.
.
.
.
Aamon khawatir bukan kepalang dikala setiap panggilannya tidak diangkat oleh sang kekasih.
Ia berkali-kali mencoba menelepon dan mengirimi pasangannya pesan, namun usahanya nihil. Ia tak kunjung mendapatkan balasan.
Sekarang pukul 19.38, hampir setengah jam lebih dari waktu yang kekasihnya janjikan untuk menelepon balik saat siang tadi.
Aamon memijat pangkal hidungnya. Menarik dan menghembuskan napas untuk menenangkan diri.
Bukan, Aamon bukanlah tipe pasangan yang mengharuskan setiap panggilan darinya harus di angkat, hanya saja... ini tidak seperti biasanya. Tidak, tidak bagi Natan yang mana sangat menjunjung tinggi waktu. Bahkan sebuah pesan biasa sekali pun, Natan akan selalu membalas pesan yang masuk di saat itu juga.
Aamon menghela napas kasar. Tidak ada gunanya ia menunggu sesuatu yang tidak pasti. Ia harus memeriksa keadaan Natan. Manakala sang kekasih sedang mengalami kesulitan di suatu tempat, itu akan lebih mengkhawatirkan lagi.
Tapi, di mana ia harus memeriksa?
Aamon memikirkan itu sembari mengenakan helm yang ia taruh di atas motornya. Kunci sudah ia tancapkan, namun otaknya masih berusaha berpikir; menerka-nerka tempat pertama yang harus di kunjunginya.
Selang beberapa detik ia berpikir, Aamon akhirnya mendapatkan sebuah jawaban.
Kantor! Tentu saja, memangnya di mana lagi Natan akan berada saat ini selain di kantornya? Pasangannya itu adalah seorang workaholic.
Dengan cepat Aamon menyalakan motor dan menaiki benda beroda dua tersebut. Dengan lincah ia membawa kuda besi itu memacu dengan kecepatan tinggi; membelah keramaian kota dengan motor kebanggaannya.
.
Silvanna, seorang pegawai kantor biasa yang bekerja di bagian resepsionis. Seorang wanita muda pekerja keras yang memiliki wibawa tersendiri.
Menerima berbagai macam tamu adalah kesehariannya. Puluhan hingga ratusan wajah sudah dilihatnya. Silvanna tentu senang dengan itu. Wajah baru, rekan baru, semangat baru, bukan? Atau, seharusnya begitu...
"Silvanna!"
Ya ampun... cukup mendengar suaranya saja Silvanna sudah tahu siapa pemilik suara ini.
Aamon Paxley. Kekasih dari atasannya. Pasangan dari Natan Dawson. Semua orang di perusahaan sudah mengetahui si berandal ini memiliki hubungan dengan atasan mereka. Awalnya mereka terkejut. Jelas, bagaimana perbandingan antara Natan dan Aamon itu sangat kentara membuat mereka awalnya menanyakan keseriusan hubungan di antara keduanya.
Silvanna dengan berat hati memberikan senyum sapaan–yang terkesan terpaksa pada Aamon.
"Halo, Aamon. Selamat malam–" Silvanna mencoba menyapa, tanpa menduga Aamon akan menyela ucapannya.
"—tidak ada waktu! Katakan, di mana Natan sekarang!" sela Aamon.
Silvanna merasa telinga nya berdenging mendengar Aamon yang berteriak seperti itu. Beberapa orang yang berlalu lalang memberikan tatapan aneh pada Aamon, namun pemuda itu tidak peduli.
Dengan napas terengah-engah dan helm yang masih menempel pada kepalanya, Silvanna yakin jika pemuda ini terburu-buru.
Silvanna menghela napas. "Direktur masih ada di ruangannya. Dia sedang me—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lust | Aamon X Natan
Fanfic[ Two-shot ] Di kala nafsu mengalahkan semuanya. . Aamon X Natan [Explicit] © Moonton.