Prolog

143 4 5
                                    

Dengan tubuh kecilnya memudahkan gadis itu menerobos lalu lalang orang-orang yang sedang memadati jalanan trotoar. Gadis itu sedang dalam misi melarikan diri dari kejaran empat pria berbadan kekar yang seakan siap menangkapnya kapan pun itu.

Masih dengan seragam sekolahnya, sesekali gadis itu menundukkan tubuhnya dan menyelip diantara tubuh orang-orang untuk mengelabuhi empat orang tersebut.

Saat melihat keempatnya lengah, gadis itu segera menyusup ke dalam semak-semak. Napasnya sedikit tersengal, bulir-bulir keringat sudah menghiasi wajahnya yang memerah.

Kemudian gadis itu segera melepaskan satu persatu kancing seragamnya, sehingga menyisakan kaos hitam ketat yang mencetak bagian tubuhnya. Ia tidak ingin terlalu cepat tertangkap.

Hari ini terasa lebih melelahkan dari yang kemarin-kemarin. Bagi seorang Tania Rosalia Blue, kegiatan pelarian seperti ini sangat menyenangkan. Apalagi saat melihat muka rumit mereka yang selalu dipusingkan dengan berbagai tingkah lakunya itu seperti hiburan tersendiri bagi Tania.

Tania mengintip dari balik semak-semak, setelah dirasa aman, gadis itu segera melipir untuk mencari tempat persembunyian. Tapi sial, kaki kanannya tersimpung kaki kirinya sendiri. Alhasil mulutnya setengah berteriak dan refleks tubuhnya langsung merangkak cepat mendapati keempat bodyguardnya semakin mendekat.

Tidak ada pilihan lain, saat netranya melihat sebuah bangku kayu, tubuhnya langsung berdiri dan gadis itu segera mendudukkan dirinya sedekat mungkin dengan seorang laki-laki yang sedang duduk di bangku kayu panjang itu sambil bermain ponsel.

Tania merasakan tubuh disampingnya menegang, sontak gadis itu mendongak dengan tatapan penuh kemelasan.

"I need your help, please..."

Mendengar nada sarat akan permohonan itu, seketika wajah laki-laki itu mengendur. Ditatapnya balik bola mata biru gadis yang kini mencengkram lengannya dengan seksama.

Tanpa mengalihkan perhatian tangannya yang lain mengambil alih sebatang rokok yang terselip di tangan yang gadis itu pegang, membiarkan asapnya menjauh dari jangkauan gadis itu.

"Apa yang bakal gue dapetin kalo bantuin lo?"

"Anything. Saya bakal turutin yang kamu mau."

"Oke, gue pegang janji lo."

Laki-laki itu segera melepas hoodie hitamnya, lalu dipakaikan ke gadis itu. Sedangkan Tania hanya bersikap patuh mengikuti apa yang akan pria itu lakukan.

"Duduk sini!" ucap pria itu sambil menepuk pahanya.

Meski terlihat ragu Tania pun segera melakukannya dengan posisi menyamping. Tubuhnya sudah tenggelam dalam hoodie besar itu sampai rok sekolahnya pun tidak terlihat. Tangan pria itu segera menaikkan tudung hoodienya dan membawanya merapat pada tubuh pria itu.

"Peluk gue. Seragam lo taruh tengah biar nggak keliatan." bisiknya, membuat Tania segera memeluk pria itu erat.

Terdengar langkah kaki mendekat disertai panggilan-panggilan yang ditujukan untuknya membuat tubuh Tania sedikit bergetar. Tersadar dengan reaksi tubuh gadis dekapannya seketika sebelah tangan pria itu mengelus punggungnya, menenangkan.

"Mereka lagi liatin lo. Kayaknya mereka curiga deh." bisiknya lagi, yang mana membuat Tania semakin menenggelamkan wajahnya dipelukan pria itu.

Pria itu tersenyum tipis dan mengalihkan tatapannya ke arah salah satu pria dengan otot-otot besar yang kini sedang melihat ke arah keduanya.

"Ngapain kalian ngeliatin cewek gue terus?"

"Sorry, Mas. Saya lagi cari orang. Boleh saya liat mukanya?" ucap salah satu bodyguard menunjuk ke arahnya dengan suara yang terdengar familiar di telinga Tania.

Tania memejamkan matanya erat.

Sudah pasti itu Aron. Aron sudah lama mengabdi pada keluarganya, tentu saja pria berbadan besar itu sedikit curiga meskipun badannya sudah terbalut hoodie besar pria itu.

Laki-laki itu menghisap kuat rokoknya dan menghembuskannya menyamping agar tidak mengenainya. Matanya menyorot tajam ke arah Aron.

"Nggak bisa. Lo nggak liat cewek gue lagi tidur?"

Aron terlihat berbisik dengan rekannya. Setelahnya mereka mengucapkan pamit dan langkahnya terdengar menjauh. Tania menghembuskan napasnya lega. Gadis itu segera menjarak dan berdiri sambil berniat melepas hoodie kebesaran pria itu.

"Pake aja. Baju lo terlalu ketat. Seragam lo juga udah lusuh."

Benar saja seragamnya sudah sangat lusuh karena terhimpit dalam pelukan Tania dan pria asing itu.

"Saya bakal turutin kemauan kamu."

"Belum gue pikirin mau apa."

"Kalau begitu kamu bisa cari saya nanti ke sekolah. Kamu tau seragam yang saya pakai kan?"

Dari posisi duduknya pria itu mendongak seraya memperhatikan seragam sekolah gadis itu. Tentu saja sekolah itu sangat terkenal di kotanya.

"Nama lo siapa?"

"Tania. Tania Blue." ucap gadis itu sambil membungkukkan badannya. Lalu tanpa aba-aba, satu kecupan Tania labuhkan ke puncak hidung mancung pria itu.

"Saya harus pergi, terimakasih."

                  -Blue&Black-

Blue & BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang