"Harapan"

2 0 0
                                    

Sebenarnya,Apa itu cinta? kebahagiaan? rasa peduli? kasih sayang? Pertanyaan itu selalu muncul di benakku. Aku tidak pernah merasakan semua itu kebahagiaan, kepedulian, kasih sayang, cinta, aku hanya bisa berharap.

Namaku Viona Laurensya Bahari aku lahir di Australia dan orang tuaku cukup dikenal banyak orang ayahku berasal dari Australia sedangkan ibuku berasal dari Indonesia. Ayahku bernama Galen ia adalah seorang CEO dari  salah satu perusahaan terkenal di dunia, sedangkan ibuku bernama Ayu ia adalah seorang top model terkenal di sekitaran Asia.

Keluargaku sempurna, itu kata mereka. Haha mereka tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya. keluargaku justru adalah kebalikan dari sempurna Ayahku selalu menyiksaku beserta kakakku. Dia selalu pulang dalam kondisi mabuk dan aku paling benci saat ia sedang mabuk. Di rumah ia selalu memperlakukan kakakku dan aku secara kasar dan setiap kami mengajaknya bicara saat dalam kondisi mabuk ia akan langsung menampar kami dengan botol alkoholnya itu dan aku tidak suka bau tubuhnya saat ia sedang mabuk, bau perempuan.

Sementara ibuku? Dia jarang pulang ia lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan keluarganya menurutnya kami hanya bagian dari kerjaannya saja. Dari dulu ibu tidak pernah peduli terhadap kami ia hanya meninggalkan uang lalu sisanya kami yang urus bahkan kami harus mengurus ayah kami yang hobi mabuk-mabukkan seorang diri.

Aku selalu berharap aku memiliki keluarga yang baik tidak harus sempurna tetapi setidaknya menyayangi satu sama lain peduli terhadap satu sama lain mementingkan masalah bersama dibandingkan pribadi, aku ingin keluarga yang harmonis, bahagia di luar maupun di dalam, aku sudah lelah dalam berpura-berpura menjadi bahagia menjadi sempurna di depan orang lain itu terasa amat palsu sehingga menyakitkan aku selalu ingin menangis tiap hari hanya kakakku yang ada untukku.

"bersabarlah Viona aku tau kamu ingin pindah dari sini tetapi kita belum punya cukup uang untuk beli rumah bahkan jika kita pakai uang dari ibu sekalipun tidak akan cukup karena ibu hanya mengirimi kita 200 ribu rupiah perbulannya itu saja sudah kita pakai untuk kebutuhan sehari-hari kita, jangan khawatir saat ini aku sedang menabung untuk membeli rumah kecil untuk kita berdua, untungnya majikanku  berbaik hati membayar 500 ribu per minggu, jadi bersabarlah ya adikku yang manis" Ucap Aisya sambil tersenyum lembut.

Aku hanya mengangguk sambil terisak karena menangis seharian memikirkan kehidupan ini, harus seberapa sabar lagi kah aku? Sudah bertahun-tahun aku mengalami ini dan tidak ada tanda-tanda aku akan bahagia. Ya tuhan jika engkau memang yang maha pengasih tolonglah kuatkan diriku dan kakakku ini dan bebaskanlah kami dari Ayah yang kejam dan ibu yang tidak peduli sedikitpun terhadap kami.

"Kak apakah aku sudah bisa masuk sekolah besok? Aku tidak ingin berada di rumah seharian lagi, ayah pasti..pasti akan menyiksaku lagi" isakku tidak bisa menahan air mata yang hampir terjatuh, "iya kamu sudah bisa mulai sekolah lagi besok" ucap Aisya sambil mengusap-usap kepalaku dengan lembut, tersenyum manis. Aku mengangguk pelan, tersenyum kecil.

-To be continue

My Sister Is My Affection [Cerita Pendek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang