Sejak aku masih kecil hanya kakakku yang selalu mendampingiku dan mengajakku bermain. Hanya dia yang peduli terhadapku hanya dia yang menyayangiku, dia sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. Kakakku selalu sabar terhadap keluarganya dia juga sangat menyayangi keluarganya meskipun rumah tangga kami hancur dia tetap bersabar dan tetap bisa tersenyum manis berbeda denganku aku selalu menangis mataku bengkak akibat sering menangis aku juga selalu mengeluh akan hidup ini, kapan aku akan bahagia? Kapan aku akan memiliki kehidupan yang normal seperti orang-orang pada umumnya? Kenapa hidup kejam sekali kepada ku dan kakakku?
Flashback.
Dulu keluarga kami tinggal di dekat pantai ancol yang ada di Jakarta. Dulu orangtua kami sering betengkar sepertinya soal pekerjaan, rumah tangga, dan tentunya kami. Umurku saat itu 12 tahun sedangkan kakakku 15 tahun, aku biasanya selalu menangis saat orangtua kami bertengkar begitu hebatnya dan hanya kakakku yang mampu menghiburku "Viona keluar yuk? Kita lihat sunset bersama-sama sambil membuat istana pasir di pantai pasti seru deh" ucap Aisya sambil tersenyum ke arahku, aku hanya mengangguk lalu berdiri menggandeng tangan kakakku. Setelah beberapa menit kami berjalan aku memperhatikan wajah kakakku sejenak matanya bengkak seperti sehabis menangis aku tahu kakakku juga sedih dengan kondisi keluarga kami namun dia masih berusaha tersenyum dia tidak ingin terlihat sedih di hadapanku karena ia tahu tidak ada gunanya jika kami berdua bersedih.
"lihat pemandangannya bagus kan?" ucap Aisya tersenyum "iya bagus kak" akhirnya aku menatap langit-langit dan ombak-ombak suara ombak yang merdu serta angin sepoi-sepoi yang mengelus lembut kulitku membuatku lebih tenang "sudah merasa lebih baik?" tanya Aisya menoleh ke arahku "iya aku merasa lebih baik terimakasih ya kak" pada akhirnya aku tersenyum tulus ke arah kakakku lalu memeluknya erat sekali "terimakasih kak, cuman kakak yang mengerti aku" ucapku lalu mengeratkan pelukanku "sama-sama adikku sayang" ucap Aisya memelukku kembali dengan sama eratnya.
....
....
....
....
....
Namun ternyata kebahagiaan itu cuman bisa bertahan sejam karena beberapa saat kemudian ayah menghampiri kami lalu memukul kakakku dengan keras "KAU! INI SEMUA SALAHMU KENAPA KAU HARUS LAHIR HAH? AKU TIDAK SUDI MEMPUNYAI ANAK JELEK SEPERTIMU!" ucap Galen dengan nada yang sangat tinggi, ya dulu kakakku dianggap berbeda sekali oleh keluarga kami kulitku dan orangtua kami putih sedangkan kulitnya hitam manis dan ramhut kakakku ikal sementara aku dan orangtuaku lurus perbedaan-perbedaan itu membuat orang diluar sana membanding-bandingkanku dengan kakakku bergosip, mereka kira kakakku anak yang diadopsi oleh keluarga ini padahal kakakku hanya lebih mirip dengan keluarga ibuku saja sedangkan aku mirip dengan keluarga ayahku, "Ayah! Hentikan! Ini bukan salah kak Aisya!" ucqp ku setengah berteriak "oh? Sekarang kau sudah BERANI HAH? Berani-beraninya kamu meneriaki aku dasar anak tidak tahu untung!" ucap Galen lalu menamparku "DASAR KALIAN ANAK-ANAK TIDAK TAHU MALU!" ucap Galen lalu meninggalkan kami begitu saja di pantai itu "kak..maafin Viona.." isakku hampir menangjs "tidak apa-apa Viona aku baik-baik saja lagipula aku akan tetap memaafkan ayah dan ibu kapanpun dan dimanapun" ucap Aisya tersenyum memelukku dengan erat sekali, sementara aku menangis kencang di dalam pelukkannya.-To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister Is My Affection [Cerita Pendek]
Short StoryKakakku adalah kasih sayangku