• Oneshot
• SFW
• 1.048 words
• Harap bijak saat membaca.Junkyu sangat bahagia bertemu dengan Jihoon, begitu pula sebaliknya.
Junkyu tersenyum simpul saat melihat kearah bangku yang telah diisi oleh Yoshi dan Mashiho –teman duduk Jihoon saat di bus (seharusnya)–
Ia mengangguk pelan untuk memberikan kode terima kasih kepada Yoshi yang sudah menukar pasangan tempat duduk mereka di bus. Seperti yang telah ia katakan, jika punya privilege mengapa tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin?
Toh, ia hanya memindahkan posisi pasangan di bus, tidak melakukan sebuah kejahatan yang merugikan banyak orang.
Junkyu terkekeh pelan saat melihat Jihoon yang tengah mengerucut sebal sambil menatap ponselnya. Ia berani bertaruh, penyebab Jihoon sebal seperti ini pasti karena ulahnya dan Yoshi tadi.
“Hei,” Junkyu duduk di bangku kosong tepat di sebelah Jihoon, ia terkekeh pelan saat melihat decakan sebal dari yang lebih tua.
“Ini ulah lu kan?” Dapat Jihoon lihat bahwa Junkyu kini tengah terkekeh puas saat melihat kearahnya, rasanya Jihoon ingin sekali mencakar wajah tampan itu agar tidak seenaknya sendiri seperti saat ini. Mentang-mentang punya kekuasaan, bisa sesuka hatinya untuk mengubah sesuatu. Menyebalkan, itulah kalimat yang terus terlontar di benak Jihoon.
Junkyu segera memposisikan dirinya untuk menatap lembut Jihoon yang terus menggerutu sejak kedatangannya tadi, ia mengusap lembut puncak kepala pemuda tersebut, lalu menggumamkan kata maaf.
“Maaf, habisnya kamu tadi rese sih. Kan udah janji bakalan duduk berdua sama saya, nggak salah dong kalau saya tagih janji kamu.” Senyumnya merekah saat menatap wajah manis di depannya ini. Bibir tebal yang menawan, hidung mancung yang tajam, mata panda yang sayu. Tuhan, rasanya Junkyu akan semakin gila jika terus menelusuri pahatan sempurna di depannya ini.
Jihoon menghela napas pelan, lalu mencoba untuk rileks sambil bersandar ke kursinya dengan nyaman. Ia tidak akan menang jika itu berhubungan dengan Kim Junkyu, pria di sebelahnya ini selalu punya cara tersendiri untuk mendapatkan apa yang ia mau.
“Jangan marah, saya minta maaf ya? Nanti kan bisa ngobrol lagi sama Mashiho, sekarang kamu fokus sama saya aja.” Mendengar pernyataan Junkyu barusan entah mengapa semakin membuat Jihoon sebal, ia kan sudah merencanakan banyak hal saat di bus dengan Mashiho. Karena ulah Junkyu ini, semuanya sirna begitu saja. Tiba-tiba mood-nya menjadi sangat buruk.
Terkutuklah Kim Junkyu dan kekuasaannya!
Si pemuda Kim menelusupkan lengannya untuk memeluk pinggang Jihoon dengan posesif, ia mendekatkan tubuh keduanya secara perlahan, lalu menumpu dagunya pada puncak kepala Jihoon, tak lupa mengusap pelan punggung 'kesayangannya' itu dengan lembut.
“Maaf ya? Saya pengen banget berduaan dengan kamu. Kapan lagi saya dapat kesempatan begini? Kita belakangan ini jarang ketemu, tugas kita berdua benar-benar menyita waktu.” Junkyu mengeratkan pelukannya pada pinggang sang kasih.
Jihoon membalas pelukan keduanya dengan memeluk erat pinggang Junkyu dan menyandarkan kepalanya pada bahu lebar pria di depannya ini. Rasanya sangat hangat dan nyaman.
“Kamu tuh kayaknya ga bisa ga formal ya kalau ngomong? Aku berasa ngobrol dengan atasan tau ga.” Kekehan pelan mengalun indah di telinga Jihoon, ia paham betul Junkyu tampaknya sudah khatam dengan pertanyaannya yang satu itu.
“Saya kan emang atasan kamu? Saya Presiden, kamu Menterinya, nggak salah kan?” Jihoon menghelas napas keras, pria di depannya ini benar-benar menyebalkan.
Mendengar helaan napas keras itu semakin membuat Junkyu terkekeh. Ia sangat suka menggoda Jihoon, melihat Jihoon memasang ekspresi kesal dan merajuk padanya adalah makanan sehari-hari. Ekspresi pemuda itu sangat lucu saat kesal.
Dengan lembut ia memindahkan tubuh Jihoon agar duduk di atas pangkuannya, ia memeluk pinggang Jihoon posesif, lalu menelusupkan wajahnya di ceruk leher pemuda Park itu. Jihoon dapat merasakan bahwa Junkyu tengah bergumam pelan, walaupun tidak terdengar jelas olehnya.
“Begini sebentar ya? Saya lagi capek banget. Butuh kamu buat recharge energi. Acara BEM ada banyak banget, semuanya padat merayap. Belum lagi tugas yang lagi gila-gilaan, capek. Capek banget.”
Mendengar permintaan Junkyu entah mengapa membuat hati Jihoon mencelos, ia dapat merasakan Junkyu bernapas dengan berat di ceruk lehernya. Belum lagi nada lelah yang terlontar di setiap katanya.
Jihoon mengecup pelan puncak kepala Junkyu, tak lupa sesekali ia mengelus lembut lengan yang tengah melingkari pinggangnya. Ia tau, jabatan sebagai Presiden Mahasiswa sangatlah berat. Banyak sekali tanggung jawab yang dipikul oleh sosok yang tengah memeluknya ini. Belum lagi jika ada masalah internal kampus, ditambah ada kegiatan demo baru-baru ini yang cukup menguras energi dan pikiran. Ia yang memiliki posisi sebagai Menteri saja sudah sangat lelah, apalagi Presidennya.
Ia kagum, sangat kagum dengan sosok Kim Junkyu yang masih bisa tersenyum lebar di setiap kesempatan. Kagum dengan sosok Junkyu yang menjadi sandaran teman-temannya dan pihak organisasi. Kagum dengan Junkyu yang melakukan semua kegiatannya dengan baik. Kagum dengan Junkyu yang tidak pernah mengeluh akan sesuatu yang tengah ia hadapi. Kagum dengan Junkyu yang jarang menunjukkan sisi lemahnya di hadapan banyak orang.
Seberapa banyak beban yang ia pikul? Jihoon bahagia, karena ialah satu-satunya orang yang dapat melihat sisi lemah seorang Kim Junkyu, ialah satu-satunya orang yang dapat melihat sisi lelahnya Kim Junkyu. Tapi, tak dapat dipungkiri jika ia juga sedih, sedih dengan sosok Junkyu yang terlalu menahan diri seperti ini. Sedih karena Junkyu tak dapat dengan bebas mencurahkan apa yang tengah ia rasakan. Banyak tuntutan yang ditujukan padanya, tuntutan yang mengharuskan ia untuk menjadi kuat. Tuntutan yang membuat dirinya secara tidak langsung menjadi orang yang tertutup.
“Ajun?” Jihoon memanggilnya lirih.
“Hm? Kenapa, lil duck?” Pemuda Kim itu mengangkat wajahnya dari ceruk leher pria yang tengah ia peluk saat ini, ia ingin melihat wajah manis di depannya.
“Bobok aja, sambil aku peluk. Kamu pasti capek habis rapat semalam.. Belum lagi sekarang kamu mau ga mau harus ikut kegiatan Family Gathering karena kamu penanggung jawabnya. Aku peluk, sambil aku puk-pukin. Hoon-ie temenin Ajun di sini.” Jihoon mengembangkan senyumnya sambil mengusap lembut pipi gembil Junkyu.
Tidak ada balasan dari Junkyu, ia langsung memeluk erat tubuh mungil di hadapannya ini. Yang ia butuhkan saat ini hanya Park Jihoon, tidak ada yang lain. Ia hanya butuh Park Jihoon sebagai support system-nya. Ia hanya butuh Park Jihoon sebagai sumber energinya. Ia hanya butuh Park Jihoon sebagai rumah ternyamannya.
Ingatkan Junkyu untuk berterima kasih kepada Jihoon karena sudah hadir di kehidupannya. Lalu ingatkan Junkyu untuk berterima kasih pada Yoshi karena sudah membantunya untuk mengubah pasangan di bus. Dan ingatkan Junkyu untuk berterima kasih pada Mashiho, karena Mashiho lah ia bisa bertemu dengan Jihoon-nya.
Tampaknya Family Gathering tahun ini akan sangat berkesan untuk Junkyu, karena kegiatan ini membuat dirinya menemukan salah satu alasan baru untuk mencintai Park Jihoon. Alasan baru untuk memperjuangkan cintanya pada Park Jihoon.
Fin
@Noxiouxs, 17 April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyuhoon on Galaxy Universe
FanfictionJust oneshot, twoshot, threeshot or etc about Kyuhoon.