Bab 1
"Tadi malem Dito nembak gueeee!" suara Lyla membuat suasana kelas yang tadinya sepi seketika menjadi berisik. Jelas sekali raut wajah Lyla menunjukkan aura kebahagiaan. Raut itu ditunjukkan tepat ketika langkahnya memasuki kelas.
Aku tidak terlalu mendengarkannya karena sibuk menyalin PR yang tidak sempat kukerjakan karena begadang marathon menonton Gossip Girl hingga subuh. Namun, aku cukup jelas mendengar suara Lyra. Dari nada suaranya yang seperti tengah melakukan sebuah orasi, ia dengan semangat menceritakan secara jelas saat pertama kali Dito memiliki gelagat aneh dan sempat membuatnya kesal hingga pada akhirnya ia mengutarakan isi hatinya dengan membuat kejutan yang sudah sangat ia persiapkan.
Tanpa perlu repot mendengar dengan seksamapun sejujurnya aku sudah tahu detil ceritanya. Yah, ini mungkin untuk kesekian kalinya aku mendengar teman-temanku bercerita tentang kisah cintanya. Tentang bagaimana awal mereka dekat kemudian jadian. Sampai aku bosan dan selalu bertaruh dalam hati bahwa pasti dua atau tiga bulan lagi mereka akan datang di pagi hari dengan wajah babak belur serta mata yang sebesar telur dinosaurus.
Putus atau patah hati.
Dari sekian banyak teman-teman perempuanku bisa dengan mudah kuhitung yang menyandang status jomblo, termasuk aku. Sudah berkali-kali pula Lyla atau Vee menyuruhku untuk mencari pacar. Dan berkali-kali pula aku mengabaikannya.
I mean, i'm not a geek, i'm not a cheers, i'm not a bad-ass, and seriously i'm not a popular girl even i've got many friends in the school.
I'm just me.
Aku bukan teman-temanku yang rajin pergi ke perawatan wajah agar memperhalus kulit mereka. Juga tidak pandai dalam menghias diri. Aku tidak cantik meskipun aku juga sebenarnya tidak jelek. Hanya saja.. apa ya? Yang jelas, aku tidak seperti mereka. Kupikir, selama aku menjalani masa remajaku belum ada laki-laki yang mencoba mendekatiku kecuali hanya sekedar meminjam penghapus atau mungkin saat sedang rapat organisasi untuk bertukar pikiran. Mereka tidak mengajakku berbicara jika tidak ada hal yang perlu dibicarakan.
Entahlah, mungkin aku yang terlalu kaku untuk sekedar memulai pembicaraan dengan mereka. Atau mungkin seperti kata Vee yang selalu mengatakan bahwa aku saja yang tidak mau membuka diri pada laki-laki, katanya juga aku terlalu keras hati untuk menyadari ada beberapa laki-laki yang mencoba mendekatiku. Yah, mungkin aku hanya ingin menjaga diriku sendiri dari perasaan sakit karena cinta. Mungkin.
Aku harus selalu berlapang dada jika teman-temanku tiba-tiba membatalkan janji untuk menonton film atau jalan karena cowoknya tiba-tiba mengajak mereka jalan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, aku sudah tidak peduli lagi kalau menyangkut urusan dia dengan cowoknya. Maksudku, kalau menyangkut urusan mereka berdua. Aku hanya dengan temanku, bukan cowok mereka. Mereka membatalkan janji, dengan senang hati aku akan pergi sendiri dan jalan-jalan sendiri. Di tatap orang-orang jika sedang makan sendirian? Well, peduli apa?
***
Aku tidak pernah punya pacar dan kelihatan tidak peduli dengan laki-laki itu bukan berarti aku tidak menyukai salah satu di antara mereka. Sejujurnya aku sudah lama menyukai seseorang. Psstt, sebenarnya ini rahasia. Hanya aku, Caramel, dan Vanilla saja yang tahu. Ah, juga Tuhan tentu saja.
Namanya Alfaraga Gelar Batara, aku menyukainya sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di bangku Sekolah Mnengah Pertama. Pada saat itu dia menolongku saat aku hampir terpeleset. Mungkin baginya itu tidak penting, malah mungkin ia sudah melupakannya. Tapi bagiku, itu penting sekali. Semenjak saat itu aku mulai sering diam-diam memerhatikannya.
Bahkan, betapa lucunya aku ketika rela masuk ke SMA yang sama dengannya, alasannya klise dan sedikit berlebihan, biar aku dapat memerhatikannya terus. Tapi, seperti cerita-cerita kebanyakan orang. Banyak orang yang sering memperhatikan seseorang tapi seseorang itu tidak pernah memerhatikannya. Sederhananya sih cinta dalam hati pada satu hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochaccino [Completed]
Teen FictionUPLOAD FULL PINDAH KE MANGATOON -- Panggil saja aku Mocha. Saat ini aku sedang mencoba menulis novel per--tidak, sebenarnya bukan pertama, mungkin ke lima atau mungkin tujuh? Aku lupa. Sudahlah, baca saja kalau mau tau cerita novel ini.