Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi, Aro terbangun dari tidurnya karena mendengar suara orang yang Sedang mengingau, Nabella berkali-kali menyebutkan nama ayahnya dan menangis dengan memejamkan mata. "Nabella ...," lirih Aro terbangun dan menghampiri tubuh sang istri yang tidur dalam posisi duduk.
Tubuhnya menggigil walau badanya sudah terbalut jaket Aro yang sempat pria itu berikan tadi. Sepertinya hawa dingin kali ini lebih menusuk dari biasanya karena semalaman hujan turun begitu deras. Mencari sesuatu didalam kelas berniat mengurangi dinginnya tubuh Nabella , tapi sayang disana hanya ada data statistik dan artikel tentang bisnis digital yang terbingkai rapi. Ia kembali duduk disamping Nabella memeluk tubuh mungilnya yang masih bergetar kedinginan.
"Cuma ini yang bisa gue lakuin Nab, semoga badan lo bisa merasa hangat," lirihnya. Wanita itu masih menutup matanya, tak sedikitpun tersadar walau rasa dingin itu terus menggangu. Bulir keringat membasahi kening Nabella walau badannya masih terasa dingin, Aro bisa memastikan bahwa kali ini Nabella sedang mengalami demam. Ia melirik jam tangan kepunyaannya, kurang dari satu jam sebelum mereka memutuskan untuk pulang. Aro memeriksa ke arah depan memastikan petugas kebersihan kampus sudah tiba dan mulai membuka semua pintu kelas.
Sayup-sayup terdengar langkah seseorang dengan bunyi kunci yang saling bertabrakan, Aro kembali ke pojok kelas menyembunyikan diri agar tak ada yang melihat mereka berdua didalam.
Pintu kelas sudah dibuka dengan lebar menandakan petugas kebersihan akan segera merapihkan kelas sebelah digunakan seluruh mahasiswa untuk belajar. Aro membangunkan Nabella dengan suara yang lembut, bagaimana pun ia tak mau melihat wanita itu terkejut dan berteriak histeris yang bisa membuat semua orang tau keberadaan mereka saat ini.
"Gue gak kuat jalan, rasanya semua badan gue sakit" lirih Nabella sedikit membuka matanya. Tanpa menunggu persetujuan Aro membawa tubuh Nabella dalam gendongannya dan pergi keluar dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Gue berat," lirih Nabella sambil merangkulkan tanganya pada leher sang suami.
"Gue kuat, badan lo cuma setengah dari berat badan gue," balasnya terus melangkah sambil sesekali melirik kanan kiri memastikan tak ada orang yang melihat mereka berjalan ke arah parkiran. Tak membutuhkan waktu lama untuk mencari keberadaan motornya karena saat itu hanya ada motor Aro dan beberapa motor petugas kebersihan yang terparkir. Menurunkan Nabella dari gendongannya. Langit dini hari masih terlihat gelap, tapi wajah Nabella terlihat bercahaya walau sedikit pucat, tak bisa di pungkiri wanita yang sedang ada dihadapannya itu memang mempunyai kecantikan yang sempurna.
"Aro , apa harus gue pingsan dulu baru Lo mau naik ke atas motor?," oceh Nabella yang berhasil membuyarkan lamunan Aro tadi.
"Oh, iya maaf ayo Naik," balasnya yang sudah sempurna menaiki motor. Pergi dari parkiran dan berhasil melarikan diri dari pandangan orang yang sudah ada dikampusnya.
"Pegang Nab, nanti lo jatoh," titah Aro sedikit berteriak di balik helm full facenya. Wanita itu sepertinya tak mendengar, ia masih asik melihat pemandangan sekitar yang begitu sejuk. Mengerem motornya secara mendadak, kini tubuh Nabella refleks terjatuh ke depan punggung Aro dan memeluknya erat.
"Ada apa sih, gue kaget," ocehnya memukul lengan Aro keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Please [Sudah Terbit]
Ficção HistóricaBercerita tentang cinta yang bersemi karena benci