04- Almamater merah maroon

3.5K 421 55
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi, Aro  terbangun dari tidurnya karena mendengar suara orang yang Sedang mengingau, Nabella  berkali-kali menyebutkan nama ayahnya dan menangis dengan memejamkan mata. "Nabella ...," lirih Aro  terbangun dan menghampiri tubuh sang istri yang tidur dalam posisi duduk.

Tubuhnya menggigil walau badanya sudah terbalut jaket Aro  yang sempat pria itu berikan tadi. Sepertinya hawa dingin kali ini lebih menusuk dari biasanya karena semalaman hujan turun begitu deras. Mencari sesuatu didalam kelas berniat mengurangi dinginnya tubuh Nabella , tapi sayang disana hanya ada data statistik dan artikel tentang bisnis digital yang terbingkai rapi. Ia kembali duduk disamping Nabella  memeluk tubuh mungilnya yang masih bergetar kedinginan.

"Cuma ini yang bisa gue lakuin Nab, semoga badan lo bisa merasa hangat," lirihnya. Wanita itu masih menutup matanya, tak sedikitpun tersadar walau rasa dingin itu terus menggangu. Bulir keringat membasahi kening Nabella  walau badannya masih terasa dingin, Aro  bisa memastikan bahwa kali ini Nabella  sedang mengalami demam. Ia melirik jam tangan kepunyaannya, kurang dari satu jam sebelum mereka memutuskan untuk pulang. Aro  memeriksa ke arah depan memastikan petugas kebersihan kampus sudah tiba dan mulai membuka semua pintu kelas.

Sayup-sayup terdengar langkah seseorang dengan bunyi kunci yang saling bertabrakan, Aro  kembali ke pojok kelas menyembunyikan diri agar tak ada yang melihat mereka berdua didalam.

Pintu kelas sudah dibuka dengan lebar menandakan petugas kebersihan akan segera merapihkan kelas sebelah digunakan seluruh mahasiswa untuk belajar. Aro  membangunkan Nabella  dengan suara yang lembut, bagaimana pun ia tak mau melihat wanita itu terkejut dan berteriak histeris yang bisa membuat semua orang tau keberadaan mereka saat ini.

"Gue gak kuat jalan, rasanya semua badan gue sakit" lirih Nabella  sedikit membuka matanya. Tanpa menunggu persetujuan Aro  membawa tubuh Nabella  dalam gendongannya dan pergi keluar dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Gue berat," lirih Nabella  sambil merangkulkan tanganya pada leher sang suami.

"Gue kuat, badan lo cuma setengah dari berat badan gue," balasnya terus melangkah sambil sesekali melirik kanan kiri memastikan tak ada orang yang melihat mereka berjalan ke arah parkiran. Tak membutuhkan waktu lama untuk mencari keberadaan motornya karena saat itu hanya ada motor Aro  dan beberapa motor petugas kebersihan yang terparkir. Menurunkan Nabella  dari gendongannya. Langit dini hari masih terlihat gelap, tapi wajah Nabella  terlihat bercahaya walau sedikit pucat, tak bisa di pungkiri wanita yang sedang ada dihadapannya itu memang mempunyai kecantikan yang sempurna.

"Aro , apa harus gue pingsan dulu baru Lo mau naik ke atas motor?," oceh Nabella  yang berhasil membuyarkan lamunan Aro  tadi.

"Oh, iya maaf ayo Naik," balasnya yang sudah sempurna menaiki motor. Pergi dari parkiran dan berhasil melarikan diri dari pandangan orang yang sudah ada dikampusnya.

"Pegang Nab, nanti lo jatoh," titah Aro  sedikit berteriak di balik helm full facenya. Wanita itu sepertinya tak mendengar, ia masih asik melihat pemandangan sekitar yang begitu sejuk. Mengerem motornya secara mendadak, kini tubuh Nabella  refleks terjatuh ke depan punggung Aro  dan memeluknya erat.

"Ada apa sih, gue kaget," ocehnya memukul lengan Aro  keras.

Hug Me, Please [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang