Bagi Yunah yang dididik keras orang tuanya untuk menjadi yang teratas, membuatnya menanamkan pikiran bahwa semua orang harus ia kalahkan atau kasarnya, harus ia singkirkan. Ia tak peduli apakah orang itu adalah keluarganya, temannya, atau seseorang yang berarti untuknya. Ia tak akan membiarkan orang lain mengambil tempat di mana ia seharusnya berada. Dia harus menjadi yang pertama, membuat pandangan orang-orang tertuju padanya, dan membuat orang tuanya menaruh rasa bangga padanya. Setidaknya sekali. Sekali saja Yunah ingin membuktikan. Sekali saja Yunah ingin menapaki posisi teratas dan menjadi nomor satu.
Namun, usai dengan mudah mendapatkan posisi pertama dalam banyak hal terutama akademik selama 9 tahun bersekolah, Yunah terpaksa menelan lebih banyak pahit dan sukar bergerak maju saat ia berada di bangku SMA. Seberapa keras pun ia berusaha, ia belum bisa mengalahkan gadis itu. Gadis yang memiliki senyum hangat yang nyaman dilihat, tapi ingin sekali Yunah renggut.
Jeva Bestari. Gadis yang biasa-biasa saja, tapi eksistensinya cukup diketahui banyak siswa karena prestasinya yang tak pernah melorot dan belum ada satu orang pun yang mampu menandinginya dan menggeser posisinya, termasuk Yunah. Sejak tahun pertama SMA, Yunah selalu berambisi mengalahkan gadis itu dan ia tak paham mengapa Jeva sulit sekali dikalahkan. Jeva tak seperti dirinya yang mengikuti banyak les di berbagai tempat hingga pulang larut malam. Jeva tak seperti dirinya yang sangat aktif di kelas untuk menjawab pertanyaan guru, dan tak seperti dirinya yang memiliki banyak teman dan koneksi. Jeva hanyalah gadis sederhana yang bahkan Yunah sendiri tak pernah melihatnya berinteraksi atau berbincang dengan siswa lain. Jeva terlihat begitu santai menjalani hidupnya, terlihat apa adanya, tapi terus menetap di posisi teratas. Jeva terlihat tak berusaha sekeras Yunah, tampak tak memiliki ambisi dan nyaris tidur di setiap jam kosong, bahkan saat pelajaran berlangsung. Hal itulah yang membuat Yunah semakin menaruh rasa tidak suka padanya. Kenapa dirinya yang se-ambisius ini masih tak mampu mengalahkan Jeva yang bahkan tak berusaha sekeras dirinya?
"Nilai paling tinggi seperti biasa selalu Jeva, ya, yang dapet. Mana yang lain?" kata guru tersebut yang membuat seisi kelas terdiam, sebagian melirik Jeva yang membisu dengan ekspresi datar. Guru tersebut kembali meneruskan ucapannya yang terjeda seraya merapikan buku-bukunya. "Kalian sudah kelas 3. Tolong yang serius belajarnya. Jangan hanya karena ini cuma ulangan harian, kalian menganggap remeh. Bagi yang nilainya di bawah KKM, silakan temui Ibu kapan saja di ruang guru untuk remedial. Terima kasih."
Selepas guru tersebut meninggalkan kelas, Jeva langsung dikerubingi teman-teman di kelasnya yang berebut melihat kertas ulangannya untuk dibandingkan dengan milik mereka. Beberapa dari mereka juga memberinya pujian dengan wajah penuh kagum. Di antara pujian-pujian yang mengudara itu, ada Yunah yang memperhatikannya dengan kilatan iri dan benci. Menyebalkannya lagi, nilai ulangannya hanya selisih 2 poin dari nilai Jeva.
Yunah meremat kertas ulangannya hingga tak berbentuk. Kekecewaan membludak memenuhi tiap sudut wajahnya yang masam. Ia kalah dari Jeva lagi. Gadis itu masih berada di depannya dan selalu seperti itu seolah ia tak tersentuh. Yunah seperti berlari di tempat, tak mampu mengejar Jeva sekeras apapun ia mencobanya.
"Boleh gue liat jawaban lo?"
Suara familiar itu terdengar, dan Yunah tahu siapa pemiliknya. Ia mendongak, menatap sinis sosok Jeva yang berdiri di sisi mejanya. "Buat apa?"
"Kayaknya cara lo lebih detail. Mau gue catet buat belajar."
Kekehan hambar menyapa rungu Jeva selepas ia menjawab demikian. Yunah menatapnya dengan tatapan yang seakan menunjukkan bahwa ia begitu jijik dengannya. Ia pun membalas dengan senyum miring yang tercetak. "Kenapa? Biar lo bisa makin ngalahin gue?"
Keheningan mengisi percakapan keduanya. Jeva menutup mulut, ekspresinya tetap datar. Lantas, ia bergumam pelan, "Gue bukan lo, Yun."
Yunah semakin tersulut mendengar itu. Tatapan matanya menajam dan dingin. Alih-alih memberikan kertasnya, Yunah justru merobeknya tepat di hadapan Jeva yang air mukanya kepalang lempeng tanpa ekspresi.
"Gue nggak sudi berbagi apapun ke lo. Lo liat aja nanti. Suatu saat gue bakal ngalahin lo sampe lo bener-bener ada di bawah."
Mereka berdua tidak tahu, bahwa ucapan Yunah kala itu membawa mereka pada kisah yang tak terduga, sekaligus awal dari hal yang tak mereka sangka.
Rival | Jeenah
Start: 09-02-2024
End: -.
Hai haiiii, janji saya udh lunas yaaa. Bulan sept lalu saya bilang kemungkinan bakal bkin ff yg pairingnya jeemin sama yunah dari survival ru next. Sbnrnya cerita ini blm mateng bgt karna saya beneran ga ada waktu buat nulis😭tp daripada ngedekem di notes doang, mending saya publish aja. Sayang klo dianggurin.
So, enjoy this story y'all!💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival | Jeenah [HIATUS]
FanfictionYunah akan menjawab dengan lantang jika ditanya siapa orang yang paling ia benci, dan itu adalah Jeva. Menganggap gadis itu sebagai akar dari penderitaannya dan sosok yang harus ia singkirkan. Yunah selalu berharap Jeva terjatuh, berusaha keras agar...