6

200 24 3
                                    

Hubungan antara Juno dan Jeff kini terjalin lewat jarak jauh. Ini pengalaman baru dan pertama kali dalam hubungan percintaan mereka. Hanya WhatsApp saja yang menjadi wadah mereka melepas rindu, entah itu sekedar chat biasa, telepon atau video call. Lewat aplikasi itu pula mereka saling bercerita tentang hari yang mereka lalui. Dan semuanya berjalan baik-baik saja.
Sementara itu, kehadiran Sahat cukup mewarnai hari-hari Juno. Ia beruntung mendapatkan seorang teman sekaligus tetangga seperti cowok Batak yang manis itu. Bukan hanya sekedar manis, tapi juga baik, ceria, gentle dan bisa diandalkan. Kehadiran Sahat bisa mengusir sepi meskipun ada atau tidak adanya Sahat di sampingnya. Mendengar suara musik yang mengalun dari rumah cowok itu saja sudah cukup memberi energi positif bagi Juno. Suara musik yang terkadang disertai senandung lagu dari mulut Sahat menyadarkan Juno kalau ia tidak sendiri, ada orang lain yang bisa ia mintai bantuan kapan saja. Tak heran kalau mereka berdua sering mengunjungi satu sama lain. Terkadang Sahat yang mengunjungi rumahnya, kadang Juno yang bertandang ke rumah cowok itu.
Ngomong-ngomong soal kebiasaan Sahat yang semau gue aja di rumahnya, tetap berlangsung sampai kini. Hampir tiap hari Juno mendapati cowok itu berkeliaran di balkon hanya mengenakan celana dalam berbagai jenis. Mulai dari jenis briefs, trunk sampai boxer. Sampai-sampai Juno menunggu apakah suatu saat ia akan melihat cowok itu akan mengenakan celana dalam model thong atau jockstraps?
Perihal kebiasaan Sahat ini sudah dibahas oleh Juno ketika mengobrol sama Jeff di suatu malam.
"Sebenarnya cowok koloran doang itu udah lumrah sih," kata Jeff memberi pendapat. "Lihat aja di IG bertebaran cowok-cowok foto cuma kancutan doang. Di kita aja kali yang sedikit tabu ngeliatnya karena kita nggak kayak gitu. Teman-teman kita bahkan lingkungan kita juga nggak ada yang seseksi itu. Makanya kalo liat begituan kalo bukan di pantai atau kolam renang jadi rada tabu gitu kali ya."
"Kamu benar, Je. Seumur-umur, aku belum pernah lihat cowok secara live koloran doang wara-wiri di balkon sambil megang cangkir kopi. Pernah sih lihat cowok cuma pake CD doang even telanjang, kayak kamu dan mantan-mantan aku dulu, tapi kan di tempat tertutup. Bahkan Ixel aja aku nggak pernah liat cuma koloran doang. Paling banter boxer. Makanya ngeliat Sahat hampir tiap hari pamer badan, meskipun udah sering ngeliat, tetap aja kaget. Dia yang begitu, akunya yang was-was takut ada yang liat."
Jeff terbahak. "Tapi dia gak macam-macam kan sama kamu?"
"Dia baik tau, Je..."
"Percaya sih. Tapi kamu gak pernah kan terangsang liat dia?"
"Ihh, apaan coba..."
"Beneran???"
"Bener, untuk sekarang. Nggak tahu deh kalau besok-besok."
"JE...!!!"
Juno meletin lidahnya.
"Dia pernah ngerayu kamu nggak???"
"Nggak."
"Mungkin nggak secara langsung, tapi dengan cara diam-diam. Like remas-remas kontol dia di depan kamu gitu?"
"Hoi muncungmu ya, Je. Mana ada!"
Jeff terkekeh.
"Seandainya dia ngelakuin hal erotis di depan kamu, reaksi kamu gimana?" Tanya Jeff lagi.
"I dunno. Gak pernah mikir sejauh itu. Tapi kalau dia ngelakuin itu di depan aku, berarti dia gay dong? So, aku bakal kasih tahu tentang hubungan kita biar dia nggak bertindak lebih jauh..."
"How sweet. Makasih ya, Je, udah tetap setia sama aku," puji Jeff.
"Karena aku sadar begitu banyak pengorbanan dan rasa sedih yang aku rasakan untuk bisa terus sama kamu sampai detik ini..." Kata Juno. "Aku gak mau pengorbanan aku, kamu, keluarga kita jadi sia-sia hanya sebuah godaan."
"Kamu benar, Je. Semoga kita langgeng selamanya," Jeff membenarkan. "Love you so much, Je."
"Me too, Je. My love for you keeps increasing everyday."
Aksi saling gombal terus berlanjut hingga  saling menggoda yang berujung basah. Terpisah jarak, ruang dan waktu tidak menghalangi mereka untuk saling memuaskan satu sama lain. Video call pun menjadi solusinya.

=/=

Keesokan harinya...

Tiittt...!!!

Jeff membunyikan klakson keras saat sebuah mobil mau menyerobot masuk pelataran gedung kantor.
Ternyata sang pengemudi juga membunyikan klaksonnya sehingga jeritan klakson keduanya saling bersahutan.
Jeff berdecak kesal. Ia mengalah dan memundurkan mobilnya sedikit, demi memberi jalan sang pengemudi mobil itu masuk lebih dulu.
Ternyata, sang pengemudi itu melakukan hal yang sama. Kontan saja Jeff terkekeh. Ia membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangan, memberi tanda supaya sang pengemudi itu saja yang duluan masuk.
Sang pengemudi itu membuka kaca mobilnya pula dan mengacungkan jempolnya ke Jeff lalu langsung memasuki kantor menuju parkiran, diikuti oleh Jeff di belakang.
Rupanya mereka juga memarkirkan mobil di tempat yang bersebelahan. Setelah memarkirkan mobilnya, pengemudi yang ternyata seorang cowok muda itu keluar dan berdiri di samping mobilnya. Wajahnya tampan dan terkesan lembut, kulit mulus, putih dan tubuhnya tinggi dan tipis.
Setelah Jeff keluar, cowok itu berjalan mendekat sambil tersenyum.
"Pagi, Bro..."
"Pagi juga, bro..." Balas Jeff.
"Sorry ya yang tadi."
"Santai aja," jawab Jeff.
"By the way, gue Riko," cowok itu memperkenalkan diri.
"Gue Jeff. Lu kerja di sini juga?"
"Maksudnya di sini, di mana? Ada tiga kantor di sini kalo gak salah. Gue kerja di Bank MUR (Mandalanusa untuk Rakyat)."
"Oh pegawai bank MUR ya. Gue di Multi Inovasi," beritahu Jeff. "Lu pegawai baru ya? Gue belum pernah lihat sebelumnya..."
"Jadi karyawan MUR sih udah dua tahun. Tapi gue tugas di kantor pusat. Gue ditarik ke cabang pembantu menggantikan sementara karyawan yang sedang cuti melahirkan."
"Pantesan gak pernah lihat. Nugas di sini udah berapa lama?"
"Baru seminggu."
Jeff mengangguk-angguk.
"Ya udah, gue duluan ya, Jeff. Nice to meet you," pamit Riko.
"Nice to meet you too, bro...!" Balas Jeff sembari berjalan menuju kantornya.

PTA 2 : THE JOURNEY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang