Pangeran Nareswara, kau ingin berkontrak dengan raja iblis?
Syaratnya mudah.
Aku hanya perlu menidurimu tiap purnama.
Saat bulan bersinar terang, aku akan datang.
------
.... sesungguhnya manusia bisa lebih iblis daripada iblis itu sendiri ....
P E R H A T I A N! Cerita ini mengandung konten MxM/Boys Love dan diperuntukkan hanya untuk komunitas pembaca dewasa yang meminati tema sejenis. Bijaklah dalam memilih bahan bacaan Anda.
━━━━━━━ Disclaimers ━━━━━━━
This is a work of fiction. Names, business, events, institutions, agencies, public offices, and incidents are mentioned, but the characters involved are wholly imaginary. Any resemblance to persons living or dead is coincidental.
━━━━━━━ • ━━━━━━━
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.... sesungguhnya manusia bisa lebih iblis daripada iblis itu sendiri ....
ℜ𝔦𝔱𝔲𝔞𝔩
Ada gelap yang lebih pekat daripada malam.
Gelap yang selalu menyelubungi hotel klasik terangker di ibu kota. Hotel Nareswara. Di bawah langit malam tanpa bintang gedung itu berdiri redup sejumlah sepuluh tingkat.
Gelap yang sama melingkupi tubuh seorang pria di depan hotel. Pria itu bernama sama dengan hotelnya, "Nareswara". Dalam balutan jas hitam gagah dan sudut bibir yang menghitam karena darah kering, Nareswara berdiri di depan hotel. Wajah tampan yang dingin menatap puncak gedung hotel sejenak, yang tak tampak karena ditelan kelam langit malam, lalu ia melangkah masuk lobi.
Tak banyak yang berjaga. Hotel Nareswara selalu sepi sejak kebakaran yang menghanguskan sebagian besar dindingnya pada tahun 80-an. Terlalu populer dengan rumor keangkeran dan jumlah tamu yang datang untuk mengakhiri nyawa. Barangkali hotel ini akan ditutup tahun depan—prediksi banyak orang.
Namun, Nareswara tahu hotel ini tak akan pernah tutup. Hotel ini properti keluarga kerajaan yang diteruskan kepada Nareswara sebagai sang putra mahkota. Jika ia mati, hotel akan diteruskan kepada saudara terdekat. Selagi belum mati dan hotel ini belum jatuh ke tangan siapa pun, Pangeran Nareswara datang berkunjung.
Mungkin untuk yang terakhir kali.
Langkahnya mengetuk berat lantai marmer lobi hotel antik itu. Menggema seperti tetesan air. Tak ada siapa pun di dalam koridor gelap gulita dengan bau karpet tua. Pangeran Nareswara melangkah masuk lift yang pintunya terbuka sangat lambat. Di depan tombol lift ia membuka sehelai kertas kecil berisi angka-angka.
4–2–6–2–10–5
(jangan menoleh, jangan bicara)
1–10
Kombinasi angka yang harus ditekan secara berurutan.
