Mata Mark menelisik seisi ruangan mencari sosok yang mengiriminya pesan untuk langsung masuk tadi.
Tanpa memencet bel ataupun menunggu dibukakan, ini bukan pertama kalinya ia datang ke rumah ini karena ia memiliki kunci duplikat pintu rumah bahkan kamar Jeno dari sang pemilik.
Biasanya ia datang karna panggilan dari temannya itu, tapi kali ini ibu dari temannya itu yang memintanya datang pagi-pagi sekali. Untungnya ini akhir pekan, jadi Mark libur. Ia khawatir terjadi sesuatu, meskipun suara dari panggilan telepon tadi terdengar tenang.
"Nono?" Melihat ke ruang tengah tidak ada orang, Mark berinisiatif langsung ke kamar Jeno. Temannya itu kalau hari libur begini suka malas seharian dalam kamar.
"Tante Haechan," sapa Mark pada wanita yang lebih tua darinya sedang berdiri di depan pintu kamar Jeno.
"Dari semalam anaknya nggak mau keluar," jelas Haechan meskipun Mark belum bertanya.
"Mark coba Tante," wanita beda umur 11 tahun dengan Mark itu mengangguk. Pergi dari sana dan membiarkan Mark mengetuk pintu itu beberapa kali, mengatakan bahwa Haechan sudah pergi.
Terdengar suara kunci yang diputar dan tak lama pintu itu terbuka.
"No," Mark mengikuti Jeno masuk lebih dalam kamar itu.
"Lo kenapa?" Tanya Mark melihat wajah Jeno suram, pasti terjadi sesuatu antara Jeno dan ibunya.
"No," Mark memanggil sekali lagi.
"Bang, gue udah pernah bilangkan kalau gue nggak mau Mommy nikah lagi?" Bukan menjawab, Jeno malah bertanya balik.
"Iya pernah," sering malah Mark mendengar itu.
"Gue juga sering bilang ke Mommy, tapi dia masih kekeh mau nikah lagi."
Selalu ini yang jadi pertengkaran keduanya.
Mark kenal jeno awalnya karena tidak sengaja menemukan Jeno yang menangis di belakang gedung sekolah. Waktu itu ia kira Jeno korban perundungan, tapi dugaannya meleset jauh.
Hari itu Jeno menangis di pundak Mark, padahal mereka orang asing yang tidak kenal satu sama lain.
Jeno menangis karena tidak suka Mommy-nya menikah lagi. Mengeluarkan semua keluh kesah dan ketakutannya jika memiliki ayah tiri. Mark hanya diam tidak tau harus apa.
Setelahnya mereka sering bertemu dan menjadi akrab. Aneh bukan alur cerita mereka?
"Mommy mau ngenalin ke gue calon suaminya malam ini," Jeno menggerakkan gigi, tanda ia marah pada fakta yang ia ucapkan.
"No, coba aja dulu. Siapa tau calon Tante Haechan baik," Jeno ini seperti korban sinetron di tv. Belum terjadi sudah mengambil kesimpulan di awal. Takut Haechan lupa padanya, tidak perhatian atau sayang lagi.
"Gue nggak suka Bang, gue nggak mau ada yang gantiin Daddy di rumah ini."
Mark tau ayah Jeno meninggal ketika ia masih berusia sekitar 8 tahunan dan tidak ingat begitu banyak kenangan tentang ayahnya. Hanya sebuah video yang direkam ayahnya yang menjadi kenangan.
"Gak No, nggak bakalan ada yang bisa gantiin posisi Daddy lo di rumah ini." Mark mencoba untuk meyakinkan.
"Terus kenapa Mommy harus nikah lagi?"
Mark sering menjelaskan ini pada Jeno padahal. Entah sampai kapan ia harus menjelaskan, mungkin sampai Jeno mengerti atau dia yang lelah.
"Kita juga bahagia kok jalani hidup tanpa ada orang yang dipanggil Daddy di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Mom is My Type! || Markhyuck gs
Fanfiction🔞 Sebagian cerita diambil dari kisah nyata Blurb: "Bang, lo suka ya sama gue?" Jeno memicingkan mata menatap Mark, curiga Mark belok karena terlalu baik padanya. "Selera gue bukan lo bego!" menatap Jeno malas, mereka ini sudah berteman sejak lama. ...