Choi Soo-Yoon berjalan ringan menyusuri koridor sekolah sore itu. Bersenandung kecil sembari meniti langkahnya, Soo-Yoon menguap sesekali. Kelas tambahan tadi membuatnya pusing. Sangat membosankan. Apalagi dia tidak suka gurunya. Sekarang ia hanya perlu kembali ke kelas, mengambil tasnya, lalu pulang. Langkahnya melambat saat ponselnya berdering. Soo-Yoon menjawab panggilan itu selagi berjalan." Halo, Kak" sapa Soo-Yoon ceria. Ia tersenyum kala mendengar suara tawa kecil kakak perempuannya diseberang.
" Soo-Yoon, bagaimana keadaanmu disana?" tanya Choi Yoo-Mi yang saat ini tengah berada di Daegu. Tiga bulan lalu sejak gadis itu dinas disana.
" Soal itu tak usah ditanya. Aku baik-baik saja. Sehat, masuk angin pun nggak" sahut Soo-Yoon mengundang tawa Yoo-Mi.
" Lalu, bagaimana dengan sekolahmu?"
Soo-Yoon membuang nafas." Sekolah baik-baik saja. Kelas tambahannya yang semakin menggila setiap hari. Aku disuruh mengerjakan soal yang konsepnya sangat berbeda dengan contoh. Aku gagal dan akan selalu ada omelan dari guru kacamata yang makanan sehari-harinya adalah rumus yang tampak seperti coretan dan tumpukan sayur basi. Dia bahkan tahu bukan aku yang mengerjakan PR"
Yoo-Mi tertawa diseberang." Kurasa kau harus berhenti memintaku membuat PR untukmu "
" Tapi tenang saja. Temanku yang baik akan menyelesaikannya untukku selama kau masih disana. Yah, meskipun sikapnya seperti suhu udara di kutub Utara, tapi dia baik kok"
" Kalau begitu kau harus belajar dengannya, Soo-Yoon. Sebentar lagi akan ada ujian kan?"
Soo-Yoon mengangguk-angguk." Ya, aku dan teman pintarku itu beda kelas. Besok aku akan mengajaknya belajar bersama. Aku akan traktir dia makan cokelat sebagai tanda terima kasih. Lalu--" Soo-Yoon tak melanjutkan ucapannya. Langkahnya terhenti begitu perhatiannya tersita pada cowok yang sedang menggoda seorang gadis didalam kelas kosong. Matanya menatap cowok itu tajam.
" Soo-Yoon, ada apa?"
" Tidak ada apa-apa, Kak. Aku punya urusan mendadak. Nanti kutelepon lagi" sahut Soo-Yoon agak berbisik sebelum menonaktifkan ponselnya. Ia mendekati pintu kelas sambil menggulung lengan seragamnya. Lalu menendang pintu kelas yang setengah terbuka itu, membuat Lee Dae-Han dan Jun Mi-Ri terlonjak.
" Soo-Yoon?" kejut Dae-Han menelan ludah setelah ketahuan menggoda gadis lain.
" Apa?!" Soo-Yoon mencengkeram kerah seragam laki-laki itu, menatapnya dengan tatapan membunuh." Pantas saja selama ini kau selalu beralasan sibuk. Ternyata ini kesibukanmu, ya"
" Soo-Yoon, begini. Aku... Aku..." Dae-Han terbata hendak menjelaskan perbuatannya kepada pacarnya itu.
" Apa?! Mau perkenalkan pacarmu yang lain kepadaku?" sela Soo-Yoon membentak. Ia beralih menatap gadis yang berdiri gemetar didekatnya." Jun Mi-Ri, kau mau juga ya digoda cowok ini"
Mi-Ri menggeleng pelan.
Soo-Yoon berdecih." Bajingan"
Dae-Han mendekat hendak memegang bahu gadis itu." Soo-Yoon, aku bisa menjelaskan--"
Soo-Yoon tak membiarkan laki-laki itu menyelesaikan ucapannya sebelum ia menepis tangan Dae-Han, lalu meninju wajahnya.
💠
" Jadi, atas dasar permasalahan apa kau memukul Lee Dae-Han?" tanya Kepala Sekolah SMA Center Gwishin kepada Soo-Yoon.
Soo-Yoon melirik Dae-Han sesaat dengan tatapan sinis." Pak, dia punya gadis lain"
" Eh?" Sang Kepala Sekolah terkejut.
Dae-Han angkat bicara." Tapi, Pak. Dia--" Ia kembali terdiam saat Soo-Yoon menunjukkan kepalan tangannya.
" Tutup mulutmu, Sialan" desis Soo-Yoon mengancam.
Sang Kepala Sekolah memijat keningnya sambil membuang nafas berat. Entah sudah berapa kali Choi Soo-Yoon bermasalah di sekolah. Hal yang membuat gadis itu dianggap berandalan dan ditakuti seluruh siswa. Siapapun takut berurusan dengannya. Apalagi Soo-Yoon itu mahir berkelahi, bahkan pernah mengalahkan preman sekolah hingga membuat trauma.
" Bapak tidak usah memusingkan hal ini. Aku akan membantu menyelesaikannya" ucap Soo-Yoon kemudian sambil tersenyum. Ia menepuk dadanya seolah memang bisa menyelesaikan masalah itu.
Sang Kepala Sekolah mengangguk." Jadi, bagaimana cara kau menyelesaikannya?"
Soo-Yoon tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat." Mudah kok. Begini" sahutnya seraya mengangkat kaki kirinya, menekan bahu Dae-Han dengan keras hingga laki-laki itu berlutut dihadapannya." Astaga. Kau benar-benar minta maaf dengan tulus ya, Dae-Han. Baiklah, aku akan memaafkanmu. Anggap saja hubungan kita sebelumnya hanya mainan anak-anak" Soo-Yoon berdecih. Rupanya begini rasanya kecewa. Terlalu menyakitkan. Bodoh. "Aku memang bodoh"
Soo-Yoon menurunkan kakinya. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu ruangan kepala sekolah." Oh, iya" Soo-Yoon menoleh sebentar." Soal gadis-gadis yang kau goda itu, jangan kecewakan mereka. Kau tahu akibatnya nanti kan?"
Dae-Han mengangguk kaku.
" Bagus" ucap Soo-Yoon lalu berjalan dan menghilang dibalik pintu. Gadis itu mempercepat langkah sembari menepis air matanya kasar.
Laki-laki disana menatap Soo-Yoon yang berjalan kearah berlawanan. Ia memandang datar sambil menyelipkan kedua tangan disaku celana." Lee Dae-Han memang brengsek" gumamnya dingin.Soo-Yoon menghentikan langkah disebuah halte. Hujan mulai turun sore itu dan sialnya dia tidak membawa payung lipat. Ia belum sempat mengumpat lagi sebelum ponselnya berdering. Soo-Yoon merogoh benda bening tipis itu dan melihat nama kakaknya dilayar. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya. Dia harus tenang atau Yoo-Mi akan curiga sesuatu telah terjadi." Halooo"
" Soo-Yoon, ada apa tadi?"
" Tidak ada apa-apa" Soo-Yoon cengengesan.
" Suaramu agak serak. Kau flu?"
" Iya. Tapi hanya sedikit. Aku akan baik-baik saja" Soo-Yoon menggisik-gisik hidungnya agar terdengar seperti benar-benar flu." Tenang saja. Aku tidak akan mati hari ini kok"
" Lalu, tadi itu kenapa?"
Soo-Yoon terkekeh." Oh, tadi itu. Tadi ada seekor semut masuk kedalam sepatuku. Jadi aku mengajaknya berkelahi. Hanya sebentar, dia sudah bertekuk lutut dihadapanku"
" Kau tidak bohong kan?"
" Aku masih kecil. Mana mungkin berbohong" Soo-Yoon melonggarkan dasi pitanya sambil mengipasi diri dengan tangan.
" Kau tidak berkelahi lagi kan?"
" Aku sudah menahan diri seperti yang kau ajarkan. Tapi bukan salahku kalau besok besok aku berkelahi lagi" Soo-Yoon tertawa lepas.
Yoo-Mi terdiam sesaat." Minggu depan aku akan kembali ke Seoul. Bereskan rumah sebelum aku sampai "
" Oke" sahut Soo-Yoon sebelum mengakhiri sambungan. Gadis itu celingukan, lalu berjalan menerobos hujan yang tidak terlalu deras. Selagi berjalan, Soo-Yoon melihat papan hologram berita yang mengabarkan kecelakaan dan kasus bunuh diri. Ada yang mati lagi. Soo-Yoon mengalihkan pandangan. Tetap menapaki jalan yang basah dibawahnya. Ia bisa melihat pantulan dirinya digenangan air. Eh, kapan aku mati, ya? Soo-Yoon menggaruk tengkuknya. Hujan membuatnya merasa pusing. Mungkin ia harus segera pulang dan tidur. Besok ia harus ke sekolah lagi, belajar lagi, ikut kelas tambahan dan ikut memusingkan diri di perpustakaan yang membuatnya terlihat seperti anggota klub kutu buku. Soo-Yoon membuang nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCIDENT 2036
Teen FictionChoi Soo-Yoon kehilangan hidupnya dalam suatu kecelakaan yang melibatkan seorang dokter profesional. Alih-alih mengikhlaskan kepergiannya, sang dokter yang sama sekali tidak mengetahui identitas asli Choi Soo-Yoon menggunakan sebuah penemuan dan mem...