kamar mandi di gedung baru yang terletak di sebrang gedung lama.

Gedung lama masih beroperasi menjadi sarana belajar untuk sekolah dasar, sementara bangunan baru diprioritaskan untuk tingkat SMP. Namun, hanya kamar mandi SMP yang digunakan di sekolah swasta tersebut.

Pada suatu hari, ketika hari sudah sore, seorang siswa kebelet berak. Namun, kamar mandi di gedung baru rupanya penuh. Karena tak mampu membendung hasrat, ia pun lari bagaikan ninja untuk membuang tinja.

Persetan dengan rasa takut. Sepertinya rasa malu lebih mengerikan karena akan diingat sepanjang masa. Daripada harus berpasrah diri, ia memutuskan menggunakan kamar mandi bangunan lama.

Plung!

"Ah, lega."

Ya, terdengar cukup klasik. Tak lama berselang dari rasa lega itu, kini rasa takut merambat mencengkerami tubuhnya. Di tengah keheningan itu, siswa tersebut buru-buru menyelesaikan urusannya.

Tok ... tok ... tok

Merinding! Tangan yang ia gunakan untuk memegang gayung kini gemetar hingga air di dalam gayungnya tumpah-tumpahan.

"Si-siapa?" tanya siswa itu.

Tok ... tok ... tok

Tak ada jawaban. Hanya ketukan pintu lagi dan lagi yang terdengar. Padahal ia sudah menghindari bilik pojok di kamar mandi ini, tetapi tetap saja rasanya masih menyeramkan.
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

Semakin lama ketukan itu semakin brutal. Persetan dengan istinja! Kini siswa itu langsung mengenakan celananya dan hendak kabur. Namun, ketika ia berusaha membuka pintunya, pintu itu tidak mau terbuka seolah sedang terkunci.
"Tolong!" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
Ia terus berusaha membuka pintu itu dengan segala yang ia bisa. Hingga tanpa sadar, ada sesuatu yang menyentuh ujung rambutnya.

Sejenak ia berhenti, lalu perlahan menoleh dan mendongak. Matanya terbelalak ketika menatap pria yang tergantung dengan tali di lehernya. Kakinya menggantung melayang mengenai kepala siswa tersebut. Mata pria itu melotot menatap bocah kecil di dalam kamar mandi.

Ditatap orang yang seharusnya sudah mati membuat bocah itu ingin menangis, tetapi tak bisa. Tubuhnya lemas hingga terduduk dan hanya mampu mendongak menatap pria gantung diri di atasnya.

"Tok ... tok ... tok ...," lirih pria itu mengikuti suara ketukan pintu.

Tali yang menggantung di atas pun putus. Pria itu jatuh menimpa bocah yang sedang takut setengah mati tersebut.

"AAAAAAA!"

Teriakan bocah itu menggemparkan seisi sekolah. Ia tak sadarkan diri akibat rasa takut berlebih dan dibawa ke UKS oleh guru pertama yang mendobrak pintu kamar mandi.


***

Hari silih berganti. Seorang guru datang ke kelas membawa seorang anak berwajah lesu dengan celana pendek berwarna biru bersamanya.

"Selamat pagi anak-anak," sapa guru itu pada murid-murid di kelas.

"Pagi bu guru," balas anak-anak di kelas dengan kompak.
"Hari ini kita kedatangan anak baru." Guru itu menatap si murid pindahan. "Ayo, perkenalkan diri kamu."

Anak itu menghela napas berat, seolah malas dengan acara perkenalan ini. Namun, ini merupakan langkah awal dalam prosedur pendidikan yang harus dilalui. Hal wajar mengingat ia pindah di tengah semester.

Sang Arkana : Para Pemburu IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang