flashback

4 0 0
                                    

Flashback 10 tahun yang lalu.

"Atmaja wae? Awaeeee?"

Abiyan terus berlari sembari sesekali menoleh kebelakang dan menjulurkan lidah, mengejek kearah ku.

"Berhenti biyan! Dasar Rivaldi! Berhenti ga lo biyan!" Aku berteriak, mempercepat langkah kaki ku untuk mengejarnya. Persetan dengan posisi ku yang masih dilingkungan sekolah, salahkan abiyan yang terus saja mencari masalah denganku.

Aku berhenti sebentar sedikit membungkukkan badan, mencoba mengatur nafas. Abiyan pun begitu, didepan sana dia berhenti. Memberi tatapan dan senyuman kemenangan karna aku lagi-lagi gagal mengejarnya.

"Waee atmaja? Lo udah capek? Udah nyerah nih?"

Astaga,bagaimana bisa tuhan menciptakan makhluk semenyebalkan dia. Jika saja aku tidak ingat bahwa membunuh orang adalah sebuah dosa, sudah ku pastikan abiyan akan lenyap sekarang juga.

Aku menunduk sedikit melirik kearah samping sepatuku, ah, aku ada ide. Aku menatap abiyan sekali lagi, memberi tatapan membunuh. Lalu tanpa banyak bicara, ku ambil kaleng kosong didekat sepatuku dan ku lemparkan ke arahnya.

Dan.....

"Wlek ga kena" dia mengelak dengan cepat dan menjulurkan lidahnya, memberi ku dua ibu jari terbalik.

Arghhh sial!

"Awas aja lo biyan, gue aduin lo ke Pak Rivaldi."

Aku berbalik berjalan menuju arah kelas ku, mencoba mengatur emosi dan nafas ku yang beberapa minggu ini sering lepas kendali karna tingkah abiyan.

"Awas aja lo biyan gue sumpahin hidup lo ga tenang, gue sumpahin lo bakalan bertekuk lutut di hadapan gue. Gue sumpahin lo jadi babu gue." Aku menggerutu memberikan ribuan sumpah serapah untuk abiyan, entah apa yang terjadi dengan otaknya.

Aku mengingat kembali perkenalan ku dengan abiyan saat kelas 1 SMA, seingat ku dahulu abiyan tipikal anak yang biasa-biasa saja dikelas. Dia tidak nakal, tapi tidak juga pendiam. Ya standar anak kelas pada umumnya, bahkan jika diingat lagi bahkan dulu aku tidak begitu akrab dengannya.

Tingkah laku abiyan berubah semenjak kami naik kelas 3 SMA, sistem kelas kami semuanya diatur oleh wali kelas. Termasuk pemilihan ketua kelas, perangkat kelas, bahkan termasuk partner sebangku juga diatur. Dan naas nya aku mendapat partner abiyan, awalnya aku menerima nya karna ku pikir abiyan adalah orang yang lumayan tenang, Jadi tidak akan mengganggu ku belajar.

Tapi aku salah.

Perlahan-lahan sifat tengil nya mulai muncul, dia sangat usil dan banyak tingkah. Mulai dari mengganggu waktu tidur ku di kelas, menggangguku ketika makan siang, menggangguku ketika belajar, mengejek ku menggunakan nama orang tua ku.

Aku menyesal pernah memuji nya karna sikap tenang nya dulu, kalau tau sikap nya seperti ini mungkin sudah dari dulu kumasukkan abiyan dalam list orang yang paling ku hindari di sekolah.

about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang