01. Jiwa Yang Muram

582 61 5
                                    

Wuusshhh ...

Kepak sayap besar berwarna hitam pekat itu muncul dari balik gumpalan awan-awan putih. Ia terbang dengan landai sebelum turun dan menapakkan kakinya di atas dudukan awan dan memandang ke arah depan.

Sebuah pulau kecil yang mana dikelilingi lingkaran putih seperti atmosfer itu bukanlah pulau biasa, melainkan tempat para jiwa-jiwa manusia yang telah tiada, yang memiliki banyak amalan baik semasa hidupnya. Mereka yang tinggal di sana nanti akan dipindahkan ke surga saat kiamat tiba.

Chris, malaikat maut dari Divisi Humas 1 yang diam-diam memerhatikan dari luar itu tersenyum tatkala mendapati sosok anak kecil yang baru saja-meninggal-dan ruhnya dibawa pergi tadi nampak bahagia di rumah barunya. Ia bahkan dengan mudah berinteraksi dengan jiwa-jiwa lain di sana.

"Dia sudah bahagia," ucap sang malaikat pelan.

Iris ambernya lantas menyapu ke sekitaran tempat bermain si gadis kecil tadi, melihat banyaknya jiwa-jiwa mati lainnya yang nampak riang gembira dengan kesibukan masing-masingnya; ada yang bermain dengan sesama, berlarian di padang rumput penuh bunga, atau lainnya.

Sampai netra malaikat itu tak sengaja menemukan sesuatu yang berbeda.

Ia mengernyit bingung sesaat. "Kenapa ia sendirian?" monolognya pelan.

Di sana, di bawah sebatang pohon besar nan rindang Chris melihat sesosok lelaki muda duduk sendirian. Ia tidak sedang melakukan apa pun, hanya diam melamun dengan wajah menengadah menatap langit biru yang membentang di atasnya. Langit yang membatasi tempatnya tinggal dengan tempat di mana sang malaikat kini berada.

"Apa dia tidak suka ada di tempat ini?" tanya Chris lagi.

"Kurasa tidak begitu," jawab seseorang yang seketika membuat Chris terperanjat mendengarnya.

"Heh! Sejak kapan kamu ada di situ! Ngagetin tau!" bentak Chris pada sosok berjubah hitam lain yang serupa dengan dirinya.

Penutup kepala itu disibak, dan wajah di baliknya menoleh sembari tersenyum lebar. "Dari tadi, kamu aja yang gak sadar aku dateng," katanya.

Samuel, atau Sam, sosok malaikat maut lain yang bekerja di tempat yang sama dengannya itu nampak bersidekap, "Enak banget ya, bukannya kerja malah main ke sini. Lagi ngeliatin apa sih?" tanyanya kemudian.

"Kerjaanku udah beres, tuh! Aku dateng ke sini juga buat liat anak kecil yang baru aku antarkan tadi," pungkas si kawan.

"Oh? Udah masuk ke sana?" Sam memandang dari kejauhan pada dunia lain yang ada di depannya kini.

"Udah, tadi dibawa sama Hansel masuk," jawab Chris segera. Namun detik berikutnya ia mengangkat tangan dan lantas menunjuk sesuatu yang sedari tadi menarik perhatiannya.

"Liat yang itu gak, Sam?" tunjuknya.

"Hm? Apaan?"

"Itu, anak lelaki yang duduk di bawah pohon besar dekat padang rumput itu."

"Yang ... oh! Oh, yang itu! Iya, kenapa?"

"Aku liat dari tadi dia murung gitu. Kok dia kayaknya gak seneng ya ada di sana? Apa tempatnya kurang bagus buat dia?" cecar Chris.

Sam terdiam, iris karamelnya menatap intens pada sosok jiwa yang ditunjuk kawannya ini. "Dia yang meninggal beberapa hari lalu itu ... aku yang mengantar ruhnya," ucapnya kemudian. Agak ragu.

"Oh, kamu yang membawanya?" Chris menoleh sesaat, lalu kembali menatap figur remaja yang kini terlihat termangu memeluk lututnya sendiri.

"Iya ... kalau gak salah namanya Dzalino Ginandra. Dia baru meninggal beberapa hari lalu," pungkas Sam sembari melihat sebuah layar serupa tab yang mendadak ia munculkan di tangannya. "Umurnya baru tujuh belasan padahal," katanya lagi.

"Dia mungkin merindukan kekasihnya," gumam Chris pelan.

"Kurasa nggak. Dari data yang kubaca, dia gak punya pacar dan belum pernah pacaran malah." Sam menggulir layar tabnya pelan.

"Duh kasian, manaan belum kawin," celetuk Chris.

Plakk!

Refleks tangan Sam pun melayang ringan memukul bahunya kencang hingga si empunya memekik kesakitan, "Sempet-sempetnya mikirin yang itu!" geram temannya.

"Bercanda!" kelit si kawan seketika. "Eh, tapi dia meninggal karena apa?" tanyanya kemudian.

"Mmm ... dia meninggal beberapa hari setelah kecelakaan. Tertabrak mobil dua kali karena menolong adiknya sendiri," urai Sam pelan. "Tapi kalaupun dia gak mengalami itu juga umurnya memang udah gak lagi panjang. Cuma bersisa sekitar satu tahunan aja," tambahnya.

"Kenapa? Kan dia masih muda."

"Karena dia mengidap leukimia."

"Ahh begitu ... jadi dia diterima di tempat ini karena menolong adiknya sendiri, ya?" gumam Chris.

"Kayaknya bukan cuma sekadar menolong sih, Chris," kelit Sam. Ia lantas menunjukkan layar tabnya pada si kawan.

"Lihat di bagian riwayat yang ini, deh. Tuh, beberapa menit sebelum aku datang menjemput dia sempat memberikan amanat pada ayahnya untuk memberikan jantungnya sendiri pada adiknya itu."

"Ya Tuhan ... dia sudah mengorbankan dirinya sendiri dan setelah itu memberikan jantungnya juga?" Chris terperangah.

"Dari seluruh data di file riwayat kehidupannya yang kubaca memang Lino ini anaknya baik banget sih. Sayang aja jalan hidupnya justru berakhir tragis dan dia gak pernah ngerasa bahagia."

"Tapi bukannya kalau gitu dia seharusnya udah bahagia di sini? Sama kayak jiwa-jiwa lainnya?" Chris menggerutu.

"Mungkin ada sesuatu yang membuatnya murung begitu? Mungkin menyesal suda mati? Mungkin dia ingin hidup lagi?" Sam menerka-nerka.

"Kalau begitu kenapa dia gak ambil kesempatan buat reinkarnasi aja? Kan sebelum diantar ke tempat ini dia bertemu Tuan Grim dan dikasih pilihan dulu. Seandainya dia mau reinkarnasi pasti sekarang dia ada di 'Sekolah Dunia Lain' buat mendapat pendidikan kehidupan ulang sebelum kembali dilahirkan," cecar Chris panjang.

"Tapi dia gak milih itu, Chris. Dia kayaknya juga gak kepengen buat hidup lagi, deh." Sam memutar matanya kesal.

Chris mendecakkan lidahnya, wajahnya muram. Alih-alih menjawab ucapan Sam tadi ia malah sekonyong-konyong turun dari awan dan masuk menembus perisai pulau dengan seenaknya. Tak memedulikan seruan Sam yang menitahnya untuk kembali, ataupun tatapan kaget dari Hansel si malaikat penjaga yang sedang bertugas kini.

"HEI! KAMU MAU NGAPAIN KE SANA?! CHRIS!"

Ia masuk ke dalam pulau itu dan mengganti wujudnya; mengubah tampilannya yang berpakaian serba hitam dengan sabit besar dan jubah lebar menjadi pakaian serba putih, membaur dengan jiwa-jiwa penghuni pulau lainnya dan mendekati figur remaja yang sedari tadi ia perhatikan.

"Hai! Boleh aku duduk di sini?!" serunya riang pada sosok murung yang tak lain adalah Dzalino.

















_____ To be continued

Ini sequel dari ff Wake Me Up When September Ends. Udah lama kepengen kutulis tapi bingung mulai dari mana dan kayak gimana. Baru hari ini aja sempet buat nuangin idenya. Cuma sedikit, kayaknya gak sampai sepuluh bab isinya. Tapi biar begitu tolong jangan lupa divote, ya! Karena itu satu-satunya penyemangat biar aku mau lanjutin ceritanya :)

Lagi, aku berusaha buat balik produktif kayak dulu dan nyelesain banyaknya naskah yang aku tinggalin gitu aja. Karena, rencananya aku bakalan berhenti nulis setelah semuanya rampung nanti. Baru rencana aja sih, masih dipikirin lagi tapinya.

Little Star ✓ [Lee Know ft. Bang Chan & Hyunjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang