O O .

249 32 1
                                    

Shaira menatap jam analog di dinding yang sudah menunjukan pukul sembilan. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Apalagi untuknya yang sedang terlalu terlarut pekerjaan. Kalau saja kampus buka lebih malam mungkin ia akan memilih untuk tetap mengerjakan pekerjaannya di sini. Malam kian larut mengingatkannya untuk segera pulang sebelum 'penghuni' di sini mengusirnya. Sebenarnya Shaira tidak sendiri, ada Bu Lusi yang masih mengimput data prodi ke database bersama beberapa staff. Menyicil data untuk akreditasi prodi yang diadakan setiap semester. Shaira juga bertugas beberapa hal untuk yang satu itu, tapi tentu tidak sebanyak Bu Lusi yang merupakan petinggi prodi.

"Bu, Mbak. Saya duluan ya."

"Iya, Bu. Hati-hati ya." Shaira menundukan kepalanya ketika berpamit dengan yang lainnya.

Sembari menunggu lift, Shaira memesan ojek online. Biasanya Shaira pulang bersama Risa, sobat karibnya dari prodi sebelah. Tapi, karena Shaira harus lemburan akhirnya dia milih kerjain kerjaannya di sana biar di rumah gak pusing lagi. Walau nyatanya Shaira harus tetap melanjutkan pekerjaannya di rumah.

Sesampainya di rumah Shaira harus di hadapkan dengan beberapa mahasiswa bimbingannya yang baru saja mengirim file revisi melalui e-mail. Shaira pengennya gak peduli. Tapi karena besok jadwalnya bimbingan, mau gak mau Shaira harus mengecek sekarang juga. Tidak apa, hanya dua draft skripsi yang harus ia periksa. Pikirnya gitu walau pengen teriak. "Kenapa mepet amat siiih!"

Sebagai penganut mengurangi kertas, Shaira tidak pernah meminta print out kalau hanya sekedar bimbingan. Well itu bagus, tapi efeknya begini, jadi semena-mena. Kalau print out pasti Shaira paling lambat sore tadi. Shaira memberikan beberapa komentar pada paragraf yang sekiranya rancu dan salah.

Di tengah fokusnya, alunan musik dari ponselnya harus terjeda saat sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Karena nanggung, Shaira menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum membuka ponselnya.

Biasanya yang chat jam segini itu Risa, kirim chat random atau iseng karena bosan mungkin. Tapi, sayangnya bukan nama Risa yang terpampang, namun sebuah nama yang jarang sekali menghubunginya.

Mas Jendra.

Dua kosa kata itu menghiasi notifikasi pada lockscreen-nya. Shaira langsung membuka pesan tersebut dan segera membalasnya.

Mas Jendra

Sha

Iya mas

Kamu blm tidur jam segini?

Blm, masih revisi skripsi ini.
Gimana mas?

Anu
Sha, aku naik jabatan

Eh, serius?
Waahh, selamat yaaaa,
aku ikut seneng dengernya 🤗

Makasih ya sha.
Tapi aku dipindah tugas

Dipindah kemana emg?
Dipindah kesini po?

Iya
Kamu gak apa apa?

Ya gak apa-apa lah,
emangnya kenapa?

Nek aku pindah ke rumah
kamu nyaman gak sha?

Harusnya aku yang tanya gitu ke mas,
kan rumah ini punya mas.
Nek mas gak nyaman,
aku yg tak pindah aja

Gak apa-apa sha.
Mending kamu yang di rumah aja sha.
Rumahnya deket sama kampus
Lagian tempat kerjaku rodo jauh dari rumah

Mas pulang kesini kapan?

Minggu depan

Yowes, nanti kita omongin lagi
di rumah ya mas

Oke deh

Shaira menatap nanar pada chat dengan lelaki yang jaraknya ratusan kilo meter itu. Ditaruhnya ponsel itu di atas meja dan memegang kedua tangannya yang mendingin. Lalu ia ambil ponsel itu lagi dan membaca ulang satu persatu teks percakapan mereka, kali aja Shaira salah nangkep.

Kesini?

Minggu depan?

Menurut Shaira itu pemberitaan yang lumayan mendadak. Bukannya Shaira tidak senang, tapi ia perlu mempersiapkan diri menghadapi situasi itu. Lagi.

Setelah lima tahun seperti orang asing haruskah Shaira tinggal menetap bersama Jendra kembali?

___

AAAAA tadinya aku gak mau nambah bebaaaannnn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


AAAAA tadinya aku gak mau nambah bebaaaannnn.

Tapi yaudah lah ya

Semoga syuka


jan 1, 2024
elfeetoile

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang