Bab 6. Rasa

673 83 17
                                    

Seandainya perasaan bisa kuatur dengan mudah, maka kupastikan tidak akan pernah menjadikanmu sebagai pilihan.

***

Deru angin begitu kuat menerpa wajah sepasang manusia yang sedang duduk di tepi pantai. Mata salah satu diantaranya terlihat nanar menatap debur ombak, terkadang dia menyibakkan jilbab yang terurai menutupi dada sambil sesekali mengusap lembut lengannya yang terasa dingin.

"Kalau aku suruh kamu memilih antara langit dan laut, kamu pilih yang mana?" tanya Rony membuka pembicaraan, sembari menatap lurus laut biru yang tenang.

Nabila memiringkan kepala sembari mendelikkan bahu tanda tak tahu, "Entahlah, aku suka keduanya"

"Meski keduanya berbeda?" Tanya laki-laki itu lagi sembari memicingkan mata.

"Hmm" Nabila mengangguk sebagai jawaban.

"Indahnya cara lautan menolak untuk berhenti menyapa tepi pantai, membuat aku yakin bahwa masih ada orang di dunia ini yang tidak akan berhenti untuk mencintaiku, sedangkan langit keindahannya mengartikan makna sekejap lekas berlalu. Matahari yang tenggelam lalu berganti bintang menyiratkan makna tentang seindah apapun yang ada digenggaman, pada akhirnya akan meninggalkan juga. namun hal itu akan berganti dengan sesuatu yang lebih baik." Gadis itu beralih menatap laki-laki yang ada di sampingnya.

"Karena itu aku nggak bisa memilih diantara keduanya" Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya dengan ragu.

"Kalau kak Rony lebih suka langit atau laut?"

"Kalau ditanya suka, aku juga suka keduanya" Rony memiringkan kepala untuk menatap mata gadis yang ada di sampingnya.

"Tapi karena perempuan yang aku suka seindah lautan, jadi aku akan lebih memilih laut" laki-laki itu tersenyum samar.

"Laut?" Tanya Nabila penasaran.

"Dia kadang membuat isi kepalaku berisik seperti ombak, bahkan suaranya mampu membuatku membisu seperti karang" lanjut Rony.

"Kak Rony lagi suka sama seseorang?" tanya Nabila memastikan.

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tapi dia nggak tahu, dan mungkin nggak akan pernah tahu". ucap Rony sambil mengedikkan bahunya.

"Gimana dia mau tahu kalau kak Rony nggak pernah kasih tahu?". Nabila tersenyum samar.

"Nanti, kalau dia sudah sembuh dari masa lalunya, aku akan bilang ke Dia". Rony menatap dalam mata Gadis yang ada di sampingnya.

***

Nabila berjalan pelan saat hendak masuk ke dalam rumah, namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara bariton laki-laki dari ruang tengah yang meneriakkan namanya, jantungnya berdegup kencang, antara takut dan rindu dengan sosok yang baru saja memanggilnya.

"Dari mana saja kamu?" tanya laki-laki paruh baya itu dengan ekspresi wajah yang kurang menyenangkan.

"Bukan urusan Ayah" balas Nabila.

"Jelas ini urusan Ayah, aku ini orang tua kamu". ucap laki-laki itu menghampiri anaknya yang terlihat sedang melepas sepatu.

"Yah aku capek, mau istirahat" Nabila melenggang pergi, namun saat Gadis itu baru menaiki beberapa anak tangga Ayahnya kembali berucap.

"Nggak sopan kamu sama orang tua, mau jadi apa kamu tanpa Ayah?, anak nggak tahu diri, mau jadi pelacur kamu pulang dan pergi seenaknya dari rumah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUARA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang