Eps. 9

476 401 90
                                    

•••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••••

Beberapa jam setelah bel berbunyi, Reyna tiba-tiba datang dan mendudukkan tubuhnya dengan keras di kursi. Dirinya menyandarkan tubuhnya di belakang sandaran kursi.

“Ada apa garangan, Kawan?” tanyaku. Pasalnya, Reyna langsung menepuk pundakku begitu keras saat tiba-tiba datang.

“Si emak buat ulah lagi. Capek gue!” Reyna menghela napasnya kesal. Ia menutup matanya dengan lengan kirinya.

Pagi-pagi sekali selalu dan selalu emak berbuat ulah,  meminta anak didiknya untuk mengikuti perintahnya. Jika tidak, emak akan mendoakan anak didiknya yang tidak-tidak. Doa buruk yang selalu dilontarkan dari mulutnya ingin rasanya aku melepas mulutnya.

“Kenapa memang?” Letta mengelus tangan kanan Reyna begitu lembut.

“Dia minta gue buat ngurus absensi,” jawab Reyna lemas.

“Terus mana sekretaris satunya?” tanya Evelyn seraya mengerutkan keningnya.

Tiba-tiba Reyna menegakkan tubuhnya kembali diiringi kerutan pada keningnya. “Itu masalahnya. Dia selalu nggak mau kalau dimintai.”

Semua anak langsung mendekat ke arah Reyna. Seperti Ibu-Ibu yang sedang gosip, kita semua berkumpul dan menyisakan lingkaran di tengah.

“Kenapa nggak lu minta aja dia menghadap si emak?” tanya Evelyn kesal. Raut wajahnya sudah kesal jika membahas orang itu.

“Nggak mau. Kalau dia menghadap emak, dia pasti menyerahkan itu ke Reyna,” jawabku ikutan kesal. Aku selalu mendengar perdebatan mereka dalam mengurusi absensi.

“Nah ...,” ujar Reyna setuju.

Tiba-tiba emak meminta kita untuk mengambil tas kita masing-masing dan kita diminta untuk mengungsi ke perpustakaan. Perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat membaca buku malah dibuat anak-anak untuk berleha-leha.

Kita sekelas hanya tidur sambil bermain ponsel.

“Ayo keluar. Gue bosen di sini,” ucapku. Aku menyandarkan punggungku ke belakang sambil melihat sekeliling.

“Ayo,” jawab Evelyn.

Aku, Evelyn, Lidya, Shenna, dan Alice pun keluar dari perpustakaan. Kita berlima langsung menuju ke kelas Letta. Menjemput gadis milik Jeno—dari NCT satu ini memakan waktu yang cukup lama.

“Mana ayang gue?” tanya Letta yang baru saja keluar dari kelas. Rasanya seperti perjuangan kita dari ujung ke ujung sia-sia.

Parkojon. [ Terbit ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang