Lust : 01

2.2K 123 22
                                        

Warning: 🔞 👁️👁️

note, di sini ada perubahan karena aku revisi buanyak🧍 might be ooc, tapi yawda lah aku suka natan binal 👨‍❤️‍💋‍👨

oke selamat menikmati, kalau ga kerasa feel pokeb nya maafkan 😁

oke selamat menikmati, kalau ga kerasa feel pokeb nya maafkan 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

"Hah?"

"... fuck me." Natan mengulang kembali ucapannya.

Air wajah Aamon berubah seketika. Pria yang lebih muda meneguk ludahnya, jakun bergerak naik-turun. Mata mengedip beberapa kali, berusaha menalar apa yang baru saja Natan ucapkan.

Mengira indera pendengar miliknya salah menangkap kata barusan. Tidak, tidak—mustahil Natan, kekasihnya, yang nyatanya lebih tua dari dirinya, yang selalu bersikap dewasa dalam setiap keadaan—akan bersikap seperti wanita yang haus akan belaian.

Aamon menggelengkan kepalanya, menolak mentah-mentah. "Tidak, sayang. Kita benar-benar perlu pergi ke rumah sakit sekarang. Kondisimu mengkhawatirkan," ia berujar.

Natan menggeleng kuat, memberi tanda penolakan. Semu merah menemani ekspresi wajah yang dibuat mabuk oleh nafsu. Rasa menyesakkan dan panas di tubuh membuat dirinya menggeliat tidak nyaman.

Kancing demi kancing yang sudah dirapikan Aamon sengaja dibukanya kembali, dengan sengaja memamerkan dada putih mulusnya—berupaya menghilangkan sensasi tak nyaman yang dirasakan. Beberapa kali jemari lentiknya bergerak menyentuh tubuhnya sendiri.

"Ini menyesakkan, Aamon," Ia bergumam rendah, "... bantu aku, kumohon."

Tidak ada paksaan dikalimat yang ia ucapkan. Nyatanya, ia memang memerlukan bantuan Aamon—memerlukan sang kekasih untuk menolongnya dari rasa sesak yang menyiksa. Memerlukan Aamon menyentuhnya, memberinya perhatian, memenuhi dalamnya.

Ia tidak tahu kenapa tubuhnya bereaksi seperti ini setelah meminum minuman pemberian pria berengsek tadi. Mungkin saja di minuman tersebut terkandung obat perangsang gairah—aphrodisiac. Sial, setelah ini Natan yakin akan menuntut pria itu.

Perlakuan kurang ajar yang hendaknya dilakukan pria itu untung saja berhasil digagalkan Aamon. Namun efek samping dari minuman tersebut tampaknya tak akan mereda secepatnya.

Natan mendongak, menatap dengan matanya yang menyayu. Ia perhatikan bagaimana Aamon terlihat menahan diri. Pemuda itu menggigit bibir bawahnya, sementara matanya tak pernah lepas dari pemandangan dada yang terumbar.

Aamon bergeming, mencoba bertahan dengan akal sehatnya. Walaupun sejatinya saat ini ia sedang berperang dengan hawa nafsu. Ini layaknya adegan panas di kantor yang dahulu pernah secara tak sengaja Aamon tonton di video porno, di mana pihak wanita menggoda pihak pria untuk melakukan seks di ruangan kerja. Bedanya, saat ini yang sedang menggoda adalah kekasihnya sendiri.

Lust | Aamon X NatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang