Strategi

133 11 0
                                    

Jam menujukkan pukul enam pagi, seluruh peserta kelompok KKN sektor 22 baru saja selesai memasukkan barang bawaannya masing-masing ke dalam bagasi minibus. Kini, mereka sedang mengantre masuk ke dalam minibus. Tak ada pertengkaran dalam memilih posisi bangku mobil, berkat View dan Billkin yang berinisiatif melakukan penetapan bangku tiap orang sebelum hari keberangkatan.

"Udah, lo semua ngga usah takut orang di samping lo mabuk darat! Gue sama Billkin udah survei dan mastiin lo semua ngga ada yang mabuk darat," ucap View sembari mengacungkan ibu jarinya, sebelum kembali duduk di bangkunya. 

"Ngga ada yang pindah-pindah tempat, ya! Kalo ketauan pindah, wajib bayar denda 10 kali lipat!" sambung View yang langsung mendapatkan sorakan dari yang lainnya. Yang disoraki membela dirinya sendiri, mengingat persetujuan ini telah disetujui oleh mereka bersama saat kemarin melakukan diskusi akhir.

"Udahlah jangan protes, sekalian kenalan lagi biar makin deket."

"Itu emang mau lo aja kenalan lagi sama Kasibook! Gue males banget harus kenalan sama Ciize, bosen nih!" protes Boss yang langsung mendapat cubitan keras di lengan kanannya dari Ciize.

"Emang tai nih, Force Jiratchapong!"

"Pak, nanti di KM 80 berhenti bentar, mau ngelempar Force ke jurang."

"Neo anjing, tapi gue setuju."

"Sekarang aja kita lempar sebelum berangkat! Bentar Pak, jangan berangkat dulu!"

Hampir seluruh orang yang berada di dalam minibus kini mengeluarkan sumpah serapah kepada pria berbadan kekar yang duduk di barisan kedua, yang sedang mencoba meluncurkan aksinya untuk mendekati pria manis yang duduk di sebelahnya. Namun, mau tak mau harus mengurungkan aksinya beberapa saat.

Tak terkecuali Joong, yang kini mulutnya tak berhenti terbuka hanya untuk memberikan sumpah serapah kepada Force. Namun, tatapan matanya selalu mengarah kepada pria yang duduk dengan barisan yang sama dengannya, hanya saja saja terpisah oleh Jamie  yang duduk dengan manis di antara ia dan Dunk. Earphone yang terpasang pada kedua telinganya dengan kepalanya mengangguk kecil mengikuti irama musik, serta tatapan matanya yang fokus menatap ramainya lalu lintas pagi, seakan tak peduli dengan keadaan sekitar, sibuk dengan dunianya sendiri.

Bukan tidak peduli, hanya saja Dunk bingung dengan kondisi yang ia lihat saat ini. Dunk rasa, ia tak perlu ikut serta memberikan sumpah serapah kepada Force karena ia tidak masalah dengan saran yang diberikan oleh Force. Sesekali ia tersenyum saat mendengar sayup suara Neo dan Joong yang saling saut menyaut bekerja sama membuat keinginan Force untuk memberikan tepukan hangat kepada dua pria tersebut.

Sudah 15 menit berlalu, suasana minibus semakin ramai. Kali ini bukan karena layangan protes yang diberikan oleh anggota kelompok kepada sang ketua, melainkan akibat layangan protes yang diberikan oleh anggota kelompok kepada Gawin yang tak kunjung selesai memberikan arahan gaya hanya untuk satu kali potretan.

"Gawin kata gue lo cepetan, gigi gue bisa kering senyum mulu," protes Joong masih dengan pose dan raut wajah yang sudah diberikan briefing oleh Gawin sejak sepuluh menit yang lalu. 

"Sabar. Bus-nya goyang, fotonya agak nge-blur," ucap Gawin yang masih fokus mengatur kameranya, "Joong geseran dikit lah, mepet banget lo sama Jamie!"

"Modus tuh si Joong!" celetuk Prim yang disauti oleh lainnya.

"Mastiin biar gue masuk frame , makanya mepet-mepet ke Jamie," bohong Joong, mencoba membela dirinya. Ia bukan mencari perhatian kepada perempuan manis di sebelahnya, melainkan dengan seseorang yang berada di sebelah perempuan manis tersebut. 

IncomparableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang