Part 2

114 3 2
                                    

Author pov :

Kediaman Hamid berada di Pondok Indah. Rumah yang sederhana namun memiliki sejuta kenangan indah membuat Alia sangat merindukan sosok ibunya. Alia kembali mengingat kenangan dimana sang ibu lagi memasak makanan kesukaan Alia dan adiknya begitu juga sang ayah yang dengan senang hati membantu sang istri untuk memasak. Selain Ibu, Ayah juga adalah koki yang handal dalam masak memasak. Masakan Ayah tak kalah enak dibandingkan dengan masakan Ibu. Maka terkadang jika Ibu malas masak, Ayahlah yang memasak untuk mereka.

"Alia! Kamu melamun sayang?" Tanya Bibi Aqila

"Tidak,bi. Aku hanya merindukan Ibu. Aku sangat merindukan suasana hangat dirumah ini bi." Ucap Alia bersedih.

"Bibi tau itu, Alia. Bibi juga sama sepertimu. Bibi juga merindukan kakak Alisya, yauda kamu letakkan barang-barang kamu dikamar dan istirahatlah sebentar. Nanti malam bibi akan menjemputmu untuk makan malam bersama di apartemen bibi, besok bibi juga akan membawamu ke makam Ibu kamu. Gimana, kamu mau Alia?"

"Baiklah, bi. Aku akan menunggumu. Terimakasih..."

"Sama-sama sayang. Istirahatlah... Bibi pergi dulu. Jangan lupa kunci pintunya jangan membukakan pintu untuk tamu yang tidak kamu kenal, oke?"

"Iya, bibi aqil"

"Alia!"

"Oh sorry sorryy, baiklah bibi Aqila ku sayanggg cemunguuutt"

"Ohhh, dasar. Kalau nggak ponakanku, kupatahkan batang leher kau, Alia"

"Hahahaaa... Canda doang bi"

"Okay, bibi pergi. Bye !"

Alia Pov :

Akhirnya aku sampai dirumah yang selalu aku rindukan. Rumah masa kecilku yang penuh dengan sejuta kenangan bersama Ibu, Ayah dan adikku.  Seperti biasa Rumah ini selalu Rapi dan bersih. Aku yakin sekali pasti Bibi selalu membersihkan Rumah ini. Foto keluarga yang masih terpajang indah diruang tamu, dan semua masih tertata rapi tidak ada satupun yang berubah. Saat aku masuk kedalam kamar yang dulu tempatku beristirahat juga masih sama. Masih terasa empuk dan sangat nyaman.

"Ahh ibu, aku sangat merindukanmu bu" gumamku.

Kringggg.... Kriingg....  Bunyi suara Ponselku "Ayah Bawel" muncul di layar ponsel.

"Matii aku matii, aku lupa menghubuingi ayah.. habislah riwayatmu Alia" gumamku meruntukki kebodohanku.

"Hallo, Ayah" ucapku pelan

"Hallo, Alia ! Kenapa baru mengangkat panggilan Ayah sekarang! Dasar kamu ya anak Durhaka!  Tau begini Ayah nggak akan ngizinkan kamu pindah ke Jakarta! Ayah bisa kena serangan jantung gara-gara khawatir sama kamu!"  Ucap Ayahku, aku menjauhkan ponselku dari telingaku.. karna bisa pecah gendang telingaku dengar repetan bule satu ini.

"Hallo Ayahku sayang, sabar dong Ayah. Alia juga baru saja sampai dirumah kita. Baru aja Alia mau hubungi Ayah, eh keburu Ayah duluan"

"Jangan banyak alasan kamu. Ayah uda hubungi bibi kamu. Katanya kamu sudah satu jam yang lalu sampai. Kamu mau buat Ayah jantungan?"

"Yeee..... Bibi juga baru pulang 10menit yang lalu, Ayah. Nipu tuh Bibi Aqil."

"Kamu sama Bibi kamu, sama saja! Minggu depan Ayah sama Adik kamu ke Jakarta ! Awas kamu..."

"Yaelahhh, baru juga sampai rumah di Jakarta, uda main nyusul aja. Diem dulu napa sih disana? Nggak bisa bebas tau."

"Ohhhhh, Putri Ayah tujuannya ke Jakarta cuma mau bebas dari Ayah sama Adik kamu ya? Oke.. 3 hari lagi Ayah datang susul kamu."

"Ihhh Ayah, Alia uda duapuluh empat tahun, bukan bocah lagi yang harus di awasin terus menerus Ayah. Nggak seruhh ini. Ngambek  Alia ya?"

"Siapa suruh kamu bilang mau bebas, enak aja. Walaupun kamu uda usia duapuluh empat tahun bagi ayah kamu tetap anak perempuan Ayah. Yang harus Ayah pantau setiap saat!"

"Oke... Oke, Minggu depan aja ya yah.. please... Nanti Alia masakin yang enak untuk Ayah sama adik."

"Oke, minggu depan. Bye !" Nathan Ayah Alia menutup panggilannya.

Tuut... Tuuttt... Tuttt...

"Idihh alasan aja Ayah nih merepet ujung-ujungnya nyusul kemari, alibi orang bule begini nih" gumam Alia kesal.

Author Pov :

Sementara itu Nathan dan juga Putra bungsunya tertawa riang. Mereka saling tos satu sama lain karna mendapatkan alasan untuk bisa datang ke Jakarta mengawasi sang putri sekaligus Kakak untuk anak laki-lakinya.

Anak kedua Nathan Lawrens Hamid bernama Judith Lawrens Hamid. Biasa orang yang mengenalnya memanggilnya Adith Usia 19Tahun status mahasiswa di universitas ternama di belanda. Adith juga seorang karyawan Magang di Perusahaan Ayahnya. Tidak ada seorangpun yang tau selain Ayah dan Asisten pribadi sang Ayah yang tau kalau Adith adalah Putra bungsu Nathan Hamid di perusahaan. Karna Nathan ingin Adith di kenal sebagai karyawan biasa yang merintis karir dari nol. Walaupun yang kita tau bahwa seluruh kekayaan Hamid akan jatuh ketangan Adith.

"Gimana yah? Berhasil?" Tanya Adith penasaran.

Nathan menganggukan kepalanya menandakan bahwa rencana mereka telah berhasil.

"Yeeeesssss...... ! Kita berangkattttt" sahut riang Adith yang berakhir pukulan ringan di kepalanya.

Pukk.... "Aduh Ayah, sakit" gumam Adith

"Sekarang kepalamu, minggu depan kita ke jakarta"

"Loh, kok lama banget sih Yah? Nanti Kak Alia kenapa-kenapa gimana hayo?" Pukulan ringan itu mendarat lagi di kepala Adith.

"Aduhh, Ayah ! Sakit tau! Lama-lama aku bisa bego kek kak Alia kalau dipukul terus" ucap kesal Adith mengelus kepalanya yang sedikit sakit

"Berani-beraninya kau bilang putriku itu bego! Aku akan memukul kepalahmu lagi kalau kau bilang begitu tentang kakakmu. Kakakmu nggak bego hanya saja IQ nya sedikit rendah dari kita"

"Sama aja bego namanya Ayah! Udalah Bye !"

"Kurang ajar ya! Sini kembali biar Ayah pukul lagi kepalamu itu lagi, Adith!."

JANDA INDEPENDENT 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang