Clarity ~ 4

7 0 0
                                    

Hari ini hari Jum'at. Perasaanku sekarang senang. Sejak tadi, senyum lebar menghiasi wajahku.

"Jangan senyum-senyum di depan pintu kayak gitu, deh. Kamu serem," ucap bang Lano.

Aku menoleh. "Apaan, sih, bang?! Aku seneng tau, bisa balik ke rumah ini."

Bang Lano menurunkan kardus yang ia bawa. "Sama, abang juga seneng. Kata Ayah, ada sesuatu yang baru di kamar abang sama kamar kamu. Abang nggak sabar!"

"Sesuatu yang baru?" tanyaku.

Bang Lano mengangguk. Ia membuka pintu kamarnya, lalu mengangkat kardus itu kembali. "Selamat menikmati ruangan baru!" serunya sembari masuk ke kamarnya.

Aku kembali menatap pintu kamarku dengan senyum lebar. Aku segera membuka pintu kamarku dan menarik koper besar berisi pakaianku.

Sesampainya di dalam, aku hanya bisa menganga lebar. Luas ruangan ini memang tidak berubah, tetapi suasana ruangan ini telah berbada.

Nuansa pastel dan warna dinding broken white. Terkesan sangat-sangat kalem. Belum lagi, bunga-bunga yang ada di dekat jendela.

"Gimana kamarnya? Suka?" tanya Ayah. Kepalanya menyembul dari balik pintu kamarku.

"Iya, aku suka banget. Rak bukunya juga bagus. Pokoknya aku suka banget sama kamar ini. Mungkin seharian bisa nggak keluar dari kamar," ucapku sambil menghempaskan diri ke ranjang.

"Yaudah. Mending kamu istirahat sekarang. Besok libur, 'kan?" tanya Ayah sebelum keluar dari kamarku.

"Libur, Yah. Kenapa?" tanyaku balik.

"Besok ada syukuran kecil-kecilan yang kemarin Ayah bilang. Inget, 'kan?" tanya Ayah.

"Inget."

"Besok kamu bantuin Bunda bikin makanan. Jangan lupa, loh," ucap Ayah. "Oh iya, kamu diajak Bunda pergi, tuh."

"Pergi?" tanyaku.

"Iya. Yaudah, Ayah mau keluar dulu," ucap Ayah. Beliau berjalan keluar dari kamarku.

.
.

Disinilah aku sekarang. Di suatu pusat perbelanjaan yang terkenal di Ibukota Indonesia. Bersama Bunda yang sedang memilih-milih pakaian.

"Ini gimana, dek? Bagus nggak?" tanya Bunda. Beliau menunjukkan gamis berwarna pink pastel.

"Bagus, kok, Bun," jawabku.

"Lesu amat jawabnya. Bosen? Kalo bosen, kamu jalan-jalan dulu aja," ucap Bunda.

"Beneran?" tanyaku dengan mata berbinar-binar.

"Iya. Sekalian kamu cari baju buat besok. Cari yang agak formal. Kalo udah ketemu, kasih tau Bunda. Nanti Bunda kesana," pesan Bunda.

Aku tersenyum lebar. "Oke, deh, Bunda!"

Aku berjalan keluar dari toko yang Bunda kunjungi. Aku memilih untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Bosan juga harus melihat baju-baju lagi.

Aku melangkahkan kakiku ke kedai minuman terdekat. Setelah membeli minuman, aku berjalan-jalan lagi.

Alien itu lagi ngapain ya?

Eh, kok malah jadi mikirin dia? Lea kenapa?

"Eh, elo, Ya! Kok sendirian?" tanya seseorang yang suaranya tidak asing di telingaku. Aku menoleh ke sumber suara. Alien itu disini.

"Azriel? Lo kok disini?" tanyaku.

"Nemenin nyokap beli baju. Lo sendiri?" tanya Azriel. "Kok sendirian?"

"Sama dong. Enggak, gue bareng nyokap. Gue bosen, jadinya jalan-jalan sendiri. Sekalian nyari baju," jawabku.

"Ternyata banyak juga persamaan di antara gue sama lo, Ya," ucap Azriel, lalu ia tertawa. Ketawanya, tuh, loh. I hate to admit it, if he's really handsome. "Lo mau gue cari baju temenin?" tanya Azriel.

"Boleh, deh," jawabku.

Akhirnya, aku dan Azriel berjalan bersama. Aku baru sadar, kalau aku sangat pendek. Buktinya, aku hanya sebatas pundak Azriel.

"Lo mau cari baju apa?" tanya Azriel.

"Baju formal gitu, deh. Buat acara dinner," jawabku.

"Gue tau tempatnya. Yuk, gue anterin," ucap Azriel. Ia menggamit tanganku dan menariknya.

Well, ada getaran-getaran aneh.

.

Aku dan Azriel sampai di sebuah toko dress. Dress-nya lucu-lucu, tapi lumayan formal. Cocok buat dipakai untuk acara besok malam.

"Gue bingung milihnya," bisikku pada Azriel.

"Kalo gitu, gue bantuin pilih," jawab Azriel. Lama-lama Azriel baik juga.

Aku mengangguk. Lalu, aku dan Azriel berpencar untuk mencari-cari dress.

Tidak lama kemudian, pilihanku jatuh pada dress selutut berwarna putih dan berlengan. Aku akan mencoba itu.

"Lea! Sini!" panggil Azriel.

Aku bergegas menghampirinya. Setelah itu, aku terkejut. Bagaimana tidak terkejut, baru juga bentar, Azriel udah dapet dress sekitar tiga sampai empat buah.

"Gila, Yel, gila!" pekikku nggak nyantai.

"Ini yang menurut gue bagus. Lo dapet berapa?" tanya Azriel.

Aku menunjukkan dress yang tadi aku pilih. "Ini doang."

"Yaudah. Nih, cobain!" pinta Azriel.

Dasar, bapak tiri. Mungkin sekarang, sebutan alien untuk Azriel sudah berganti menjadi bapak tiri. Enak banget dia nyuruh-nyuruh.

Aku mencoba satu-persatu dress itu. Pertama, aku mencoba dress pilihan Azriel. Selutut berwarna biru tua tanpa lengan. Rasanya bukan aku pakai dress seperti ini.

Saat aku keluar, Azriel menatapku dari atas sampai bawah. Setelah itu, ia tampak berpikir. "Too blue. Ganti."

Aku memutar bola mata. Setelah itu, mengganti dress kedua yang dipilih Azriel juga. Warnanya pink pastel sampai betis dengan lengan sampai siku. Aku suka dress ini.

Aku menunjukkannya lagi pada Azriel. Dia menatapku sama seperti tadi. Lalu berpikir lagi. "Simpen dulu. Ganti."

Duh, nyuruhnya enak banget. Aku mengganti dress ketiga. Sebuah little black dress, i guess. Bukan Lea banget, sih, namanya.

Aku keluar. Azriel menatapku dengan tatapan yang sama. Lalu ia berpikir lagi. "Nggak cocok. Ganti."

Terkahir, aku mencoba dress yang aku pilih. Aku keluar untuk keempat kalinya. Azriel juga menatapku dengan tatapan yang sama untuk keempat kalinya dan berpikir untuk keempat kalinya.

"Gue suka yang ini. Ambil ini aja," ucap Azriel disusul senyum lebarnya.

Aku mengangguk. Setelah itu, aku mengganti bajuku.

"Pilihan lo bagus juga," puji Azriel sambil mengacak-acak rambutku.

"Iyalah. Namanya juga Lea," ucapku.

Azriel tersenyum. "Eh, gue balik duluan ya. Nyokap gue udah nelefon tadi."

"Oke," jawabku.

"Kalo gitu, gue duluan ya," pamit Azriel.

Aku mengangguk. Azriel melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaian tangannya. Setelah itu, menelefon Bunda untuk segera menghampiriku.

=========================================

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Clarity [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang