Neo Technetis

4 3 0
                                    

Choi Soo-Yoon berjalan ringan ditepi jalan raya Seoul sambil mendengar lagu kesukaannya melalui headset. Ia begitu memerhatikan nada musiknya sembari mengikuti lirik sehingga tak mendengar apapun selain lagu itu. Tak ada yang menyadari air matanya diantara hujan.
Soo-Yoon berdecih. Kalau tahu seperti ini ia tidak akan pernah berniat jatuh cinta. Bodoh. Kalau keadaannya sudah begini ia jadi semakin malas pergi ke sekolah lagi. Soo-Yoon menengadah, menatap langit yang ditutupi awan-awan gelap. Cuaca mendukung perasaannya yang kacau saat ini. Sejurus kemudian, Soo-Yoon beralih menatap layar ponsel, menekan permukaannya yang tipis. Ia berdiri menunggu lampu tanda penyeberangan pejalan kaki menyala. Beberapa orang yang menunggu didekatnya menggunakan payung atau tas untuk sekedar melindungi diri dari hujan. Begitu lampu tanda penyeberangan aktif, mereka mulai menyeberangi zebra cross. Soo-Yoon berjalan bersama orang-orang itu, tampak masih mengutak-atik layar ponsel. Tanpa disadari, sebuah mobil putih melaju kencang kearahnya. Samar-samar, gadis itu mendengar suara para pejalan kaki yang berteriak agar ia menghindar, juga suara klakson mobil yang dibunyikan. Soo-Yoon terdiam sesaat, ia melepas headsetnya dan menoleh. Menghindar juga percuma. Soo-Yoon membeku sebelum kemudian mobil itu menabraknya. Gadis berusia 16 tahun itu terpental, tubuhnya melewati atap mobil, lalu tergeletak di jalan tepat dibelakang mobil putih.
Soo-Yoon membuka matanya yang menggelap, sayup-sayup terdengar suara keributan disekitar. Semuanya terlihat kabur. Orang-orang mengelilinginya. Gadis itu mendapati dirinya tergeletak di jalan yang basah. Kemudian, ia mendengar suara berat yang memanggil namanya. Pandangannya menangkap laki-laki yang memangku kepalanya, samar sekali.
" Choi Soo-Yoon, kau bisa mendengarku?"
Oh, jadi begini rasanya mati, ya?Soo-Yoon ingin menyahut, mengatakan bahwa ia bisa mendengar suara laki-laki itu. Tapi tenggorokannya terasa tercekat. Ia menggerakkan tangannya yang gemetar, memegang lemah tangan laki-laki itu yang memegang pipinya, mengusapnya pelan. Aku tidak kuat lagi. Kedua netra matanya berubah gelap, kehilangan cahaya seolah ia tak sanggup menahan kematiannya. Usapannya ditangan laki-laki itu perlahan berhenti.
Pintu mobil putih itu dibuka, lalu seorang dokter muncul dibaliknya. Dr. Eun Sa-Yeol. Ia segera menghampiri gadis yang ditabraknya tadi. Lalu memeriksa denyut nadinya dengan wajah penuh rasa bersalah. Tidak ada denyut sama sekali. Ia tak habis pikir sebelum anak laki-laki yang menyaksikan Choi Soo-Yoon disaat-saat terakhirnya sontak mencengkeram kerah baju sang dokter. Dr. Eun menatap laki-laki yang menatapnya tajam. Jelas anak itu menunjukkan raut kesedihan diantara amarahnya. Dr. Eun memegang tangan anak laki-laki itu, menguraikan cengkeramannya lembut. Dr. Eun tersenyum kecil. Kemudian, seorang pria keluar dari mobil putih--sepertinya dia juga seorang dokter. Pria bernametag Dr. Kim Yoon-Seok itu mengambil Soo-Yoon dan masuk ke mobil. Disusul Dr. Eun yang memangku Soo-Yoon di jok belakang mobil begitu pintunya menutup. Terlihat dokter wanita itu mengusap Soo-Yoon yang tak bergerak." Maafkan aku"
💠
" Baringkan disini" ucap Dr. Eun begitu mereka sampai di ruang lab rumahnya.
Dr. Kim membaringkan tubuh gadis itu diatas brankar perlahan. Lalu membantu Dr Eun melakukan electroencephalogram, memasang EKG, dan beberapa alat lain. Tak ada detak jantung yang terdeteksi, Dr Eun menggertakkan gigi. Ia meminta Dr Kim berbalik kebelakang agar bisa melepas seragam Soo-Yoon. Lalu menyelubungi tubuh gadis itu dengan kain steril. Dr Eun mulai memasang AED. Elektroda pertama dibawah klavikula kanan ke sisi tulang dada, kedua ditengah garis aksila tengah pada ketinggian ruang interkostal kelima, di sebelah kiri dada. Keadaannya makin kritis sekarang. Dr Eun memberikan kejutan listrik melalui defibrillator beberapa kali. Tak ada detakan sama sekali. Mereka melakukan semua usaha. Tak ada hasil. Dr Eun menghempaskan defibrillator. Ia menatap Dr Kim yang menggeleng singkat padanya.
" Kita terlambat, Dokter. Dia sudah meninggal" ucap Dr Kim memelan. Sejak kecelakaan tadi memang seperti tak ada harapan hidup untuk gadis itu. Ia mendekati Dr Eun dan memeluknya. Membiarkan dokter ahli bedah saraf itu menangis.
" Ini salahku. Aku membunuhnya" Dr Eun terisak sambil memegang kemeja yang dikenakan pria itu. Mantan suaminya benar. Dia hanya membawa sial. Dia tak bisa punya anak dan sekarang malah membunuh seorang gadis yang tidak dikenalnya. Untuk saat ini ia hanya punya Dr Kim Yoon-Seok, satu-satunya orang yang masih menghargainya.
Dr Kim mengusap-usap rambut Dr Eun yang selalu diikat kebelakang. Lembut. Ia memeluk wanita itu erat sembari berbisik." Aku juga membunuhnya. Aku yang menyetir tadi kan?"
Dr Eun masih sesenggukan. Ditengah ketenangan itu, terbesit sebuah ide. Spontan, wanita itu melepas pelukan." Aku akan menggunakan Teknologi Otak Uji Komputer untuknya "
" Eh?" Dr Kim menyeka sisa-sisa air mata Dr Eun." Tapi, penemuan itu untuk menebus perjanjian Dr Noh Min-Hee kan?"
Dr Eun mengangguk antusias." Aku memang membuatnya untuk menebus perjanjian itu. Tapi, ini lebih penting. Aku bisa menyelamatkan nyawa gadis ini dan menstabilkan jumlah manusia di bumi "
Dr Kim tersenyum. Mereka bangkit dan berpencar di ruangan itu untuk mulai melakukan pembangkitan Neo Technetis. Dr Kim memeriksa identitas asli gadis itu, Dr Eun memindahkan aplikasi Teknologi Otak Uji Komputer hingga tergabung dalam bentuk chipset dengan tulisan 'Neo Technetis' di permukaannya. Dr Eun meraih benda kecil itu dan memegangnya disela sela jari. Aku tahu resikonya besar. Tapi setidaknya dia berhasil bertahan dengan ini. Dr Eun melirik jam tangannya sesaat. Pukul 20:45." Aku akan mulai operasinya"

INCIDENT 2036Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang