Februari 2022
"Aku merindukanmu, Biyan."
Itu adalah kalimat terakhir dari ceritaku tentang Abiyan hari ini. Aku menutup buku diary yang sudah menemaniku selama bertahun-tahun, dan beranjak menuju kasur yang tengah menungguku. Aku berbaring menatap langit kamar yang bercat putih sembari bertanya,
"Bagaimana kabar Abiyan sekarang?
Apakah dia sehat?
Apakah hidupnya baik selama ini?
Apakah dia masih mengingatku?"10 tahun, sepuluh tahun aku selalu mengingatnya, mengingat namanya, mengingat suara tawanya.
Oh iya! berbicara mengenai Abiyan, aku baru ingat aku belum sempat mengecek profil akun Instagramnya. Ini adalah rutinitas ku selama beberapa tahun belakangan.
Segera ku nyalakan hp kentang ku dan mengetik tanggal lahir Abiyan yang ku gunakan sebagai kata sandi hp ku, lalu ku pilih aplikasi bernama Instagram itu.
Eh?
Tumben Abiyan memposting snap di Instagramnya. Segera ku lihat hal apa yang saat ini tengah di-posting abiyan.
Cincin?
Apa Abiyan akan bertunangan?Segera aku mengecek ulang akun yang memposting foto cincin itu. Berharap itu bukan akun milik Abiyan.
Tapi itu benar, itu memang benar akun milik Abiyan.
Rasa sakit perlahan menyeruak di dalam hatiku, membuat nafas ku sedikit demi sedikit menjadi sesak.
Ku pandangi lagi foto jemari yang dilingkari cincin indah itu. Tidak salah lagi itu pasti jemari milik kekasih Abiyan, rasa sakit di dadaku semakin membuat ku kesulitan bernafas. Air mata yang sedari tadi ku tahan ternyata tidak membuatku semakin tenang, justru membuatku semakin merasa sakit.
Aku menangis, menangis sendirian ditengah kesunyian malam. Berfikir apakah ini akhir dari penantian ku? Aku bahkan belum memulai nya, tapi Tuhan menyuruhku mengakhiri nya?
"10 tahun aku terus jatuh cinta berulang kali ke kamu, berharap mungkin itu salah satu cara Tuhan nunjukin ke aku kalo kamu orang nya.
Tapi kayaknya aku yang terlalu berharap."
KAMU SEDANG MEMBACA
about us
RomanceKetika aku memutuskan untuk melepasmu, tapi takdir tuhan mengikatmu padaku. Lantas aku bisa apa?