prolog

38 5 0
                                    

Aku adalah seorang penulis cerita yang kebanyakan menulis cerita horor. Di kampusku tidak ada yang tahu kecuali sahabatku sejak kecil, Lasmana.
Aku adalah mahasiswi fakultas ekonomi. Sebagai mahasiswi aku tinggal di kosan sendiri. Aku sekarang tengah merampungkan naskah ceritaku yang satu paragraf lagi setelah itu selesai.

Tok!

Tok!

Aku menghentikan jemarinya yang sedang mengetik di keyboard laptopku ketika aku mendengar suara ketukan di pintu.

"Lasmana? Ada apa?"

Ternyata Lasmana yang mengetuk pintu, terlihat tubuh tingginya dengan memakai jaket kulit berwarna hitam. Aku menatapnya bingung, sebab wajah Lasmana terlihat gelisah dan keringat mengalir di dahinya.

"Kamu sibuk Ay?"

"Enggak, kenapa emangnya?"

"Riaty meninggal Ay."

Aku tidak menyangka sama sekali, dia meninggal? Padahal kemarin dia masih terlihat baik-baik saja. Aku yakin ini tidak mungkin. Ya semoga saja ini hanya mimpi.
Tubuhku hanya bisa berdiri mematung di tengah pint.

"Kamu bercanda Na?"

"Enggak, aku serius, katanya, dia bunuh diri di rumahnya sendiri."

"Enggak mungkin dia ngelakuin hal itu, kemarin aja dia masih baik-baik aja kan? Kamu juga liat kan? Kecuali satu hari kemarin dia nggak berangkat tanpa alasan "

"Kalau kamu enggak percaya, kita ke rumahnya sekarang juga."

"Tunggu sebentar."

Aku masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaianku. Kami berdua pergi ke rumahnya yang terletak tak jauh dari kampus, mungkin hanya menempuh waktu sekitar tiga puluh menit.

Kami sampai di sana yang sudah banyak beberapa yang melayat. Aku menyapu pandanganku ke seluruh halaman tapi tidak ada satupun teman sekelasnya yang datang ke sini. Hanya aku dan Lasmana di sini dan Ando salah satu temanku. Ia sekilas menatap ke arah kami dengan tatapan kosong dan dingin.

"Kamu percaya sekarang?"

"I-ya, tapi alasan dia bunuh diri apa Na?"

"Aku nggak tahu."

"Kasian dia Na, enggak punya temen, ini beneran cuma kita yang datang ke sini?"

"Kamu tahu gimana dia kan? Lihat di chat Wa!"

Aku membuka ponsel yang tiba-tiba membuatku kesal ketika membaca pesan grup sekelas.

                                    E🎓
               
Egi

Pada dateng nggak?

Eva

Enggak usah, buat apa dateng,
Buang-buang waktu, gue juga lagi sibuk

Thara

Biarin ajalah orang udah mati

Salsa

Bener tuh, orang dia enggak penting
buat kita
repot-repot amat buat dateng

Benar-benar tidak waras, batinku berbicara.

Aku hanya terdiam, aku dan Lasmana masuk ke dalam rumahnya, terlihat beberapa tetangga sedang membaca surah yasin. Aku menatap Ayah Riaty yang sedang terduduk dan hanya menatap kosong ke arah anaknya.

Mendadak aku sedih melihatnya, Riaty terbujur kaku, wajahnya pucat pasi, apa yang ia rasakan ketika teman sekelasnya tidak datang. Matanya yang sebelah tidak tertutup rambut membuatku memalingkan wajah.

Selesai acaranya, Riaty akan di makamkan, kami berdua mengikuti sampai makam. Setelah sampai aku turun dan berjalan mengikuti mereka. Aku dan Lasmana hanya diam ketika Ayah Riaty duduk di samping makam anaknya.

Aku menyapu pandangan mencari seseorang, tapi ia tidak terlihat di sini. Padahal tadi ia ada dirumahnya. Dimana Ando? Apa dia tidak ikut kemari ?

Aku lalu menatap ke arah Ayah Riaty, Ia kemudian berdiri dan menatap kami berdua yang hanya berdiri dan saling diam. Bibirnya tersenyum tipis menatap ke arah kami.

"Kalian teman anak saya?"

"Iya Pak."

"Terima kasih sudah datang."

"Maaf jika Riaty mempunyai salah pada kalian, tolong di maafkan ya."

"Iya Pak."

Kami berdua hanya mengangguk ketika ia mengatakan akan pulang, lalu ia pun berpamitan pergi meninggalkan kami. Lasmana mengkode dengan matanya. Aku berdiri setelah berpamitan pada Riaty, tapi aku malah terjatuh karena tali sepatu yang lepas dan kepalaku menindih gundukan tanah yang basah itu yang terdapat taburan bunga, aku terdiam menatap nisan di depanku. Aku merinding ketika membaca namanya.

Astriaty lestari

Aku berdiri setelah meminta maaf dan berjalan cepat mengikuti Lasmana yang sudah berjalan jauh. Bau bunganya yang masih segar tercium di hidungku membuatku sedikit terbatuk kecil.

Aku sempat menolehkan kepalaku kebelakang ketika sudah berada di depan gerbang pemakaman, aku menyipitkan mataku melihat seseorang berpakaian hitam dengan payung di tangannya, aku tidak bisa melihat siapa dia karena tertutupi oleh payung hitamnya yang digenggamnya.




AstriatyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang