Bab 7

14 11 2
                                    

"Kamu kenapa sih, Bert?" Rere mengikuti Bertha yang masuk ke kamarnya. Gadis itu merasa khawatir, teman barunya tampak pucat dan ketakutan.

Bertha belum menjawab pertanyaan Rere. Dia meringkuk sambil memeluk lutut. Tubuhnya bergetar seolah kedinginan, ditutupi dengan selimut yang tadi menyelimuti saat tertidur.

"Bert? Kamu gapapa, kan?" Rere duduk di tempat tidur Bertha sambil menatap cemas.

"Ak-aku gak tau, Re. Tiba-tiba saja aku merasa ketakutan ketika bertemu dengan cowok tadi. Kayaknya dia pernah melakukan hal yang membuat aku sengsara. Tapi aku baru tadi bertemu dengan dia. Aneh sekali kan, Re?"

Rere mengerutkan dahi tanda ikut merasa heran. Belum pernah bertemu sebelumnya tapi sudah membuat ketakutan, itu sangat ganjil.

"Kok bisa ya, Bert? Aneh sekali. Kamu pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya?" tanya Rere.

"Gak pernah, Re. Baru kali ini aku merasa begini, makanya jadi bingung."

"Mungkin karena kamu kecapean kali, Bert, makanya mikir aneh-aneh. Aku temani deh malam ini. Tapi cuma malam ini lho ya. Aku ganti baju dulu."

Bertha hanya mengangguk. Rere keluar dari kamar Bertha untuk ganti baju. Tak nyaman jika harus tidur dengan memakai jeans.

Sepeninggal Rere dari kamarnya, Bertha mengalami peristiwa yang aneh lagi. Gadis itu kembali merasa terbangun di kamarnya, tapi dalam keadaan yang berbeda.

Di luar hujan lebat dan guntur yang bersautan terdengar. Bertha merasa heran, karena baru saja suasana sangat cerah ketika dia dan Rere keluar cari makan.

"Hujan? Kok aneh ya?" Bertha melangkah turun dari ranjang dan berjalan menuju jendela.

"Hah? Kok di luar terang? Bukankah ini malam?" Dengan tergesa Bertha hendak menyibak tirai jendela, tapi tangannya tembus.

Belum hilang rasa heran Bertha, ketika pintu kamar kos tiba-tiba terbuka dan seorang gadis berambut panjang yang basah kuyup masuk.

"Hei! Jangan sembarangan masuk kamar orang dong!" teriak Bertha kesal.

Gadis itu tak menghiraukan teriakan Bertha. Setelah meletakkan tas yang tadi disandangnya, gadis itu masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian terdengar suara keran air dibuka dan suara orang mandi.

"Benar-benar gak punya sopan santun nih cewek, main numpang mandi gak pakai ijin. Sluman-slumun aja masuk ranah pribadi orang lain, kenal juga enggak," gerutu Bertha kesal.

Bertha hendak menghampiri kamar mandi dan menggedor pintunya, ketika seorang pria masuk ke kamar itu dengan sangat hati-hati, nyaris tanpa suara. Sebagai pemilik kamar yang sah, tentu saja gadis itu sangat marah.

Bergegas Bertha menghampiri cowok itu yang sekarang sedang melepas jaket dan celana panjang yang dia kenakan, hingga tertinggal kaos oblong dan celana boxer.

"Kurang ajar! Siapa kamu? Berani-beraninya berbuat tak senonoh di kamar orang," bentak Bertha marah.

Cowok itu tak mendengar teriakan Bertha, dan dengan santai merebahkan diri di ranjang. Sambil main ponsel, cowok itu tersenyum m*sum dan mengelus hartanya yang tersembunyi di balik boxer.

Bertha sangat marah, bergegas dia menghampiri cowok itu dan berniat menyerang dengan jurus karate yang dikuasainya. Namun pintu kamar mandi yang terbuka mengalihkan perhatian.

"Bang-Bang Dhika? Ngapain kamu di sini? Keluar, Bang!" teriak gadis itu marah.

Bang Dhika? Bertha baru menyadari kalau cowok kurang ajar itu memang Dhika, pacar Mbak Clara.

"Kok ngapain sih, Sayang? Tentu saja Abang mau senang-senang sama kamu. Sini Abang peluk! Kamu pasti kedinginan karena mandi saat hujan deras di luar," kata Dhika dengan suara serak.

"Keluar, Bang! Atau Thalita teriak, biar Abang dikeroyok massa," ancam gadis yang menyebut dirinya Thalita.

"Kamu teriak aja sepuasnya, Sayang! Gak ada yang bakal dengarin kamu. Kosan ini sedang kosong, gak ada seseorang pun di sini."

Dhika melangkah turun dari tempat tidur dan menghampiri Thalita yang berdiri panik sambil memegang handuk yang melilit tubuhnya.

"Hei! Jangan kurang ajar ya kamu! Berhenti di situ atau batang lehermu mau ku patahkan?"  teriak Bertha marah sambil menyerang Dhika.

Tembus. Serangan Bertha tak bisa mengenai sasaran, tapi menembus tubuh Dhika yang diserangnya. Belum habis rasa heran gadis itu, ketika terdengar Thalita berteriak minta tolong.

"Tolong! Tolong! Siapa pun tolong Thalita!"

Dhika menarik lepas handuk yang melilit tubuh Thalita, hingga memperlihatkan tubuh gadis itu yang toples tanpa sehelai benang pun.

"Ah, Sayang! Sini mendekat ke Abang!" Mata Dhika memperlihatkan n*psunya yang berkobar.

Thalita lari masuk ke kamar mandi, hendak mengunci diri di dalamnya. Tapi Dhika berhasil meraih tangan gadis itu sebelum dia berhasil masuk ke kamar mandi.

"Aaii! Jangan lari dong, Manis. Abang loh mau bikin kamu bahagia, kok malah lari sih?" Dhika manarik tubuh Thalita ke dalam pelukan.

Meskipun meronta dan berteriak, tenaga Bertha tak dapat melawan tubuh tegap Frantdhika. Cowok itu berhasil menghempaskan tubuh mungil Thalita ke ranjang. Dengan br*tal, Dhika menjadikan Thalita pelampiasan n*psu bejatnya.

Bertha menutup berdiri gemetar sambil menutup mulut menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Tubuh gadis itu kaku karena terlalu shock.

Frantdhika menyeringai puas ketika h*sr*tnya telah tuntas. Sambil bersiul senang cowok itu mengenakan kembali pakaiannya. Setelah itu Dhika merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan kunci pintu kamar kos.

"Ah, kunci kamar kamu Abang bawa ya, Sayang. Kalau nanti kamu mau kita senang-senang lagi, kamu hubungi saja Abang!" Sambil tertawa Dhika meninggalkan kamar kos Thalita.

Sementara pemilik kamar, meraung dan meringkuk di atas ranjang. Meratapi harta paling berharganya terampas oleh laki-laki bi*d*p. Thalita terus meraung sambil memukuli dirinya sendiri, sebelum akhirnya jatuh pingsan.

 Thalita terus meraung sambil memukuli dirinya sendiri, sebelum akhirnya jatuh pingsan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cursed DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang