"Aku lelah, kak! Aku lelah! Aku tak tahan lagi! Berapa lama lagi ayah akan menyiksaku?! Kapan aku bisa bebas?! Aku ingin bahagia, kak!" aku berteriak, hampir menangis, melemparkan benda-benda di sekitarku. "Sabarlah, Viona. Ini akan segera berakhir. Aku tahu kamu lelah, tapi kadang-kadang, begitulah hidup. Hidup tidak selalu berakhir bahagia, sayang," ucap Aisya dengan lembut, suaranya sedikit gemetar. "Tapi aku tak tahan lagi, kak! Hidup terlalu kejam!" aku melempar benda lagi, tapi kali ini tanpa diduga, aku melemparkannya ke arah kakakku, dan yang kulontarkan adalah piring kaca. Ia mengenai kakakku dan darah mulai mengalir. "Kakak!" pekikku, berlari ke arah tubuhnya yang jatuh.
Aku terkejut melihat pecahan kaca terbenam di kakinya, darah mengalir deras. Ya Tuhan, apa yang telah kulakukan? Dia selalu ada di sisiku, sabar dengan ku, peduli padaku. Dan beginilah cara aku membalasnya? "Maafkan aku, Kak. Aku sungguh tidak bermaksud... Aku adik yang kejam," ucapku sambil menitikkan air mata. "Tidak, Viona. Ini bukan salahmu. Aku mengerti mengapa kamu begitu marah pada hidup. Tapi kadang-kadang, kamu perlu bersabar karena hidup sedang menguji kesabaranmu, keberanianmu, kekuatanmu. Kamu perlu membuktikan pada hidup bahwa kamu bisa mengatasi ujian-ujian ini. Dan aku akan selalu ada di sisimu, Viona. Kita akan melewatinya bersama, dan suatu hari, kita akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, hanya kita berdua," ucap Aisya dengan senyum lembut, menghapus sisa-sisa air mataku. "Terima kasih, Kak. Kamu satu-satunya yang peduli dan mencintaiku. Aku mencintaimu, Kak," ucapku dengan senyuman tulus. "Aku juga mencintaimu, adikku sayang," ucap Aisya, memelukku erat. Ini adalah pelukan terbaik yang pernah kuterima.
-To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister Is My Affection [Cerita Pendek]
Cerita PendekKakakku adalah kasih sayangku