DRABBLE ㅡ Appropriate Good Bye.

21 1 6
                                    

Aku yang sudah bangun sedari tadi memutuskan untuk mematikan alarm di kamar Atsumu yang begitu merusak gendang telinga.

"Haish, kenapa Si Bodoh ini tidak juga bangun?!" aku menggeleng menatap Atsumu yang masih tertidur pulas.
Harus kuakui, dia menggemaskan. Maka dari itu, kubiarkan saja ia memeluk gulingnya dan kembali ke dapur.

"Woah! Osamu-san! Cepat bergabung dengan kami! Aku sudah lapar sekali." itu suara memekakkan gendang telinga khas Bokuto-san. Siapa lagi anggota tim voli Atsumu yang mampu mengeluarkan suara seberisik itu selain dia?

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Setelah memastikan porsi makanan di wajan cukup, aku meletakkan beberapa porsi nasi goreng di setiap piring kosong yang sudah kutata sebelumnya.

Ya, tim voli Atsumu memang suka sekali numpang makan di rumah kami sebelum latihan.

"Makan saja dulu, aku coba bangunkan Atsumu lagi," ujarku.

Sekilas, aku dapat melihat Hinata dan Bokuto-san bertatapan bingung. Apa aku salah memasukkan bumbu pada masakanku?

Aku kembali ke meja makan, tak satupun dari mereka menyentuh makanannya. "Hei, ada apa? Apa tidak enak?"

Sakusa menggeleng. "Ini lebih enak dari biasanya, Osamu. Terima kasih."

Tak biasanya dia mengucap terima kasih seperti itu. Aku jadi makin bingung. Mereka ini kenapa?

Oh ya, aku jadi terdistraksi tadi. Si Rambut Pirang itu tidak kunjung bangun juga. "Teman-teman, ada yang mau mencoba membangunkan Atsumu?" tanyaku memecah kesunyian tak berujung yang menyelimuti kami.

Bukannya menjawab persoalan ini, mereka malah berhenti makan dan menatap satu sama lain.

"Ada apa?" tanyaku dan sekali lagi hanya dibalas dengan gelengan.

       Sungguh,
              Aku tidak mengerti.

"Samu, bisa tolong bantu aku sebentar?" 

Oh.

Oh. Itu dia Atsumu.

Ia menggenggam ponsel-nya dan terlihat kebingungan. Rupanya ia sibuk berkutat dengan benda itu hingga melupakan sarapan bersama anggota MSBY ㅡtim voli Atsumuㅡ lainnya.

Aku tersenyum padanya. Meletakkan sendok dan garpu, lalu beranjak menghampirinya. "Tentu. Mana yang kau tidak paham?"

      BRAKKㅡㅡ
"Samu, stop. Hentikan semua ini. Kembali duduk dan habiskan sarapanmu. Mengerti?"

Hm?
Aku tidak mengerti mengapa Sakusa menatapku dengan tatapan seperti ini. Aku hanya ingin menolong kembaranku yang gaptek itu. Dan hey, lagi pula ini rumahku?

"Tapi aku hanyaㅡㅡ"

"Samu, aku tidak mengerti fitur baru ini!"

"Duduk, Samu."

Maaf, Sakusa. Bukannya aku tidak menurut tapi aku akan segera habiskan sarapanku setelah menolong kembaran bodohku yang buta teknologi itu. "Aku datang, Tsumu."

"Astaga Omi-san, Osamu-san dalam bahaya!"

Bahaya? Kenapa Hinata berkata aku dalam bahaya?

"SAMU JANGANㅡㅡ"





Gelap.


ㅡㅡㅡ

"Tidak apa apa, Hinata. Mungkin Atsumu sangat kesepian di sana, sehingga ia ingin mengajak Osamu ..." Kita mengusap punggung Hinata perlahan. "Kau pun sama, Sakusa. Jangan terus terusan menyalahkan dirimu."

"Kalianㅡ ayo kembali. Kalian harus tetap rajin latihan. Mengerti?" ujar Bokuto sembari memaksakan senyum yang tampak seperti menahan seluruh emosi demi teman-temannya.

"Bokuto benar." Kita menepuk pundak Hinata. "Setidaknya, mereka berdua tidak kesepian di sana kan?"

Tidak ada jawaban, hanya isakan.

Matahari bersinar begitu cerah, meski rintik hujan tetap setia menemani perasaan duka mereka.



Hari ini,
pukul enam pagi lewat dua menit.
Miya Osamu, mantan pemain voli Inarizaki, memenuhi panggilan
rindu dari saudara tercintanya, Atsumu.
Penyebab kematian: Terjun dari jendela lantai delapan.

Appropriate Good Bye ㅡ Miya TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang