⌕ :: ⌗ 09. KOKONOI DENGAN BOCAH

694 82 10
                                    

Berlari menuruni tangga dengan cepat surai putihnya ikut bergerak membuat wajah tampannya yang menyeringai terlihat jelas. Tak peduli seberapa tampan anak itu, dia tetap selalu menjadi bocah gila yang diwaspadai Bonten kapan saja. Langkahnya yang cepat itu terganti ketika melihat sosok lain Bonten.

"Koko-san?"

Yang dia panggil sedang sibuk berbicara dengan bawahan Bonten. Sampingnya sudah ada kakek tua yang dia kejar tadi dengan tangan yang sudah terikat dan mulut yang disumpali kain.

"Oh, gaki. Kerja bagus, sekarang kembali saja ke Mik─ "

"Sebentar-sebentar! Kenapa kau berada di sini?" sebenarnya (m/n) tidak merasa puas sebelum memenggal kepala kakek tua di samping Kokonoi itu.

Kokonoi menghela nafas. Tampaknya anak putih ini tidak diberi tahu misinya dengan benar oleh Sanzu ataupun Rindou. Atau mereka memang sengaja melakukan itu. "Orang ini adalah yang memberikan markas sementara pada mafia Rusia yang kau bantai waktu itu dan dia juga yang melakukan penggelapan dana transaksi untuk penjualan kita pada Rusia, makanya pada waktu itu mereka menolak untuk memberikan uang kepada kita."

"Hehh, berarti dia mencoba untuk mengadu domba Bonten dengan orang-orang Rusia itu?"

Kokonoi mengangguk dan menghela nafas. Rusia adalah salah satu pelanggan tetap mereka, namun setelah tindakan yang mereka lakukan di salah satu cabang mafia nya, Rusia tiba-tiba memutus hubungan dengan mereka. Kokonoi sudah berunding dengan atasan dari perserikatan mafia Rusia agar tetap dapat melakukan transaksi senjata dengan Bonten, karena kerugian yang diterima Rusia tidak terlalu besar mereka membuat syarat agar menangkap pengkhianat Rusia yang membuat keduanya berseteru.

srak. Tangan (m/n) menarik rambut kakek tua itu. Wajahnya terlihat ketakutan bukan main sedangkan (m/n) memelototinya seperti kelaparan.

"Hei, pak tua─ mau mati dengan cara apa, huh?"

"(M/n)." Kokonoi memanggilnya namun (m/n) tidak menggubrisnya.

"Mau ku potong-potong kakimu lalu ku buat kau memakan potongan itu atau ku─ "

"(M/n)!" Kokonoi meninggikan suaranya untuk memaksa (m/n) melepaskan tangannya dari kakek tua itu. Bisa bahaya jika (m/n) benar-benar membunuhnya.

Dengan berdecak sebal, (m/n) melepaskan tangannya dan menatap Kokonoi. "Iya-iyaa aku tahu! Tapi, ayolah lihat saja tubuhku! Bagaimana bisa aku kembali pada Mikey jika seperti ini, Koko-san~?" rengek (m/n) membuat Kokonoi memperhatikan tubuh (m/n) dari atas ke bawah.

Banyak bercak darah dimana-mana terutama pada kemeja putihnya yang membuat tubuh (m/n) tercetak dengan baik di sana akibat air darah-darah itu. Dan hal itu membuat Kokonoi sedikit salah fokus─ oke, lupakan.

"─Koko-san?"

"A-ah, iya kau tunggu di sini saja. Ah tidak maksudku─ " entah kenapa Kokonoi malah gelagapan menjawabnya. Seakan kepergok sedang memperhatikan tubuh (m/n). (M/n) malah menyeringai pada Kokonoi saat dia menjadi panik. "Ah, baiklah~ aku akan tunggu di sini saja ya."

Mungkin (m/n) adalah penggoda yang handal. "Panas juga ya di bawah sini," ujar (m/n) tiba-tiba duduk menyenderkan tubuhnya di dinding dan membuka kemejanya.

Kokonoi menghela nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya tanpa sadar jika wajahnya sedikit merona. Dia tahu anak ini sedang menggodanya, menunjukkan apa yang sedaritadi dia perhatikan─ menunjukkan bagaimana sebagus apa tubuhnya terang-terangan, tak peduli ada bawahan lainnya di sana.

"(M/n), ini bukan rumahmu." Kokonoi memberikan tatapan mematikan pada (m/n). "Dakara, bersikaplah dengan baik dan jangan banyak bertingkah. Aku tidak gay seperti Sanzu bocah sialan."

𝐂𝐑𝐀𝐙𝐘 𝐁𝐎𝐘 bonten male reader. discontinued.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang