Diary pertama: Halaman 2

36 12 2
                                    

"Egois itu sifat yang buruk. Tidak ada manusia yang tidak egois. Jadi, bolehkah aku egois kali ini saja?"
-Azkia-









(2023)

Baru membaca halaman pertama saja sudah membuat mereka meneteskan air mata. Mengingat bagaimana wajah penuh darah ibu mereka. Kejadian itu benar-benar membuat kenangan buruk kembali terulang.

Naren kembali membuka lembar selanjutnya. Tertulis di sana sebuah tanggal 17 November 2015. Di halaman sebelahnya pula terdapat foto-foto kecil mereka. Foto-foto itu dibuat seperti sebuah kolase.

"Kia ga nulis diary setiap hari ya kayaknya?" tanya Ichan.

"Mungkin. Tanya aja nanti kalau Kia udah balik," balas Bannon. Semua mata yang ada di sana pun tertuju padanya dan semua reflek bertanya.

"Kapan?"

Seketika Bannon diam dan menggeleng, menandakan dia pun tak tau.

"Udah ayo lanjut baca lagi!" ujar Dean.

Dan Naren pun kembali mulai membaca.

"Bukan maksudku untuk berlaku buruk. Aku hanya ingin bersamanya selamanya."

 Diary Kia:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diary Kia:

[14 November 2012

Teringat jelas hari itu. Walaupun sudah begitu lama.]

Kia terbangun dari tidurnya. Ia terganggu dengan suara teriakan dari lantai bawah. Seperti ada dua orang yang sedang berdebat. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Kia pun keluar dari kamar dan mengintip dari tangga.

Terlihat ada Dean dan Naren yang sedang berdebat. Entah apa yang mereka debatkan, Kia tak tahu. Namun, sekilas ia mendengar namanya disebut oleh Naren.

Ada apa?

Dengan namanya disebut seperti itu saja sudah membuat Kia tahu apa yang mereka debatkan. Kia sudah bosan, lebih baik ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah saja.

Kia berusia 10 tahun. Ia sudah berada di bangku 5 sekolah dasar dan ini hari pertamanya di sekolah baru. Sejak ibu meninggal, Kia menjadi lebih pendiam dan itu membuatnya banyak ditindas oleh teman-temannya. Oleh sebab itu, ia memilih pindah sekolah.

Dengan seragam rapi dan senyum manisnya, Kia sarapan sendirian. Jangan salah paham, Naren dan Ichan sebenarnya juga ada di situ . Hanya saja, Naren sibuk dengan telur gosongnya dan Ichan sibuk dengan Pr Nya yang belum selesai.

Beginilah kehidupan tanpa seorang ibu, berantakan.

Ayah seakan melupakan anak-anaknya. Kapan ayah akan kembali?

[Kapan kita akan kembali seperti dahulu?]

Tunggu, di mana Bannon? Bannon berada di kamar Dean. Ia menenangkan saudara sulungnya itu walaupun ia sudah muak.

Kia memperhatikan Naren yang sedari tadi gagal memasak telur ceplok. Entah sudah berapa telur yang gosong.

Kia hanya bisa menggeleng saja. "Kak Naren pengen keliatan keren, tapi ga keren sama sekali," ujarnya pada Naren.

"Huft... udah ah, capek!" gerutu Naren.

Kia dan Ichan hanya menertawakan Naren yang terlihat frustasi.

Di saat mereka mengejek Naren, supir Ichan dan Kia datang dan menyuruh mereka untuk segera berangkat. Begitu pun Naren, tapi dia berangkat bersama Dean dan Bannon.

°°°°

Perjalanan dari rumah hingga ke sekolah baru tidaklah lama, hanya 20 menit saja.

SDN 017. Di situlah sekolah baru Ichan dan Kia. Sekolah Dasar yang diisi orang-orang berada. Jangan lupa kalau Ayah mereka adalah orang kaya.

Tentu saja kaya, Ayah bekerja hingga lupa dengan anaknya.

Setelah mendatangi ruang kepala sekolah, mereka pun masuk ke kelas yang sudah ditentukan. Kia di kelas 5C dan Ichan 6A.

"Hai. Aku Azkia Ayunindia, salam kenal," ucapnya setelah memasuki kelas.

Hari pertama di sekolah baru sangatlah menyenangkan. Kia punya banyak teman baru dan sejauh ini tak ada yang mengganggunya.

Seperti saat ini, banyak yang mengerumuni Kia dan meminta untuk berteman. Ichan pun begitu, ia punya teman yang bernama Mark. Mereka begitu dekat dalam waktu singkat.

"Mark, rumah kamu di mana?" tanya Ichan.

Mark terdiam sesaat, alisnya mengernyit. "Aku baru pindah rumah, aku lupa nama jalannya. Kapan-kapan aku ajakin deh," ucapnya.

Ichan hanya mengangguk, mereka berdua pun melanjutkan perbincangan mereka sambil sesekali menyuap makanan.

Kembali ke Kia.

Walau punya banyak teman, tapi Kia lebih banyak diam. Padahal teman-temannya baik. Begitu banyak hal yang ia pikirkan. Bukan masalah yang besar, ia hanya memikirkan Ayahnya dan Dean.

[Ingatkah mereka dengan diriku?]

"Kia, kamu kok diam aja?" tanya salah satu temannya.

Kia tersentak dari lamunannya. "Oh, gapapa. Aku lagi mau ngelamun aja sih," balasnya.

"Ohh, Okay. Kirain kamu kenapa," ucap temannya.

Tak terasa waktu berjalan cepat. Jam pulang sudah tiba.

Ichan dan Kia dijemput satu mobil dengan Dean, Naren, dan Bannon. Rasa canggung menyelimuti Kia. Sudah lama mereka tidak satu mobil seperti ini.

Keluarga kandung terasa seperti orang asing.

Saat sampai pun Dean langsung masuk ke kamarnya tanpa berbicara apa pun . Begitu pun yang lainnya. Kia benar-benar seperti orang asing.

'Aku harap ini hanya sementara saja,' monolognya.

[Nyatanya memang mereka semua sudah lupa. Tak apa, ini masalah kecil.]

Malam tiba, tapi semuanya menghilang entah ke mana. Rasanya sungguh menyedihkan. Kia pikir ayah dan saudaranya akan ingat, ternyata tidak sama sekali.

Lagi pula hanya hari ulang tahun saja. Kia tidak akan berekspektasi besar.

Diary Kia:
14 November 2012

Teringat jelas hari itu. Walaupun sudah begitu lama. Hari di mana Bang Dean mulai menjauhiku. Alasannya karna aku terlalu manja dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Tak apa, Bang Dean mungkin merasa seperti itu karna Ayah sering memperhatikanku. Namun, apa dia tau yang sebenarnya?

Bang Dean tampak sangat membenciku. Aku tak tahu apa benar hanya itu alasan dia membenciku?

Kapan kita akan kembali seperti dahulu? Aku mau kita saling bertukar cerita seperti dahulu. Apakah bisa?

14 November, hari ulang tahunku. Diary ini ku tulis beberapa tahun setelahnya. Aku masih mengingat semuanya.

Aku harap mereka mau mengucapkan selamat untukku, ingatkah mereka denganku?

Tidak. Nyatanya mereka semua sudah lupa. Tak apa, ini masalah kecil.

Selamat ulang tahun untukku.

Yogyakarta, 17 November 2015
TTD: Azkia

AKHIR DARI DIARY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang