Another Me

315 29 13
                                    

"Sayang, sarapanmu sudah siap." Gulf berbisik di telinga Mew lalu mengecup pelipisnya.

Mew tersenyum meskipun matanya enggan terbuka, ia menikmati nafas Gulf menyapa pipinya.

"Belum mau bangun, ya? Baiklah, pejamkan saja matamu." Setelah mengucapkannya Gulf bangkit lalu menyusup ke dalam selimut yang membungkus Mew dari kaki hingga ke dada.

Gulf menyusup dari bawah, merangkak pelan di balik selimut. Mulanya mengecup mata kaki Mew yang samar terlihat berkat cahaya matahari. Gulf menaikkan kecupannya mencapai betis, menyapa bulu kaki Mew, lalu naik lagi ke paha.

Mew menggeliat sambil mengulum senyum. Masih betah pura-pura lelap.

Sampai di paha dalam, Gulf berinisiatif membuat bagian itu sedikit bertanda. Kerja sama bibir dan giginya sukses mencetak bulatan merah disana.

Sang pemilik paha akhirnya mengintip gundukan selimut berisi Gulf di bagian bawah tubuhnya dan tersenyum lebar.

Pagi yang menyenangkan, pikirnya.

Senyum lebar itu disertai pejaman mata kala penisnya yang sudah tegak terbungkus hangat mulut Gulf.

"Sayang, kita harus berangkat kerja..." Racau Mew setelah beberapa menit menikmati belah bibir kekasihnya yang masih betah di balik selimut, bekerja lebih keras.

Gundukan besar di selangkangan Mew makin aktif bergerak naik turun.

Gulf enggan menyahut. Lebih banyak desisan yang diberikan Mew, lebih giat Gulf membenturkan penis Mew ke ujung tenggorokannya.

"Sshh......"

Gulf menarik kepalanya dan menyibak selimut seketika, saat dirasa Mew hendak memuntahkan cairan.

Tentu saja Mew kaget, dan protes.

"Aku sudah hampir sampai.." Mohon Mew memelas.

Alih-alih menuruti mau Mew, Gulf beringsut turun.

"Bangun, cepat mandi dan sarapan. Aku tidak mau membujuk mama lagi untuk tidak memecatmu karena suka terlambat datang." Ucap Gulf dengan wajah yang ia buat segalak mungkin.

"Tapi ini sudah di ujung.." ucap Mew menunjuk bagian tubuhnya yang masih mengacung.

"Tidak mau! Aku sudah membangunkan kamu tiga kali, jadi selesaikan masalahmu sendiri di kamar mandi." Sahut Gulf lalu berlalu meninggalkan Mew yang masih terlentang kecewa.

Dengan malas Mew turun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Gulf tidak akan menuruti maunya meskipun ia merengek. Itulah Gulf.

"Terlambat lima menit tidak akan membuatku dipecat. Kinerjaku bagus. Lagipula aku disukai bos, sekaligus anaknya." Mew menghampiri Gulf di meja makan setelah ia rapi dan wangi.

"Profesional sedikit, Tuan Suppasit. Kamu digaji dengan sangat layak, perusahaan butuh timbal balik yang sesuai." Sahut Gulf sinis.

"Aku sangat profesional. Bahkan pewaris perusahaan tempatku bekerja mengikutiku sampai rumah. Artinya, kinerjaku tidak hanya bagus di kantor, tapi juga di tempat tidur." Ucap Mew.

Gulf mendengus sebal. Mew memang tidak pernah tersinggung meskipun dirinya melontarkan kata-kata pedas. Jadi ia fokus pada sarapannya daripada membuang energi memarahi kekasihnya.

"Aku berangkat lebih dulu," pamit Gulf setelah isi piringnya tandas.

"Hei, kenapa tidak pergi bersama saja? Mobilku sedang di bengkel." Protes Mew.

"Aku akan mewakili mama bertemu Tay Tawan. Mama menyukai ide kerja sama yang dia tawarkan. Aku akan langsung ke tempat meeting. Ini, kamu bawa mobilku saja, Zee akan menjemputku." Gulf meleparkan kunci mobilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MG (Kumpulan Oneshot Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang