Sebuah foto diperlihatkan oleh Becca padanya, seorang lelaki yang tampan dengan potongan rambut rapi. Freen melihatnya sebentar, hatinya sedikit terganggu melihat foto itu. Namun dia hanya berkata, "Aku tak yakin. Tapi tampaknya dia cukup menarik." Setelah mengatakan ini, Freen segera mengalihkan tatapannya ke buku yang sedang dia baca. Mereka sebenarnya sedang duduk di lantai perpustakaan, saling berdekatan, bahu-bahu itu saling bersentuhan dari tadi.
Becca melihat semua ekspresi Freen, dia tersenyum, Freen sungguh tidak bisa menutupi perasaannya. "Apa aku harus menerimanya?" Becca memang ditemui seseorang siang tadi, di belakang kampus. Lelaki itu mengungkapkan perasaannya dengan malu-malu, Becca sebenarnya sudah menolak langsung perasaan lelaki itu. Sekarang, dia hanya ingin menguji perasaan Freen, sahabatnya.
"Kamu menyukainya?" Tanya Freen sambil melihat buku yang terbuka tapi tak dia baca dari tadi. Setelah cukup lama, ternyata Becca tak menjawab pertanyaannya. Akhirnya Freen menoleh dan terkejut saat melihat mata Becca yang tampak dari tadi menatapnya lembut.
Alhasil, mereka bertatapan sejenak.
Becca yang menghentikan tatapan itu, dia akhirnya pura-pura menghela napas sambil melihat foto dari ponselnya lagi, "Itu pertanyaan yang sulit." Freen, kamu bodoh atau apa sih? Aku selalu menyukaimu, kamu juga menyukaiku. Bisa-bisanya kamu menanyakan hal ini padaku.
"Undur dulu, jangan langsung terima."
Alisnya terangkat dan tersenyum, "Begitu?"
"Terserah padamu, aku hanya beri saran." Freen pura-pura membaca lagi.
"Mengapa suaramu ketus?"
"Tidak, aku hanya lapar."
"Tidak, kamu tidak pernah ketus karena lapar. Ada apa? Katakan padaku."
"....."
"Kamu cemburu, kan?" Sekarang senyum Becca terbentuk, dia sungguh ingin menanyakan hal ini dari dulu. Freen selalu seperti ini kalau cemburu, ketus, cuek dan mudah marah.
"Apa!? Tidak! Apa yang kamu katakan!?"
"Freen, kita sedang di perpus. Jangan berisik."
"......"
"Aku hanya menduga, jika kamu tidak cemburu, ya, baguslah." Becca ingin tarik ulur, dia harap Freen bisa jujur suatu hari nanti. Untuk sekarang, sebatas ini saja dulu.
"......" Freen terdiam, kalau aku tidak cemburu, itu bagus? Dia kesal dengan perkataan ini, karena dalam hatinya, dia sungguh ingin meneriaki Becca Iya! Aku cemburu! Sekarang apa? Kamu bahkan tidak menyukaiku! Freen tak pernah mendapat sinyal itu, dia kira Becca hanya menganggapnya sahabat selama ini.
note: radar penangkap sinyal cinta Freen rusak.
"Ah, aku belum mengerti juga tentang ini." Becca membuka soal yang akan diujiankan minggu depan, dia sungguh tak mengerti matematika.
"Yang mana?"
"Ini." Becca menunjuk nomor lima.
"Aku akan mengajarimu." Suara Freen terdengar percaya diri
Tertawa, "Nilaimu lebih rendah dariku."
"Sebentar." Ambil pena dan mulai mengerjakan soal itu dengan mudah.
Mata Becca terbelalak saat melihat sahabatnya menulis penyelesaian itu dengan lancar tanpa berpikir dulu, "Freen? Mengapa kamu bisa mengerjakannya?"
"Konsentrasiku hilang saat ujian sebelumnya."
"Karena?"
Dengan jantung yang berdegup kencang, Freen akhirnya memberanikan diri menjawab alasan dia tak bisa fokus mengerjakan ujian sebelumnya, dia bergumam, "Kamu."
Becca speechless. Dia tak menyangka Freen menjawab dengan jujur.
Wah.
"Maksudmu?" Becca pura-pura bingung.
Menghela napas sambil mengatur jantungnya yang berlompatan, Freen secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya, dengan buru-buru dia berkata tanpa menatap Becca, "Jadi bagaimana? Mau aku ajari?"
Becca tersenyum sambil mencari mata Freen, sekarang dia sedikit menunduk untuk melihat wajah Freen yang tampak salah tingkah, "Kamu benar-benar cemburu, kan?"
"Bec, hentikan tatapan itu."
"Aku mau melakukan sesuatu." Wajah mereka sungguh dekat sekarang.
"Hm?" Freen menelan rasa gugupnya, tatapan Becca tak bisa dia hadapi dengan baik.
"Ciuman di perpustakaan." Suara Becca sangat lembut.
"....." merah.
Tertawa kecil, Becca senang dengan ekspresi Freen kali ini, "Freen, wajahmu seperti udang rebus!" Becca berteriak tapi tidak terlalu kuat.
Freen segera merapikan bukunya, dan berdiri, "Aku mau pulang." Namun saat dia melewati Becca, sahabatnya meraih tangannya dengan lembut, Freen terhenti.
Becca tersenyum, dia berkata dengan memelas, "Aku tunggu di rumah. Ajari aku."
"....." Freen hanya melihat wanita yang sedang duduk di lantai ini cukup lama, dia tak menjawab apapun. Yang pasti, dia senang dengan sentuhan tangan Becca. Tapi tidak lama, Becca segera melepaskannya. Namun apa yang dikatakan Becca membuat Freen terdiam dan wajahnya kembali memerah lagi.
Becca berkata, "Kalau kamu datang nanti, aku tak masalah melakukan kemauan tadi di kamarku. Aku rasa itu sama saja, yang penting ciuman, sih."
"....." Freen bergegas pulang, dia bahkan hampir terjatuh saat berjalan lurus itu.
Becca tertawa kecil lagi melihat sikap Freen, "Mengapa dia begitu malu?"
______________
Bel berbunyi
"Kamu datang.."
"....."
"Masuklah."
Di kamar.
"Belajar dulu atau..."
"Belajar." Freen menjawab cepat.
Becca menggeleng, dia membantah cepat, "Aku tidak setuju, aku mau yang lain"
"....."
Mendekat, cium.
Saat itu juga, hati Freen seolah penuh dengan tim cheerleaders. Bersorak riang sambil merasakan bibir lembut sang sahabat, Becca. Momen yang dia nanti sejak dulu akhirnya terwujud juga, ciuman itu tak berlangsung singkat, sesi ngajar mengajar pun tak dilakukan. Freen dan Becca tampaknya serius belajar hal lain.
Dan setelah ciuman, akhirnya mereka mengakui perasaan masing-masing dan akhirnya pacaran!
End!
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story [FREENBECKY]
FanfictionShort Story Cerita Singkat Ketika Author_lagibosan lagi bosan. Hahhaha